Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.0 | Wanna Be My Baby?

🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈  

SEONGWU menendang selimut yang digunakannya dengan perasaan frustrasi. Wajahnya terus terasa panas, terutama di bagian pipinya. Seongwu yang sedang menonton TV bersama Kuanlin dikejutkan dengan perkataan Daniel di acara penghargaan yang dihadirinya. Seongwu yang merona terpaksa menahan segala rasa kesalnya hampir seharian.

Jisung yang sempat datang untuk sarapan dan mengatakan kalau Daniel baru akan kembali malam nanti karena harus melakukan beberapa pekerjaan. Kekesalan Seongwu benar-benar sampai ke ubun-ubun saat mendengar hal itu. Tentu saja Jisung langsung mengabari Daniel dan hal itu malah membuat Daniel tidak berhenti tersenyum seperti orang bodoh di lokasi pemotretannya.

Sudah sejak setengah jam lalu Jisung keluar dari apartemen sambil menggendong Kuanlin. Daniel akhirnya melepas jas yang dipakainya dan hanya menyisakan kemeja berwarna putih dibaliknya, rambutnya yang awalnya tertata rapi sudah terlihat berantakan karena sejak tadi Daniel sibuk menggaruk dan menyentuhnya. 

Seongwu yang berada di dalam kamar memilih naik ke tempat tidurnya dan mengabaikan Daniel yang bertindak seenaknya. Jujur saja Seongwu masih tidak tahu harus bertindak bagaimana, tanpa sadar Seongwu memberikan Daniel lampu hijau untuk mendekatinya dan hal itu membuatnya merasa kacau. 

Mendekatinya dengan terang-terangan? Seongwu pikir Daniel akan mendekatinya dengan cara biasa. Mungkin memberikannya lebih banyak perhatian atau mengatakan seberapa berharganya Seongwu, tapi siapa yang menyangka pria itu akan mengumumkan ke seluruh Korea atau bahkan dunia kalau ia sedang jatuh cinta pada Seongwu?

Seongwu benar-benar merasa malu akan hal itu. Rasanya seperti ingin mengubur kepalanya ke dalam tanah. Masih terdengar sayup-sayup suara Daniel yang memohon agar Seongwu mau membuka pintu kamarnya dan membiarkannya berbicara, namun Seongwu merasa akan mencakar wajah Daniel jika ia melihat senyum bodoh pria itu saat ini. Akhirnya Seongwu memilih untuk mencari earphone miliknya dan memasangnya. Sambil berbaring, Seongwu lalu mulai memainkan game di ponselnya.

Membiarkan Daniel di luar kamarnya berbicara sendirian dan terus mencoba untuk membujuk Seongwu. 

  🎈🎈🎈  

Seongwu yang sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian menenggok ke arah jendela kamarnya. Hujan sedang turun dengan intensitas sedang, Seongwu terpaksa harus membeli payung. Karena selama tinggal di apartemen Daniel, ia tidak pernah memiliki kegiatan yang memaksanya untuk keluar di saat cuaca sedang tidak bersahabat seperti saat ini. Semalam Seongwu jatuh tertidur saat memainkan game di ponselnya. 

Setelah mengenakan hoodie berwarna putih kesayangannya, Seongwu lalu meraih ransel hitam miliknay dan mengisi ransel itu dengan ponsel miliknya, charger, dan dompet. Tidak ada banyak bawaan di dalam ranselnya, Seongwu lalu menatap kaca sebentar memastikan penampilannya.

Seongwu mendengus pelan saat menyadari kalau tubuhnya tenggelam karena hoodie yang digunakannya. Namun dibandingkan memilih untuk mengganti pakaiannya, Seongwu mencoba berpura-pura untuk mengabaikan hal itu. Begitu Seongwu membuka pintu kamarnya, pintu itu langsung membentur kepala seseorang dan orang itu mengaduh kuat karena benturan yang ada. 

"Astaga itu sakit sekali," keluh Daniel sambil mengusap kepalanya yang terbentur. 

"Maaf...," ucap Seongwu pelan. 

Daniel bangkit dari posisi berbaringnya dan berdiri berhadapan dengan Seongwu. Wajah Seongwu yang terlihat merasa bersalah membuat Daniel merasa gemas. 

"Bagaimana kalau sarapan bersama?" tanya Daniel sambil tersenyum ke arah Seongwu. 

"Aku sudah terlambat hari ini, aku akan sarapan di kafe."

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu."

"Tidak perlu," tolak Seongwu cepat. 

Daniel menahan langkah Seongwu dan membuat keduanya kini saling bertatapan. Seongwu memberikan lirikan tajam ke arah tangannya yang dipegang oleh Daniel, dengan sekuat tenaga Seongwu mencoba untuk melepaskan pegangan itu, tapi tetap saja tenaga Daniel lebih besar darinya. 

"Kita harus menyelesaikan masalah kesalahpahaman ini... jadi bisakah kau mendengarkanku?" pinta Daniel sambil memasang wajah serius.

Seongwu merasa bersalah entah kenapa. Padahal Daniel yang membuatnya kesal terlebih dahulu, akhirnya dengan sabar Seongwu menunggu Daniel menyikat gigi dan mencuci muka. Daniel keluar dari kamar dengan hoodie merah yang merupakan salah satu barang terlaris yang diiklankan oleh Daniel tahun ini. Seongwu sempat menginginkan Hoodie itu sebelum akhirnya mengetahui kalau tabungannya bahkan tidak akan cukup untuk membuatnya memiliki satu barang yang sedang dipakai Daniel. 

"Kita bisa datang sedikit terlambat, bagaimana kalau pergi sarapan kimbab di salah satu tempat yang aku sukai?"

"Terserah saja," jawab Seongwu sambil memainkan ponselnya. 

Keduanya lalu keluar dari apartemen tanpa berbicara sama sekali. Begitu Daniel menjalankan mobil miliknya, tangan Seongwu lalu digenggam Daniel sekali lagi. Membuat kedua mata Seongwu terbelalak kaget. 

"Akhirnya kau mau melihatku lagi," ujar Daniel santai saat Seongwu menatapnya dengan pandangan nyalang.  "Aku tahu aku salah karena mengaku seperti itu di depan umum, tapi aku tidak menyesalinya... memangnya apa yang harus aku sesali? Aku hanya mengaku sedang menyukai seseorang berinisial Ong Seongwu."

"Itu bukan inisal!"

Daniel tertawa pelan mendengar Seongwu yang protes. 

"Seongwu... jujur saja aku juga tidak bisa menahan perasaan milikku kepadamu," Daniel lalu melambatkan laju mobilnya karena lampu lalu lintas yang telah menjadi warna merah. "kau tahu... aku tergila-gila padamu. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu jadi milikku."

Kesungguhan dari ucapan Daniel itu ditunjukkan oleh Daniel lewat tatapannya yang membuat jantung Seongwu lagi-lagi berpacu dengan cepat. 

"Padahal aku pikir maksud dari mendekatiku secara terang-terangan itu bukan yang seperti ini...," gumam Seongwu pelan. 

"Lalu apa yang kau pikirkan?" tanya Daniel sambil mendekatkan wajahnya ke arah Seongwu.

"Kupikir... Hyung mungkin akan mendekatiku lebih intens atau melakukan hal manis lebih sering."

"Jadi kau ingin pendekatan seperti itu?"

Seongwu mendengus kesal. "Setelah semua ini? Ini bukan tahap pendekatan lagi."

Daniel terdiam saat mendengar ucapan Seongwu. Lampu lalu lintas masih belum berubah warna dan Daniel masih tetap tidak tahu harus berbuat apa dengan ucapan Seongwu. Seongwu yang melihat Daniel tetap tidak bereaksi lalu bergerak dengan cepat, memejamkan matanya dan mencium bibir Daniel. 

Sontak saja Daniel terbelalak kaget dengan hal yang dilakukan oleh Seongwu. Seongwu yang menemukan sisi lucu dari raut wajah terkejut, sambil tertawa pelan pemuda yang lebih muda itu membuat kedua pipi Daniel memerah karena tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi kepada perbuatan yang lebih muda kepadanya.

"Kan aku sudah bilang Hyung... aku hanya mencium kekasihku," kekeh Seongwu. 

Daniel langsung meminggirkan mobilnya sambil menatap Seongwu dengan tatapan serius, sebelum menarik wajah Seongwu dan mencium Seongwu. Seongwu-pun memejamkan matanya dan tersenyum di antara ciumannya dan Daniel yang memiliki rasa pappermint yang menyegarkan. 

Usai ciuman itu, Daniel memeluk Seongwu erat sambil tertawa. Bagi Seongwu hari ini adalah hari paling bahagia yang bisa dimilikinya usai kehilangan keluarganya, siapa sangka di saat ia kehilangan―Tuhan mempertemukannya dengan seseorang yang mampu membawa pergi seluruh luka dan sesak di dada. 

  🎈🎈🎈  

Daniel bersenandung senang, Seongwu dan dirinya kini duduk di dalam mobil sambil mengunyah kimbab yang dibeli Daniel di salah satu tempat langganannya sejak ia masih menjadi seorang trainee di agensinya. Sambil menyesap kopi dan susu hangat keduanya menatap ke arah Sungai Han yang mengalir dengan tenang. 

Gerimis masih turun, oleh karena itu Seongwu dan Daniel memilih melakukan sarapan mereka di dalam mobil. Dengan alunan pelan lagu Butterfly milik Bangtan Boys, keduanya mengunyah setiap potong kimbab yang mereka miliki. 

"Kau tahu... entah kenapa lagu ini benar-benar mewakili perasaanku saat ini."

Seongwu berbalik dan menatap Daniel dengan kedua pipi yang merona hingga ke telinganya. 

"Hyung kau harus berhenti menjadi seseorang yang Cheesy seperti ini."

"Kenapa? Apa itu menggelikkan?"

"Aku tidak tahan mendengarnya."

Daniel tersenyum dan mencium pipi kiri Seongwu. 

"Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku setiap kali hal itu tentang kau. Dan entah kenapa lagu ini menggambarkannya dengan baik. Rasanya masih sulit dipercaya, kalau kau sekarang bisa kugenggam tangannya seperti ini."

Seongwu tertawa pelan dan menyuapkan sepotong kimbab kepada Daniel. 

"Kalau begitu pastikan kau selalu membuatku berharga, aku berjanji tidak akan pergi jika kau bisa melakukan hal itu."

Daniel mengangguk dan maju untuk mengecup dahi, kedua mata Seongwu, pangkal hidung dan terakhir bibir Seongwu. 

"Aku pasti akan berbau aneh nanti," keluh Seongwu, meskipun begitu ia tidak menolak perhatian yang diberikan Daniel kepadanya. 

    🎈🎈🎈   

Hari ini Daniel tidak memiliki jadwal apapun, jadi ia memilih untuk pergi ke kafe tempat Seongwu bekerja dan duduk di meja pojok sambil memainkan game di ponselnya. Dan tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Daniel.

Daniel mau tidak mau terpaksa harus pergi ke apartemen Jisung dan mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ia lalu berjalan menghampiri Seongwu yang sedang mengelap salah satu meja yang tidak jauh dari tempatnya, saat ia menepuk pelan pundak Seongwu―membuat Seongwu berbalik dan menatap Daniel bingung. 

"Aku harus pergi sebentar untuk menjemput Kuanlin, kau jangan kemana-mana meskipun shift pekerjaanmu sudah selesai."

"Baiklah, tapi memangnya Hyung kenapa jadi tiba-tiba ingin menjemput Kuanlin?"

"Jisung-hyung yang memintanya, entah apa yang terjadi di apartemennya saat ini."

Daniel tersenyum ke arah Seongwu dan hal itu membuat Seongwu-pun ikut tersenyum. 

"Aku akan segera kembali, oh iya... setelah kau selesai bekerja, bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat untuk makan malam?"

Seongwu terdiam sebentar sebelum akhirnya―

"Aku ingin makan ramen di toko Seungri! Apa kita bisa pergi ke sana?"

"Tentu saja."

Seongwu menjadi bersemangat dengan makan malam mereka hari ini. Akhirnya ia bisa mencicipi ramen dari toko idolanya―Seongwu mengantar Daniel menuju ke arah pintu keluar kafe sambil melambai dengan penuh semangat ke arah pacar pertamanya itu. 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro