Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

0.7 | What Should I Do? I Like Him So Much

  🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈  

KUANLIN duduk diam di salah satu tempat duduk bayi yang ada di dalam kafe tempat Seongwu bekerja sebagai barista. Kuanlin sibuk menyedot susu strawberry yang diberikan oleh pemilik kafe. Kafe milik wanita bernama Lee Minji, kafe tempat Seongwu bekerja sedang ramai. Di dominasi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang membutuhkan pasokan kafein untuk tetap sadarkan diri di dalam kelas.

Seongwu beberapa kali dibuat merona karena para pelanggannnya menggodanya.  Mengatakan dirinya terlalu tampan untuk menjadi seorang barista,  para pengunjung juga bertanya soal Kuanlin yang berada di dekatnya. Tidak sedikit beberapa gadis bertanya apa boleh menyentuh pipi chubby Kuanlin kepada Seongwu.

Kafe dengan interior klasik di dominasi dengan warna-warna cokelat dan hitam membuat kafe ini memberikan nuansa menenangkan. Lampu-lampu yang digantung berwarna temaram dan aroma kopi yang memenuhi indera penciuman membuat Seongwu memejamkan matanya menikmati setiap hal yang sedang dilakukannya. 

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah memasuki musim gugur. Di bulan ini pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan mulai berubah warna sama seperti matahari di sore hari. Khayalan Seongwu dipatahkan saat sosok pemuda yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya, wajah pemuda itu tampan. Itu yang bisa Seongwu simpulkan. 

"Seongwu?"

Seongwu sedikit terbelalak lalu tertawa pelan menyadari siapa sosok di depannya. 

"Chanyeol-hyung, lama tidak berjumpa."

"Ya, kau benar-benar menghilang seperti ditelan bumi. Kau kemana saja?" omel Chanyeol. 

"Aku sudah pindah. Jadi yah begitulah... maaf tidak berpamitan dengan Hyung saat itu."

"Memangnya kau sekarang tinggal di mana? Ibumu bagaimana kabarnya?"

Seongwu hanya tersenyum kecut sebelum membalasnya dengan sebuah senyuman yang dibuat-buat. 

"Sangat baik. Dia bahagia sekarang dengan kehidupan barunya."

Chanyeol tersenyum senang mendengarnya. Ia adalah Park Chanyeol, tetangga Seongwu sejak kecil yang sering diminta ibunya untuk mengajari Seongwu beberapa mata pelajaran yang susah Seongwu pahami. Mereka dekat sedari dulu, hubungan kakak-beradik yang menyenangkan untuk disaksikan. Apalagi Seongwu dan Chanyeol sama-sama tampan dan tinggi semampai. 

"Apa yang Hyung lakukan di daerah ini? Bukankah ini cukup jauh dari tempat tinggal dan kantor Hyung?"

"Aku sekarang membeli sebuah apartemen di dekat sini, dan lagi aku dipindahkan kerja di rumah sakit yang ada di daerah ini."

Seongwu mengangguk paham dengan alasan mengapa Chanyeol bisa berada di kafe tempatnya bekerja, mata Chanyeol sejak tadi memang sudah terlihat mencuri pandang ke arah Kuanlin yang sudah menghabiskan susu strawberry miliknya dan memberikan kotaknya kepada Seongwu untuk dibuang ke tempat sampah. 

"Apa dia anak salah satu pegawai di sini?" tanya Chanyeol.

"Ah bukan... dia adikku, kenalkan Kuanlin."

"Adik!?" sergah Chanyeol yang mengangetkan Seongwu dan Kuanlin. "Maaf, aku tidak bermaksud...."

Chanyeol merasa bersalah saat melihat wajah Kuanlin yang sudah hampir menangis.  Seongwu hanya tersenyum maklum dan mengusak puncak kepala Kuanlin untuk menenangkan adiknya itu. 

"Tapi bukankah membawa Kuanlin bekerja seperti ini membuatmu sedikit kerepotan?"

"Tidak juga, Kuanlin anak yang baik dan tenang... aku tidak merasa kerepotan."

Pria itu mengangguk paham. Karena kafe sedang tidak begitu ramai, akhirnya Chanyeol dan Seongwu berbincang asik dari meja bar yang ada di kafe. Chanyeol yang dianggap Seongwu sebagai kakaknya sendiri mulai mendengarkan dengan serius seluruh cerita Seongwu mengenai ada hal apa saja yang terjadi padanya, begitu selesai bercerita—Chanyeol langsung menepuk pundak Seongwu penuh rasa prihatin. 

"Kenapa tidak mencoba menghubungiku saja? Aku kan tidak mengganti nomor kontakku."

"Aku tidak tahu Hyung , rasanya semua hal terjadi begitu cepat dan tiba-tiba... jadi aku memilih untuk setidaknya berjuang sendiri dulu."

Chanyeol paham dengan sikap Seongwu yang seperti itu. Sejak masih berusia belia, Seongwu sangat jarang menampakkan emosi yang dimilikinya—terkadang bahkan anak laki-laki itu memilih untuk tidur atau diam demi menghilangkan segala keinginan ataupun rasa yang ada di dalam dadanya. Karena itu Chanyeol sedikit merasa kecewa karena Seongwu yang tidak menghubunginya saat ia mengalami kejadian buruk—padahal ia berharap agar Seongwu bisa sedikit bergantung padanya di saat-saat seperti ini. 

"Hyungieeeee!" pekikan Kuanlin membuat Seongwu dan Chanyeol menenggok ke arah pria yang baru saja masuk ke dalam kafe. 

Pria itu menggunakan masker hitam, jaket denim dengan kaos berwarna ungu di dalamnya dan juga jeans yang memiliki warna senada dengan jaket miliknya. Sosok yang awalnya tersenyum riang itu langsung mengatup bibirnya saat melihat Seongwu sedang berbincang dengan seorang pria yang tidak dikenalinya. 


"Daniel-hyung? Kenapa datang kemari? Bukannya hari ini sedang sibuk?" tegur Seongwu.

Daniel berjalan cepat ke sisi kiri Seongwu dan menatap sengit ke arah Chanyeol yang seperti salah tingkah karena di tatap sedemikian tajamnya oleh Daniel. 

"Seongwu apa kau kenal orang ini?" tanya Daniel datar. 

"Eh... ya, dia salah satu tetanggaku saat aku dan Eomma masih hidup berdua."

Chanyeol-pun berinisiatif untuk mengulurkan tangannya dan berkenalan dengan Daniel, meskipun ia tahu pria di depannya ini tetap tidak senang dengan kehadirannya. 

"Kenalkan saya Park Chanyeol, tetangga Seongwu dulu. Saya bekerja di salah satu rumah sakit di dekat sini... saya hanya kebetulan bertemu dengannya, jadi kami berbincang sebentar. Ngomong-ngomong sudah menolong Seongwu, saya sudah menganggapnya seperti adik sendiri jadi... terima kasih banyak atas bantuannya."

Daniel diam sejenak dan akhirnya mengangguk pelan, "salam kenal Park Chanyeol-ssi... saya Kang Daniel." 

Chanyeol mengangguk dan akhirnya memilih segera kembali ke tempat kerjanya. Daniel meraih Kuanlin ke dalam dekapannya dan menatap Seongwu dengan pandangan tajam, Seongwu yang tidak mengerti arti dari tatapan Daniel itu mencoba menghindari kontak mata dengan pria yang lebih tua darinya itu. Daniel yang merasa dihindari lalu meraih pergelangan tangan Seongwu dan akhirnya tersenyum kepada pemuda yang telinganya telah memerah karena kini mata keduanya saling bertubrukan. 

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Daniel dengan lembut. 

"Ah... masih belum."

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Aku dengar dari Minji-noona kalau shift milikmu hanya ada sampai pukul dua siang ini. Berarti... sejam lagi."

"Eh tapi—"

"Jangan menolak. Aku hanya ingin memastikan kau tidak melewatkan waktu makan siangmu kali ini."

"Bukan itu... tapi aku mengambil shift sampai pukul tujuh malam. Jadi aku tidak bisa meninggalkan kafe sebelum itu, lagipula aku sudah makan bento yang aku pesan beberapa saat lalu. Kuanlin juga sudah makan siang bersamaku."

Daniel langsung mengerucutkan bibirnya merasa tidak senang. Padahal ia sendiri sudah bekerja seperti orang kesetanan hari ini karena ingin pergi makan siang bersama Seongwu, namun melihat kenyataan yang ada—Daniel benar-benar jadi kehilangan semangatnya. 

"Maaf," bisik Seongwu pelan sambil memasang wajah bersalah. 

"Ah tidak apa, aku rasa sebaiknya aku mengambil Kuanlin... dia sepertinya kelelahan. Kalau begitu malam nanti aku akan datang lagi... kali ini kita pergi makan malam bersama ya?" tanya Daniel dengan kedua mata memelas. 

Seongwu yang merasa bersalah akhirnya langsung mengangguk menyetujui ajakan Daniel. 

"Kalau begitu... bisa berikan aku satu caramel macchiato dengan tambahan dua sendok karamel?" 

"Tentu!" 

Dengan cepat Seongwu mulai membuat pesanan Daniel, usai membayar—akhirnya Daniel meninggalkan kafe dengan membawa Kuanlin dalam gendongannya, entah sejak kapan anak laki-laki itu jatuh tertidur dalam dekapan Daniel. Seongwu yang melihat Daniel yang terlihat begitu terbiasa dengan Kuanlin. Udara sudah semakin dingin dan dedaunan mulai menguning menandakan musim gugur benar-benar sedang terjadi. 

Daniel sempat mengatakan kepada Seongwu kalau ia paling senang dengan waktu di mana musim gugur mulai datang, karena udara menjadi sejuk ditambah lagi warna kemerahan dan jingga seolah menebar sejauh mata memandang. Kafe yang sempat ramai selama dua jam akhirnya kembali lenggang, Seongwu yang merasa bosan lalu mengeluarkan sebuah kantung belanja dari bawah kursi yang di dudukinya.

Seongwu menghela napas, ia sedang menyiapkan sesuatu untuk Daniel. Ia tahu kalau ulang tahun Daniel yang jatuh pada tanggal 10 desember akan segera datang—lebih tepatnya satu bulan lebih lagi. Namun Seongwu yang ingin membuat sesuatu yang spesial untuk Daniel akhirnya memilih untuk membuatkan Daniel sebuah syal rajutan, hadiah yang sama seperti yang pernah Seongwu buatkan untuk ibunya dua tahun lalu. 

Dengan modal beberapa benang dengan kualitas terbaik yang bisa Seongwu beli, pemuda itu tahu kalau Daniel bukanlah tipe pria yang mau menerima hadiah mahal darinya—lagipula Seongwu juga tidak akan membelikan barang yang diinginkan oleh Daniel. Akhirnya keputusannya ini dibuatnya, Seongwu mulai melanjutkan rajutannya yang bahkan belum sampai seperempat dari syal yang direncanakan olehnya. 

Sambil bersenandung pelan, Seongwu mulai kembali melanjutkan pekerjaannya merajutnya. Meskipun beberapa kali harus terinterupsi oleh para pelanggan kafe, Seongwu tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa mengeluh. 

  🎈🎈🎈  

Daniel dan Kuanlin sudah sampai di apartemen sejak setengah jam lalu, Kuanlin-pun sudah terbangun dari acara tidur siangnya dan bertanya kepada Daniel di mana sosok Seongwu berada saat ini. 

"Sekarang Seongwu sedang bekerja, jadi... aku harus membawamu kembali dulu. Malam nanti, kita akan menjemputnya dan pergi jalan-jalan."

"Kemana?" tanya Kuanlin sambil menaiki tubuh Daniel yang sedang duduk di atas sofa. 

"Kuanlin ingin pergi kemana?"

Kuanlin diam mencoba berpikir ingin pergi kemana bersama Kakak laki-lakinya, sejujurnya Kuanlin dan Seongwu memang tidak pernah benar-benar pergi bersenang-senang bersama. Bukan hanya karena kesibukan Seongwu untuk mencari uang, terkadang juga cuaca di luar sedang tidak mendukung untuk pergi bermain di taman bermain yang ada di dekat apartemen tempat mereka tinggal sekarang. 

"Kuanlin ingin bermain?" tanya Daniel sambil memandang Kuanlin dengan sebuah senyuman.

"Ya!" seru Kuanlin bersemangat sambil mengangkat kedua tangannya. 

Daniel mengangguk lalu mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, mengirimkan pesan kepada seseorang. 

"Kalau begitu ayo kita pergi bermain!" seru Daniel tidak kalah hebohnya dengan Kuanlin yang masih berusia tiga tahun lebih. 

Dua anak laki-laki itu kini berlari menuju ke arah kamar tempat Seongwu dan Kuanlin tidur untuk mulai mencari pakaian mana yang akan mereka kenakan untuk acara malam ini. Daniel dan Kuanlin kompak untuk memakai pakaian putih, Daniel memilihkan Kuanlin sebuah kaos berwarna putih dengan beberapa tulisan di pakaiannya dan juga jaket tebal dengan tudung berbulu yang membuat Kuanlin terlihat sangat menggemaskan. 

Kuanlin-pun memilihkan Daniel sebuah kemeja dan topi baseball putih untuk dikenakannya. Setelah selesai memilih pakaian yang hendak mereka kenakan, Daniel dan Kuanlin memilih untuk menonton Spongebob Squerpants yang dilanjutkan dengan menonton Robocar Polli sambil memakan sereal yang harusnya mereka makan saat sarapan. 

  🎈🎈🎈  

Seongwu yang mengenakan kemeja putih dan celana jeans hitam terkejut melihat Daniel dan Kuanlin yang memakai pakaian dengan nuansa seperti miliknya. Seongwu baru saja menyelesaikan shift miliknya dan saat melihat mobil sedan hitam Daniel sudah terparkir apik di depan toko—ia bergegas keluar sambil memanggul ransel hitamnya. 

"Bukannya kita hanya ingin pergi makan di luar?" tanya Seongwu sedikit salah tingkah. 

"Tentu, tapi aku ingin kita pergi ke suatu tempat juga."

Sambil mengangguk, Seongwu akhirnya masuk ke dalam mobil Daniel dan duduk di kursi penumpang depan. Kuanlin yang duduk di bangku penumpang belakang terlihat begitu senang memainkan mobil-mobilan miliknya yang baru pertama kali dilihat oleh Seongwu. 

"Apa Hyung memberikan Kuanlin mainan baru itu?" 

"Ah... aku mendapatkan itu saat membeli sereal."

"Ooooh...," gumam Seongwu. 

Padahal Daniel baru saja membujuk Kuanlin agar mau duduk di belakang sendirian dengan membelikannya mobil mainan Tayo yang sedang digemari anak-anak di salah satu toko mainan yang ada di Gangnam. Keadaan di mobil di dominasi pembicaraan antara Kuanlin dan Seongwu, ada banyak rentetan pertanyaan yang diajukan Kuanlin kepada kakak laki-lakinya itu—mulai dari apa saja yang dilakukan oleh Seongwu sampai apakah Kuanlin terlihat tampan atau tidak malam ini yang dijawab Seongwu dengan acungan jempol. 

Dahi Seongwu mengkerut saat Daniel membawa mobil miliknya masuk ke dalam kawasan salah satu taman hiburan besar di Korea Selatan, Everland. Mata Seongwu berbinar saat ia bisa melihat dari kejauhan lampu-lampu daerah taman bermain menyala dan berkelap-kelip. 

"Suka?" tanya Daniel sambil memandang Seongwu dengan tatapan lembutnya. 

Kuanlin sudah berlari terlebih dahulu bersama dengan seorang pegawai taman bermain yang diminta Daniel untuk memperhatikan setiap pergerakan dari bocah itu selama ia sedang bersama Seongwu. Seongwu berbalik dan mengangguk semangat.

"Aku selalu ingin pergi ke tempat seperti ini... terima kasih!"

Daniel mengangguk dan meraih pergelangan Seongwu, seperti tersihir Seongwu malah balik menggenggam jemari Daniel dan hal itu membuat keduanya kini berlari menuju ke arah wahana permainan dengan tangan yang saling bertautan. Mereka menaiki roller coaster, viking dan beberapa wahana seperti merry go around. Hanya ada mereka yang menjadi pengunjung dari tempat ini, sementara para staff dari everland masih berdiri siaga di pos-pos jaga mereka.

Wajah tersenyum dan tawanya Seongwu yang melengking membuat dada Daniel dipenuhi banyak hal menyenangkan. Entah kenapa keduanya malah melangkah mendekati salah satu tenda yang berada berseberangan dengan wahana merry go round, Daniel masuk terlebih dahulu dan saat melihat seorang wanita dengan tudung berwarna hitam yang ditaburi beberapa manik duduk menghadap deratan kartu yang terbalik membuat Daniel dan Seongwu merasa berdebar entah mengapa. 

"Oh selamat datang...," sambut wanita itu sambil mengambil kartu yang tadi tergeletak di meja.

"Itu... apa anda bisa meramal kami?" tanya Daniel yang kemudian mendapat tatapan kaget dari Seongwu. 

"Tentu..., saya akan meminta anda berdua mengambil satu kartu yang sama, lalu nanti saya minta anda untuk mengambil masing-masing tiga kartu sesuai keinginan anda."

Daniel mengangguk semangat dan mulai berdiskusi dengan Seongwu untuk mengambil kartu mana. Akhirnya keduanya mengambil kartu paling kiri, lalu dilanjutkan masing-masing dari mereka mengambil tiga kartu untuk diri sendiri. 

"Baik, saya akan mulai membaca dari kartu yang anda pilih bersama." Kartu terbuka. 

//Kartu Lovers//


"Baiklah... kartu ini mempresentasikan bahwa kalian berdua adalah orang yang ditakdirkan dari masa lalu atau dari dunia yang tidak diketahui, kalian adalah pasangan yang dipilih dari surga... kalian bisa saling mengetahui satu sama lain hanya dari bahasa tubuh kalian."

Seongwu terdiam mendengar ramalan tersebut dan Daniel meminta kartu pilihannya yang dibaca terlebih dahulu.


//Gambar tarot The Empress terbalik, the star terbalik dan strength//


"Ada tiga kartu, yang pertama adalah The empress, the star dan the strength... sepertinya kartu yang anda miliki ini memiliki makna yang sangat dalam. Baiklah saya akan membacanya, The Empress... itu berarti anda adalah orang tidak egois jika menyangkut orang yang anda sayangi, anda selalu menempatkannya di tempat pertama untuk segala hal yang berarti ini mengenai cinta yang tidak terbalas dan perasaan bergantung pada orang yang anda sayangi. Lalu untuk The Star yang berarti anda memiliki banyak pemikiran dalam yang tidak terucapkan yang berarti keinginan dan keraguan dalam menjalani sesuatu yang anda inginkan, dan yang terakhir adalah  The Strength sebuah kekuatan untuk mengatasi kekuatan tentang semua perasaan yang anda miliki sekarang... mungkin jalan untuk menemukan jawaban itu masih panjang, namun anda akan menemukan jalan keluar terbaik."

Daniel termenung saat mengetahui arti lagi kartu miliknya. Dan saat wanita itu hendak membaca kartu milik Seongwu, ada ketakutan sendiri yang Daniel rasakan saat ini. Apalagi sejak tadi Seongwu hanya diam di sisinya. 

//Gambar tarot the tower terbalik, the star terbalik, the emperor//

"Kartu anda terdiri dari The Tower, The Star dan The Emperor. Untuk kartu The Tower, anda bukanlah orang yang ingin mengambil risiko oleh karena itu anda lebih suka memendam perasaan anda demi tidak adanya perubahan dalam hubungan yang anda miliki kepada orang lain... meskipun anda adalah orang yang sangat peka dan cepat menyadari ada sebuah perubahaan dalam hubungan itu, untuk The Star dalam perspektif anda... ada banyak hal yang membuat anda merasa tidak percaya diri, terutama setelah seluruh perubahan hidup anda sekarang, hal itu semakin mencuitkan nyali anda bahkan membuat anda perlahan asing dengan diri anda sendiri... karena itu anda memilih untuk menolak perasaan yang orang lain miliki untuk anda. Dan yang terakhir adalah The Emperor... pada akhirnya anda mengambil keputusan, tapi masih belum diketahui keputusan macam apa yang anda pilih... namun hal itu pasti berakhir baik."

Daniel dan Seongwu mengucap terima kasih kepada si peramal sebelum melangkah keluar dari tenda dengan suasana canggung. 

"Ah... kenapa aku harus masuk ke dalam sana tadi," gerutu Daniel. 

Seongwu yang melihat itu hanya bisa tertawa kering mencoba menghidupkan suasana. Sejujurnya ia bukanlah orang yang mempercayai hal seperti ramalan—namun Seongwu merasa isi dari ramalan itu menghantamnya dengan telak, ia dan hal itu membuatnya sedikit khawatir.

"Aku sudah meminta pegawai yang mengawasi Kuanlin untuk membawa Kuanlin ke restoran yang ada di taman ini... apa ingin segera ke sana?"

Seongwu kebingungan, ia masih ingin berada di sisi Daniel namun di saat yang bersamaan juga ia tahu kalau mereka sedang berada dalam keadaan canggung. Daniel yang menyadari dilema yang dialami Seongwu lalu kembali meraih tangannya dan membawanya menuju ke salah satu wahana wajib yang harus dinaiki para pengunjung. Daniel naik terlebih dahulu ke bianglala yang disusul oleh Seongwu. Saat bianglala mulai bergerak naik, Daniel memajukan wajahnya hingga hanya tersisa beberapa senti Seongwu. 

"Kau merasa terganggu dengan hasil ramalan itu?" tanya Daniel lembut sambil mengusak rambut Seongwu.

"Ah itu... emmm untuk beberapa hal memang ramalan itu benar mengenaiku."

"Jangan terlalu dipikirkan, hal seperti itu hanya untuk menghibur saja."

Pemuda yang lebih muda itu mendongkak dan menatap Daniel dengan tatapan yang sulit Daniel jelaskan bermakna apa. Tanpa sadar Daniel meraih pergelangan tangan Seongwu lalu menciumnya.

Wajah Seongwu langsung memerah saat ia bisa merasakan bibir Daniel menyentuh permukaan kulitnya. Seumur hidupnya, tidak ada seorangpun yang mencium tangannya seperti yang Daniel lakukan. 

"Kau tahu... akupun takut pada perubahaan, namun kali ini—aku merasa ada sesuatu yang berbeda, ada yang berbeda saat aku bersama denganmu."

Seongwu menatap Daniel sedikit tidak percaya. 

"Aku menyukaimu... sangat menyukaimu, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkanmu?" tanya Daniel dengan suara pelan. 

Degup jantung Seongwu menggila, ia sedikit ketakutan Daniel bisa mendengarkannya. Padahal Seongwu sendiri tidak tahu apa itu namanya menyukai atau mencintai dalam artian istimewa seperti yang dimaksud oleh Daniel, apa rasa suka itu seperti rasa sukanya pada burger cheese di salah satu restoran cepat saji atau kesukaannya pada warna hitam dan biru? Apa sejenis rasa suka seperti yang Daniel maksud?

"Boleh aku menciummu?" Daniel sudah berada beberapa senti di depan Seongwu. 

Remasan Seongwu pada tangan Daniel menandakan kalau ia sedang merasa gugup bukan main. Namun kali ini Daniel tidak melangkah mundur seperti yang terakhir kali, ia menatap kedua manik mata Seongwu dengan berani seolah menunjukkan kalau kali ini dia tidak main-main pada perasaannya. 

"Boleh?" tanya Daniel sekali lagi. 

"Iya...," bisik Seongwu pelan, memberikan persetujuan. 

Begitu Daniel semakin maju dan Seongwu bisa merasakan napas Daniel menerpa kulitnya, Ia memejamkan matanya. Begitu bibir Daniel menyentuh bibir tipis Seongwu, dada Seongwu dipenuhi sesak yang menyenangkan. Hanya menempel beberapa detik sebelum Daniel menjauh dan menatap Seongwu yang akhirnya membuka matanya lagi, kembali bertukar pandang—Daniel kembali maju dan mendaratkan ciumannya, namun kali ini ciuman keduanya terasa lebih intim dari yang sebelumnya, Seongwu tanpa sadar mencengkeram kemeja Daniel karena gugup. Beberapa detik kemudian Daniel melepaskan ciuman mereka yang terasa begitu manis, saat melihat wajah Seongwu yang memerah parah—Daniel lalu mengecup dahi Seongwu lembut.

"Aku tidak akan memintamu jadi kekasihku sekarang... tapi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku mulai sekarang dan sekarang aku akan melakukannya secara terang-terangan."

Dan rasanya Seongwu ingin melompat turun saja dari bianglala sekarang mendengar deklarasi yang baru saja Daniel ucapkan sambil mencuri satu ciuman lagi dari Seongwu di pipinya. Bagaimana bisa sekarang dia malah membuat permasalahan hidupnya semakin rumit dengan memberikan kesempatan pada seorang pria seperti Daniel untuk merebut hatinya yang sebenarnya sudah dalam perjalanan untuk dimiliki pria itu? 

  🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈 🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈 

TOLONG YA ITU ITU MOMEMEN SEMALAM TU AAAAAAAAA

POKOKNYA MANTEP KALE HUHUHUHU MANA MENANG DAESANG LAGI KITA SEMALAM! HUHUHUHU MA BOIS DESERVE IT!!!

Padahal itu aku lagi kerja kelompok buat tubes, udah tinggal dua :')

Doain cepet kelar ye biar bisa update juga /heh lu lupa soal UAS apa/

Huhuhuhu intinya aku kangen mau nulis sesuka hati hiks... tapi nanti aku ada jeda ujian lumayan si dua hari. Kali aja aku ngemaso kan? Bisa update semua cerita yang kalian tungguin~

Mari kita banyak-banyak berdoa biar ongniel makin kenceng terbangnya. 

Oh iya soal ramalan itu, itu kebalik yah sebenernya wkwkwk jadi ramalan Seongwu di sini itu ramalan buat Daniel begitu juga sebaliknya. Yang mau baca thread ramalannya bisa klik link ini~

  https://twitter.com/speachtars9695/status/995670428440936449  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro