1.1 | Call Me By Your Name
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
DANIEL datang ke apartemen milik Jisung secepat yang ia bisa. Langkah kakinya berayun dengan santai ke arah elevator yang akan membawanya ke lantai tempat tinggal Jisung. Sambil bersenandung kecil, memikirkan kencan pertamanya dengan Seongwu sebagai sepasang kekasih membuatnya menjadi bersemangat. Begitu elevator yang dinaikinya mendentingkan nada khas miliknya. perlahan pintu elevator itu terbuka.
Mata Daniel sibuk memindai unit apartemen bernomor W1 yang menjadi apartemen milik manager sekaligus Hyung yang selama ini menjaganya. Tanpa melihat tombol keamanan yang melekat di pintu apartemen Jisung, Daniel mulai meraba dan memasukkan sandi apartemen Jisung. Apalagi kalau bukan tanggal lahir pria itu?
Begitu pintu apartemen itu diayunkan Daniel untuk dibuka, mulai terdengar suara tawa Kuanlin yang berpadu dengan teriakan frustrasi Jisung dan racauan Minhyun.
"Meraka sedang bermain rumah-rumahan?" batin Daniel.
Daniel membawa langkah kakinya hingga menuju ruang tengah dan mendapati Kuanlin yang sedang digelitiki oleh Woojin, sementara Jihoon baru saja kembali dari arah dapur sambil membawa kaleng minuman bersoda dan kedua pasangan bodoh Minhyun-Jisung yang sedang berdebat, namun ada Jaehwan di antara mereka dan kini memasang wajah memelas meminta tolong ke arah Daniel.
"Danieeeel!" rengek Jaehwan mencoba untuk memeluk Daniel.
"Jangan menyentuhku, kekasihku bisa memarahiku."
Daniel memilih mengacuhkan pertengkaran Jisung dan Minhyun yang kini memasuki tahap saling memuji(?), karena Minhyun terlalu tergila-gila pada Jisung. Mana ada orang yang bertengkar tapi memuji peforma pasangannya di atas ranjang?
"Oh? Maksudmu pengakuan di acara nasional dan juga status media sosialmu? Kau benar-benar gila!" sungut Jaehwan.
"Aku hanya mencoba jujur dengan para penggemarku, tidak seperti Woojin yang diam-diam berkencan dengan Hyungseob dan menyuruhnya untuk menjadi manager pribadinya selama dua tahun ini."
"Aku bisa mendengarmu, Hyung!" teriak Woojin tidak terima.
Daniel membuka kulkas milik Jisung dan mengambil cola dari dalam kulkas. Jaehwan lalu menangkap Jihoon yang tadi kembali untuk mengambil keripik di atas pantry tempat di mana Jaehwan sedang duduk sambil memperhatikan Daniel yang sedang berpose layaknya sedang syuting iklan minuman bersoda.
"Jadi... kekasihmu adalah kakak dari Kuanlin?" tanya Jaehwan.
"Yup. Kami baru saja meresmikannya hari ini, kami berciuman di dalam mobil saat lampu lalu lintas berwarna merah."
"Terdengar seperti drama sabun siang hari yang ditonton lansia."
Daniel mendengus kesal mendengar tawa Jihoon dan Jaehwan yang terdengar mengejek. Bagi Jihoon yang masih kecil, pertengkaran yang tidak dipahaminya menjadi tontonan yang menarik, seperti melihat pertunjukkan drama yang sering dilihatnya.
"AKU TIDAK BERSELINGKUH, HWANG MINHYUN!"
Jeritan Jisung membahana di seluruh ruang. Daniel lalu melangkah keluar dari daerah dapur, namun ia menemukan Jisung dan Minhyun yang saling bersedekap. Wajah Jisung terlihat memerah menahan amarah, Daniel melangkah mendekat dan kini memandang pasangan itu dengan wajah menahan kesal.
"Jadi sekarang katakan padaku, kenapa kalian bertengkar seperti remaja? Apa yang terjadi?"
Jisung langsung menunjuk Minhyun sambil menatapnya nyalang.
"Dia menuduhkan selingkuh! Dan lebih parahnya, orang yang dituduhnya menjadi selingkuhanku itu adalah Jaehwan!"
"Ha?!"
"Aneh bukan!? Bayangkan! Dia datang menerobos masuk dan hampir membuat kepala Kuanlin terkatuk ujung meja karena membuatku kaget. Ahk menyebalkan sekali! Minhyun yang memperlihatkan sisi bodoh dan cemburunya itu membuatku kesal."
"Aku punya alasan!" sanggah Minhyun cepat.
Dengan terburu-buru Minhyun mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Daniel.
"Mereka hanya pergi membeli kopi bersama," ujar Daniel jengah.
"Nah! Tuan Hwang Minhyun ini terus saja mengatakan aku berkencan dengan Jaehwan. Padahal kami hanya membeli kopi dan cokelat panas bersama setelah acara on air radio tempo hari."
Minhyun memasang wajah memelas dan memandang ekspresi dingin yang diberikan oleh Jisung kepadanya.
"Aku hanya tidak mau kau berdekatan dengan lelaki lain, melakukan hal lain seperti pasangan dengan lelaki lain... aku tidak mau Hyung jadi milik yang lain."
Daniel memutar matanya dan saat itulah pesan balasan dari Seongwu masuk ke ponselnya.
"Kalian sebaiknya segera berbaikan dan Hyung untuk dagingnya, aku akan mengirimkannya nanti. Sekarang aku akan mengambil Kuanlin," Daniel lalu bergegas menggendong Kuanlin dan berjalan keluar dari apartemen Jisung.
Jihoon yang melihat hal itu berteriak keras dan mengejar Kuanlin dan Daniel, entah sejak kapan Jihoon kecil berhasil menarik celana panjang yang digunakan oleh Daniel dan mulai merengek minta untuk dibawa juga, sementara Woojin yang mengejar adiknya mencoba menarik sang adik menjauh dari Daniel yang terlihat sedikit kesal.
"Tidak mauuu! Mau main sama Alin!" jerit Jihoon dan mulai menangis.
Woojin yang menggendong adiknya harus rela menjadi samsak hidup. Jihoon sudah menunggu selama tiga jam untuk bisa bermain dengan Kuanlin, namun ia tidak mau mengganggu tidur siang adiknya itu dan memilih sabar menonton pertengkaran Jisung dan Minhyun yang membuatnya haus. Melihat Jihoon yang menangis sesegukan membuat Kuanlin menatap Daniel dengan kedua mata berkaca.
"Hyungie jangan nangis," ucap Kuanlin sambil mengulurkan tangannya ke arah Jihoon.
"Mau main hiks... Alin jangan tinggalin Jihoonie," isak Jihoon.
Sementara itu kakak dari Jihoon hanya bisa menatap pertunjukkan drama singkat dari dua anak yang bahkan belum duduk di bangku sekolah dengan kening berkerut.
"Mereka sedang bermain drama Romeo-Juliet apa?" batin Woojin.
"Hyung, aku rasa lebih baik biarkan Jihoon dan Kuanlin bermain bersama. Jihoon mungkin bisa ikut denganmu."
Daniel tentu tidak senang, maksudnya ia ingin kencan berdua dengan Seongwu dan kehadiran Kuanlin bukan masalah. Tapi kalau Jihoon juga ikut, bisa-bisa ia dan Seongwu malah harus mengurusinya dan meladeni setiap ocehan cerdasnya. Namun tatapan Kuanlin yang ikut berkaca dan bibirnya yang bergerak turun, Daniel akhirnya menghela napas panjang.
"Ya sudah Jihoon ikut denganku, besok katakan pada Jimin untuk menjemputnya di agensi. Biar aku yang mengantarnya ke sana."
Jihoon yang mendengar hal itu langsung cepat-cepat mengelap airmatanya dan melemparkan cengiran ke arah Daniel sambil berucap terima kasih. Woojin memandang Daniel yang menggendong Kuanlin sementara sebelah tangannya menggandeng Jihoon kini merasa geli, siapa menyangka Daniel yang lebih sering menggandeng kekasih baru kini malah menggandeng dua orang balita.
"Ternyata memang akan ada waktu di mana semuanya berbalik jadi seperti ini," gumam Woojin pelan.
Ia kemudian memilih untuk masuk ke apartemen Jisung sekali lagi dan menyelamatkan teman se-grupnya dari pasangan bodoh yang sejak tadi terus melempar pujian, bukannya makian.
🌿🌿🌿
Seongwu menunggu di luar gedung kafe sambil memakai sebuah payung merah yang dibelinya tadi di salah satu toko yang ada di deretan blok pertokoan. Daniel sudah mengiriminya pesan kalau ia sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya bersama Kuanlin dan Jihoon, Seongwu menduga Jihoon ingin bermain dengan Kuanlin sehingga merengek ingin ikut. Tanpa sadar Seongwu tertawa pelan, semenjak ia mengenal Daniel. Sosok itu terasa lebih nyata dan manusiawi, beberapa kali melihat berita soal Daniel yang terlihat begitu sempurna membuat Seongwu pada awalnya merasa Daniel bukan berasal dari dunia yang ditinggalinya.
Tapi yang terjadi sekarang, Daniel bahkan mau mengurusi anak-anak bahkan adiknya tanpa pernah mengeluh sekalipun. Apa hal itu adalah kekuatan dari perasaan yang dimiliki Daniel untuk dirinya? Sambil mengelum senyumnya, Seongwu tidak menyadari mobil Daniel sudah merapat ke terotoar dan sosok pria tampan berbahu lebar itu sudah menurunkan kaca mobilnya dan mulai melempar senyuman ke arah sang kekasih.
"Seongwu!" panggil Daniel yang membuat Seongwu tersadar dari lamunannya.
Sambil berlari kecil, Seongwu lalu menghampiri mobil Daniel dan naik di kursi penumpang bagian depan. Daniel yang menyambut Seongwu tanpa memedulikan dua anak laki-laki yang masih di bawah umur melihat bagaimana ia mengecup cepat bibir Seongwu, kekasihnya.
"Apa yang kau lakukan Hyung!?" jerit Seongwu tertahan sambil memukul lengan Daniel.
"Ciuman selamat datang?" ujar Daniel tersenyum gemas.
Seongwu yang lemah akan senyuman manis Daniel memilih untuk tertawa pelan dan segera memakai sabuk pengamannya. Tidak lupa ia menyapa Jihoon dan Kuanlin yang sedang berbagi taiyaki berisi cokelat yang memiliki aroma yang menyenangkan.
"Apa kita tetap akan pergi ke Aori Ramen? Jihoon dan Kuanlin tidak memiliki menu yang bisa mereka makan di sana," ujar Seongwu.
"Jadi kau ingin pergi ke tempat lain?"
"Aku pikir begitu, tapi aku tidak tahu tempat yang cocok untuk di datangi."
Daniel tahu ada sedikit kekecewaan yang dirasakan oleh Seongwu saat ini, namun ia yakin kekasihnya itu bahkan tidak bisa bersikap egois saat ini, jadi dengan pertimbangan yang cukup lama oleh Daniel. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi makan di salah satu restoran dari koki selebritas yang terkenal yang berada di kawasan Hongdae.
Tanpa sadar Seongwu memegang tangan Daniel yang berada di stir mobil, Daniel menoleh ke arah kekasihnya yang kini memasang senyuman menggemaskan.
"Terima kasih, Daniel-hyung."
"Untuk apa?" tanya Daniel bingung.
"Bukan apa-apa, hanya saja... aku benar-benar bahagia hari ini."
Daniel mengangguk pelan dan melepaskan tangan kanannya untuk menggenggam jamri Seongwu dengan erat. Membiarkan kehangatan yang dimilikinya mengalir di setiap ruas pori-pori kulit Seongwu.
Mobil Daniel melaju dengan tenang membelah jalanan Seoul yang sedikit lebih sepi karena hujan yang turun. Daniel lalu menghentikan mobilnya ke sebuah restoran yang terletak di lantai delapan gedung tinggi, sebuah papan nama restoran yang tidak pernah Seongwu ketahui kini terpampang jelas. Daniel mengeluarkan sebuah topi dan memberikannya kepada Seongwu, ia menggendong Jihoon sementara Seongwu menggendong Kuanlin.
"Apa di sini ada banyak wartawan yang datang?" tanya Seongwu begitu mereka memasuki elevator.
"Tempat ini cukup terkenal karena pemiliknya adalah seorang aktor veteran. Kau tahu Chef Hong Seokcheon bukan?"
Seongwu mengangguk.
"Ini adalah gedung miliknya, aku sering ke tempat ini jika tidak tahu ingin makan apa."
Begitu pintu elevator terbuka, keempatnya melangkahkan masuk ke dalam restoran, ada beberapa pasangan yang ada di restoran itu. Namun pasangan-pasangan itu memilih fokus pada seseorang yang berada di depan mereka atau pada makanan yang tersedia, Seongwu bisa mencium aroma sedap yang membuat perutnya seperti berteriak minta untuk diisi.
Daniel lalu meminta satu ruang private yang dimiliki oleh restoran, begitu sosok pemilik restoran itu muncul. Senyuman lebar Daniel dan Hong Seokcheon mulai terpatri dengan jelas, sambil merentangkan tangannya—
"Danieeeel!"
"Lama tidak berjumpa Hyung... maaf aku baru bisa datang kemari lagi hari ini."
"Tidak masalah," jawab Seokcheon sambil tertawa, "Omo... Jihoonie juga ikut? Sejak kapan kau jadi penjaga bayi seperti ini Daniel?"
"Entahlah hahaha... pokoknya aku tidak tahu ingin makan apa hari ini. Jadi aku memutuskan datang kemari," ujar Daniel santai.
"Aku bisa memasakkanmu beberapa menu yang cocok untuk memancing selera makan."
Daniel dan Seokcheon terlibat perbincangan serius mengenai menu yang akan disajikan, sementara Seongwu sibuk mendudukkan Kuanlin dan Jihoon di kursi bayi yang diberikan oleh salah seorang pegawai dari restoran yang mereka datangi. Usai memastikan kedua adik manisnya itu duduk dengan nyaman, Seongwu baru melepas jaket yang dikenakannya.
"Wah kau tampan sekali, apa kau seorang trainee di perusahaan Daniel?"
"Eh bukan...," jawab Seongwu sambil menunduk karena malu akibat pujian dari seorang selebritas terkenal Korea.
"Aku akan memasakkan sesuatu yang enak untuk kalian. Jadi tolong tunggu sebentar, biarkan aku memberikan kalian makanan pembuka yang menyenangkan."
Seokcheon lalu berjalan keluar dari ruangan dan meninggalkan Seongwu dan Daniel yang kini saling melempar pandangan penuh arti satu sama lain.
"Ini makan malam pertama kita sebagai sepasang kekasih, kencan pertama," ujar Daniel sambil tertawa geli.
"Ini hari yang menyenangkan."
Keduanya terlibat pembicaraan menyenangkan sampai makan malam mereka mulai berdatangan satu persatu.
Sambil menyuapi Kuanlin dan Jihoon, keduanya menghabiskan sajian lengkap dari Seokcheon. Daniel merasa senang melihat bagaimana lahapnya Kuanlin makan dan Seongwu yang tidak henti-hentinya membuat suara puas dari sajian yang disantapnya. Jihoon beberapa kali kesusahan menggunakan sumpit miliknya dan membuat Daniel akhirnya menyuapinya juga.
"Kita jadi terlihat seperti keluarga baru bukan?" kekeh Seongwu sambil memasukkan kimchi daun perai ke dalam mulutnya.
"Kau benar, rasanya seperti memiliki sebuah keluarga kecil."
Tatapan Daniel sedikit menerawang, namun senyuman cerah itu kembali ke wajah tampannya dan hal itu membuat Seongwu ikut tertular oleh sebentuk cekungan indah milik Daniel. Sambil menyendok salah satu hidangan berupa telur dadar dengan irisan daun bawang dan potongan daging, Seongwu berniat untuk menyuapkan Daniel makanan itu yang tentu saja disambut Daniel dengan perasaan sukacita.
"Aku tidak sabar untuk menikahimu," ujar Daniel.
"Aku bahkan belum cukup umur," kekeh Seongwu.
"Kalau begitu aku harus menunggu sedikit lebih lama yah... ah, aku harap tahun cepat berganti."
Seongwu hanya menggeleng pelan melihat Daniel yang memasang ekspresi wajah lucu. Malam itu, Daniel dan Seongwu menghabiskan makan malam mereka dengan banyak tawa dan kata-kata manis.
🌿🌿🌿
Daniel sudah meletakkan Jihoon dan Kuanlin di atas ranjang kamar Seongwu. Usai melepas sepatu keduanya dan menyelimuti mereka karena udara yang semakin dingin, Daniel lalu berjalan keluar kamar dan menemukan Seongwu yang baru saja hendak masuk ke dalam kamar mandi. Daniel juga berniat untuk segera mandi, namun ia mempersilakan Seongwu menggunakan kamar mandinya terlebih dahulu dibanding dirinya.
Sambil bersandar di sofa yang ada di kamarnya, Daniel mulai memainkan ponselnya dan mengecek beberapa email yang masuk. Ada dua kontrak yang diajukan kepadanya, yaitu sebuah permintaan menjadi model terbaru untuk minuman alkohol dari brand Cool Beer dan satu permintaan perpanjangan kontrak dengan LAP. Jisung mengiriminya dua jam yang lalu, berarti ia dan Minhyun sudah berbaikan.
"Hyung terima kasih sudah membiarkan aku mandi sini, Kuanlin sedikit sensitif dengan suara saat tidur... jadi dia bisa terbangun tiba-tiba."
"Tidak masalah," jawab Daniel sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
Seongwu yang hanya menggunakan bathrobe membuat Daniel tanpa sadar menelan ludah dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Malam ini Seongwu akan tidur dengannya lagi, tentu saja Daniel tidak akan berbuat macam-macam pada kekasihnya itu, tetap saja ia harus menghormati pasangannya itu. Ditambah lagi Seongwu masih di bawah umur, Daniel harus lebih hati-hati lagi dalam bersikap.
Berkat guyuran air dari shower Daniel bisa sedikit tenang. Ia segera memakai pakaian yang dibawanya ke dalam kamar mandi. Begitu keluar Seongwu sedang duduk di ujung ranjang sambil menatap kosong ke arah jendela. Daniel mendekat dan berdiri tepat di depan Seongwu membuatnya mendongkak.
"Sedang memikirkan apa?" tanya Daniel.
"Entahlah... ada banyak hal yang membuatku tidak bisa berhenti berpikir."
"Apa kau khawatir akan sesuatu?"
"Mungkin Hyung... tapi aku mulai merasa takut pada sesuatu yang mungkin terjadi beberapa tahun ke depan."
Daniel terdiam lalu membawa Seongwu ke dalam pelukannya, sambil mengecup puncak kepala Seongwu—Sementara Seongwu memejamkan matanya dan melingkarkan lengannya ke pinggang Daniel. Seongwu mengusak wajahnya ke perut Daniel sambil menghirup aroma sabun yang digunakan Daniel memenuhi indera penciumannya. Daniel lalu mengurai pelukannya dan berjongkok di hadapan Seongwu, mengusap tiga konstelasi bintang yang ada di pipi kekasihnya. Tatapan mata keduanya saling mengunci, memacu lebih cepat detak jantung satu sama lain.
"Kau tahu... aku memang tidak bisa menjanjikan kisah percintaan yang mulus karena posisiku di masyarakat, tapi aku akan memastikan kau kuat menjalani semua hal yang ada. Aku akan memastikan tangan ini tidak akan pernah melepaskanmu dan membiarkanmu berjuang sendirian."
Seongwu diam saat Daniel menggenggam dan membiarkan jemari keduanya saling bertautan erat. Daniel lalu mendekat dan mengecup dahi Seongwu lembut, turun ke kedua kelopak matanya, ke pucuk hidung Seongwu dan terakhir berakhir di bibir tipis Seongwu. Senyuman Seongwu kembali mengembang dan dua anak adam itu kini tertawa pelan. Mengusir keresahan yang sempat ada, menghancurkan ketakutan tidak nyata yang sempat membayang.
"Lagipula orang-orang itu tidak akan berani menyentuhmu. Mereka tahu kalau aku bukanlah lawan yang mudah untuk dihadapi."
"Tapi jangan sampai menghancurkan hidup orang lain...," ujar Seongwu tiba-tiba karena entah kenapa ia merasa kalau Daniel pasti akan berbuat sesuatu yang kejam pada orang-orang yang mencari masalah dengannya.
"Aku tidak bisa menjaminnya. Kalau kau sampai benar-benar terluka, aku tidak akan membiarkan mereka melihat matahari terbit untuk hari esok," jawab Daniel dengan wajah serius.
Seongwu terdiam sebelum memeluk Daniel dan bersandar di kepala Daniel, membiarkan Daniel bersandar di dadanya dan mendengarkan denyut jantungnya.
"Aku akan menjaga diri dan dirimu juga, jadi kita tidak perlu bertindak sejauh itu... apa kau bisa berjanji padaku untuk hal itu?"
Tatapan mata Seongwu yang memelas membuat Daniel akhirnya mengangguk menuruti permintaan Seongwu.
"Tapi jika terjadi sesuatu, kau harus memberitahukanku dan jangan sembunyikan apapun dariku."
Seongwu mengangguk patuh dan tersenyum lebar.
"Aku berjanji!"
"Kalau begitu... ayo kita tidur, besok kau masih ada pekerjaan bukan?" Daniel naik ke atas ranjang dan berbaring sambil bertumpu dengan salah satu tangannya untuk melihat Seongwu juga ikut naik.
"Besok cafe sedang libur. Ah aku lupa memberitahu, kalau aku mendapat jatah libur selama seminggu ini. Berarti aku akan masuk kerja lagi tepat di tahun baru."
Daniel bangun dari posisi berbaringnya dan menatap Seongwu dengan tatapan tidak percaya.
"Hyung sedang apa?" tanya Seongwu dengan mata yang sudah hampir terpejam.
"Melakukan sesuatu... kau bilang besok akan libur bukan?"
Seongwu mengangguk pelan.
"Kalau begitu aku memiliki sebuah hadiah untukmu, aku yakin kau pasti akan menyukainya."
Usai mengatakan hal itu, Daniel lalu kembali berbaring dan membawa tubuh Seongwu ke dalam dekapannya. Sambil menghirup aroma menyenangkan yang menguar dari tubuh Seongwu, Daniel akhirnya tertidur. Tidak sabar menunggu hari esok.
🌿🌿🌿
Seongwu bangun tanpa kehadiran Daniel di sisinya. Terdengar sedikit suara berisik dari arah luar kamar, Seongwu menyibak selimut yang menenggelamkan tubuhnya dan mulai berjalan keluar. Hal pertama yang ditangkapnya adalah beberapa pakaian dan barang-barang yang berhamburan di ruang tengah. Ia melihat sang kekasih sedang bertolak pinggang sambil melihat isi koper yang sudah hampir penuh dengan raut wajah serius.
Lalu pandangannya jatuh pada sosok pria lain yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Ia tahu siapa sosok itu. Park Jimin! Pria yang berada di posisi kedua dalam brand reputasi yang bersaing ketat pencapaiannya dengan kekasihnya. Jimin yang melihat kedatangan Seongwu lalu melempar senyuman manis ke arah Seongwu dan membuat Seongwu jadi sedikit salah tingkah.
"Selamat pagi," sapa Jimin ramah.
"Selamat pagi," jawab Seongwu dengan kedua pipi yang merona.
"Astaga kau menis sekali," puji Jimin sambil tertawa pelan.
"Jangan menggoda kekasihku, Park Jimin!" timpal Daniel.
"Aku hanya memujinya."
"Tetap saja... kau tidak boleh melakukannya."
Jimin hanya memutar matanya dan kembali sibuk dengan game yang ada di ponselnya. Sementara Seongwu berjalan mendekat ke arah Daniel dan menarik lengan kekasihnya itu ke arah dapur.
"Kenapa ada banyak koper dan kenapa ada Park Jimin di sini?" tanya Seongwu sambil mencuri pandang ke arah Jimin yang masih duduk di sofa.
"Dia datang untuk menjemput Jihoon. Jihoon itu adik bungsu dari Jimin dan Woojin. Dan koper-koper itu... kita akan pergi berlibur ke Osaka."
"Apa?!" jerit Seongwu tertahan.
"Kau pasti akan suka dengan hadiah ini, tahun ini kau juga sudah berumur dua puluh tahun bukan? Bagaimana menikmati sake sambil memandang langit malam Osaka berdua?"
Yang bisa Seongwu lakukan saat ini hanyalah menepuk dahinya kesal dan mengambil napas panjang-panjang karena keputusan sepihak Daniel yang baru menjadi kekasihnya dua puluh empat jam ini.
🌿🌿🌿 🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Halooo maaf yah lama, ini adalah kado aku tahun baru aku buat semua ongniel shipper yang semalam banjir momen. Sebenernya semalam udah mau up, tapi kayaknya aku kehilangan feel-nya jadi aku milih tidur.
Gak usah cemas gais, ada banyak draf ongniel-ku yang bakalan aku up bahkan mungkin sampai akhir tahun ini /aamin/ dan lagi... buat kalian yang suka Minsung aka MinhyunxJisung, aku udah ada satu ff yang siap luncur juga. Tungguin aja yah, aduh ini aku susah update karena suka banyak tugas negara nih, mana aku gak punya kamar sendiri lagi. Jadi yah begitulah :')
Tetep senyum dan jangan lupa bahagia yah Wannable, we're still wannable untill the end of this world!
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro