Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

0.5| Morning, Baby

DANIEL terbangun saat mencium aroma mentega yang dilelehkan juga suara berisik dari celotehan anak kecil. Matanya terbuka perlahan dan saat tubuhnya berada dalam posisi duduk. Ia bisa melihat dengan jelas sosok Seongwu yang sedang sibuk mengaduk sesuatu di kompor, sementara Kuanlin yang duduk di sebuah kursi tidak jauh dari area dapur sedang sibuk mengajak bicara boneka kelincinya.

"Kelinci, Hyungie! Kelinci cuka apa?" tanya Kuanlin sambil tetap memandang bonekanya. 

"Tuan kelinci sangat menyukai wortel bukan? Kenapa Kuanlin tidak berikan wortel? Hyung yakin tuan kelinci akan senang dengan pemberian Kuanlin. Ah! Dan tuan kelinci pasti ingin makan wortel dengan Kuanlin hari ini... bagaimana kalau hari ini kita makan, makanan kesukaaan tuan kelinci?"

Kuanlin diam menatap Seongwu lalu mengerucutkan bibirnya, sedikit tidak setuju dengan pemikiran Seongwu, terutama pemikiran untuk makan wortel bersama tuan kelinci. 

Daniel mendekat sambil menggaruk pipinya dan masih dengan wajah setengah mengantuk.  Seongwu yang melihat Daniel sontak merona,  mengingat kejadian semalam.  Namun dengan cepat ia mengalihkan pikirannya dan memandang Daniel dengan sebuah senyum di wajahnya.

"Selamat pagi Daniel-ssi," sapa Seongwu dengan sopan.

"Pagi!" sapa Kuanlin sambil mengangkat kedua tangannya dan tersenyum hingga kedua lesung pipitnya terlihat.

"Selamat pagi,  apa aku mengangetkan kalian?"

"Ah tentu tidak,  malah mungkim Daniel-ssi yang terkejut karena kehadiran kami di sini."

Daniel menggeleng pelan, "Jisung-hyung sudah menjelaskannya padaku. Tidak masalah...  kau bisa tinggal bersamaku di sini sampai kalian menemukan rumah yang cocok dan ada dalam keadaan ekonomi yang lebih baik."

"Ta-tapi saya dan adik saya tidak ingin merepotkan banyak orang. Saya akan segera menemukan pekerjaan yang tepat sehingga bisa menyewa apartemen sendiri."

Daniel tersenyum simpul mendengar ucapan Seongwu,  tentu saja kehadiran Seongwu akan membantunya dalam berbagai hal. Terutama membuatkan sarapan dengan aroma yang disukainya.

"Ngomong-ngomong Seongwu,  bisakah kau tidak memanggilku dengan nada sekaku itu? Aku tidak keberatan dipanggil Hyung. Dan tolong bicara lebih santai,  kau terdengar seperti pegawai respsionis di hotel saja."

"Baiklah kalau begitu...," jawab Seongwu setengah bergumam.

"Hyungie,  calapan juga?" Kuanlin mengenterupsi kegiatan Daniel memandang figur Seongwu dari sisi kanan.

"Emmm kalau Hyung-mu tidak keberatan membuatkan bagian untukku,  tentu aku akan ikut."

Seongwu berbalik cepat, "tentu saja aku menyiapkannya."

"Baguslah kalau begitu," kekeh Daniel.

Kuanlin memandang Daniel yang tetap berdiri di sisi kirinya sambil menatap kakak laki-lakinya dengan pandangan yang sedikit menerawang. Bagi Kuanlin, Daniel sedang lapat jadi melihat apa saja yang dilakuka oleh Seongwu di dapur kecilnya.

"Linlin temani cikat gigi!"

"Eh?"

"Cikat gigi,  Uwu-hyungie ga akan kaci mamam kalau belum cikat gigi."

Dengan semangat Kuanlin memanjat turun kursi yang di dudukinya dan mulai menarik celana hitam Daniel,  membawanya untuk pergi menggosok gigi di pagi hari. Sementara Seongwu menghela napas panjang saat Kuanlin seperti menangkap signal permintaan tolongnya untuk membawa Daniel pergi, tatapan mata pria itu membuat bulu romanya bangkit. Sangat intens hingga Seongwu merasa kinerja pori-pori di tengkuknya meningkat drastis.

"Bersikaplah seperti biasa,  Ong Seongwu!"

***

Jisung menghela napas panjang,  mencoba menyingkirkan tangan pria yang menggulung posesif di sekitar pinggangnya. Rambut Jisung yang berwarna cokelat terang terlihat sedikit berantakan,  tidak jauh berbeda dengan pria yang masih memilih memejamkan matanya.

"Minhyun lepaskan,  aku harus bekerja."

"Hyung,  kau terus-terus saja mengatakan ingin bekerja ini dan itu,  padahal Daniel tidak menghubungimu sama sekali sejak semalam. Apa kau tidak ingin menghabiskan waktu denganku? Aku ini kekasihmu."

"Bukan itu masalahnya,  kau harus ingat aku ini digaji oleh agensi untuk melayani Daniel, yang berarti aku juga harus melakukan pekerjaan di agensi."

Minhyun hanya mencabik bibirnya,  lalu memainkan ponselnya mencoba tidak menatap kekasihnya yang sejak tadi menghela napas panjang.

"Bagaimana kalau kubuatkan sarapan?" bujuk Jisung.

"Aku lebih suka kopi untuk sarapanku,  dan aku bisa meminta Minki untuk membelikannya."

"Minhyun-ah,  jangan seperti itu...  baiklah bagaimana kalau kita melanjutkan yang semalam di kamar mandi? Kau senang berendam bersamaku kan?"

Minhyun langsung berbalik dan memandang Jisung dengan wajah berbinar. Sontak saja ia langsung mendorong Jisung hingga terbaring dan mencium pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu hingga menimbulkan bunyi kecupan basah dan desahan pelan.

"Benar-benar lebih menyusahkan dibanding Daniel."

***

Daniel sudah duduk di karpet bersama Kuanlin dan Seongwu untuk sarapan. Seongwu ternyata membuat sandwich dan cream soup. Kuanlin sudah asyik mencelupkan roti panggangnya ke dalam sop dan mengunyahnya dengan wajah senang. Seongwu mengunyah sandwich miliknya dengan tenang,  sementara Daniel memilih untuk memotretnya terlebih dahulu.

Usai mengunggahnya,  Daniel langsung meraih kopi yang dibuatkan Seongwu sambil memandang Kuanlin yang hampir meminum setengah dari jus jeruk yang dibuatkan untuknya. Seongwu tersenyum melihat Kuanlin dan mengelus pelan puncak kepala anak laki-laki itu, mata keduanya bertemu dan Seongwu dengan cepat mengalihkan pandangannya. Membiarkan semburat merah menghiasi pipinya,  Daniel bersumpah Seongwu jadi seratus kali lebih menggemaskan.

"Emmm apa Daniel-hyung ingin aku ambilkan air putih?"

"Tidak masalah,  biar aku saja yang mengambilnya nanti. Habiskan saja sarapanmu."

Seongwu akhirnya mengangguk dan memandang wajah Kuanlin yang mulai belepotan cream.

"Hari ini apa kau punya rencana melakukan sesuatu?" tanya Daniel begitu ia menghabiskan sandwich bagiannya.

"Tidak ada... Aku mungkin akan berakhir dengan bermain bersama Kuanlin dan membereskan barang-barang kami."

"Bagaimana kalau hari ini ikut denganku? Aku ada syuting di daerah Paju,  aku yakin Kuanlin akan suka tempat itu."

Seongwu meragu, tentu saja Paju adalah tempat yang indah. Tapi pergi ke sana bersama seorang bintang besar seperti Daniel,  pasti akan membuat banyak rumor pada pria itu.

"Tenang saja,  kau akan aku jadikan staff untukku. Kau bisa melihat-lihat lokasi bersama Kuanlin dengan tenang,  mungkin kau bisa belajar sedikit dari kunjungan ini."

Seongwu semakin ragu. Ia tidak tahu Daniel sedang membawa alur pembicaraan ini ke arah mana, ia begitu takut dengan pikiran-pikirannya yang saat ini sedang memenuhi otaknya.

"Kau bisa bekerja sebagai wakil manager-ku,  menemaniku ke tempat syuting dan membantuku menyiapkan beberapa hal penting selama aku bekerja... Tentu aku akan menggajimu."

Sebuah tawaran yang menggiurkan, jujur saja. Seongwu benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, ia membutuhkan uang saat ini untuk memenuhi kebutuhannya dan Kuanlin. Meskipun uang hasil menjual barang-barang telah diberikan oleh Jonghyun, jumlah uang itu tidak akan cukup untuk membiayai mereka berdua setidaknya sampai awal tahun baru nanti. Seongwu benar-benar tidak memiliki banyak pilihan, selain ia yang merupakan siswa tingkat akhir di sekolah menengah atas, ia bukan anak yang cekatan, tidak juga pandai dalam pembelajaran di sekolah dan dia ceroboh. Mendapatkan pekerjaan dengan dirinya yang seperti ini tentu saja tawaran yang diberikan oleh Daniel sangatlah menggoda. 

"Bagaimana kalau hari ini kita coba saja dulu? Kalau memang terasa menyenangkan... kita bisa melanjutkannya. Kau ingin kita membuat kontrak kerja juga?"

"Eh... ta-tapi itu...," suara Seongwu tercekat di tenggorakkannya. 

"Tenang saja, aku tidak memaksamu kok... tapi aku rasa, tawaran seperti ini patut untuk dicoba."

Seongwu menggigit bibir bagian bawahnya mencoba menenangkan pikirannya.  Mencoba untuk membiarkan akal sehatnya yang bekerja lebih dominan, ia lalu melihat ke arah Daniel yang kini memandangnya dengan sebuah senyuman di wajahnya, membuat Seongwu merasa ada sesuatu yang menggelitik memenuhi perutnya. 

"Baiklah akan kucoba... tapi apa tidak apa-apa membawa Kuanlin di saat seperti ini?" tanya Seongwu dengan raut wajah tidak enak. 

"Tidak masalah, aku rasa Kuanlin mungkin akan menarik perhatian sutradara yang ada dan mungkin kalau kita beruntung... Kuanlin bisa menjadi model kecil."

Kuanlin yang mendengar namanya disebut langsung menatap Seongwu dan Daniel dengan mulut yang masih sibuk mengunyah roti panggangnya dan potongan besar daging asap. Daniel yang melihat hal itu tidak bisa menahan rasa gemasnya dan langsung mengusak pipi Kuanlin gemas sambil tertawa pelan. 

"Acara syutingnya akan dimulai pukul sepuluh nanti, aku harus ada di lokasi paling lambat sejam sebelum syuting... aku akan bersiap, kau dan Kuanlin juga bisa mulai mempersiapkan diri."

Daniel membawa piring kotor miliknya ke tempat cuci piring, sementara Seongwu mulai menyuapi Kuanlin karena anak laki-laki itu sepertinya lebih tertarik untuk menjadikan cream soup-nya sebagai masker wajah, bukannya makanan. Dan setelah hampir dua belas menit menyuapi Kuanlin, Seongwu dengan cekatan membawa piring kotor ke tempat mencuci dan langsung mencucinya sambil menyuruh Kuanlin untuk melepas pakaiannya di saat ia sudah selesai membilas piring-piring yang digunakan. 

"Saatnya mandi!" kekeh Seongwu sambil meraih tubuh telanjang Kuanlin dalam dekapannya. 

Dengan sedikit berlari kecil, Seongwu lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ikut membuka pakaiannya, ia berniat untuk mendi bersama Kuanlin. Syukurlah Kuanlin hanya tinggal membasuh tubuhnya hingga bersih dan mencuci rambutnya saja, tidak membutuhkan waktu lama. Usai mandi, Seongwu lalu membuka koper berwarna merah dan mencari pakaian untuk Kuanlin. 

Akhirnya pilihan Seongwu jatuh pada pakaian seragam pelaut berbahan kaos yang dingin, dengan warna biru dan putih yang mendominasi, Seongwu juga memakaikan Kuanlin celana berwarna biru gelap dibandingkan putih, karena Kuanlin memiliki kebiasaan duduk di manapun dia mau. Rambut halus Kuanlin di sisir rapi, sementara Seongwu yang masih mengenakan handuk buru-buru mencari pakaian untuk dirinya sendiri. Pilihannya jatuh pada kemeja biru gelap yang memiliki tulisan besar di bagian belakang yaitu 'FlowerBomb' berwarna putih. 

Seongwu membiarkan rambutnya di sisir seadanya, namun ia memilih untuk menjepit sedikit bagian poninya agar tidak membuatnya basah karena keringat nantinya. Ia mengecek ponsel miliknya dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Begitu ia keluar, sosok Jisung yang memakai kaos lengan pendek berwarna peach sedang tertawa sambil menggendong Kuanlin. 

"Selamat pagi, Seongwu!" sapa Jisung hangat. 

"Selamat pagi, Hyung !' sapa Seongwu balik. 

"Bagaimana tidurmu semalam? Cukup nyenyak bukan?"

"Tentu saja Hyung."

"Syukurlah, oh ya di mana Daniel? Apa dia mengganggumu semalam? Aku mendapatkan telefon darinya. Sedikit tidak menyangka dia akan datang ke apartemen ini lagi setelah hampir tiga tahun membiarkan apartemen ini kosong."

"Ah tidak... aku menemukan Daniel-hyung sedang berada di sofa untuk tidur. Lagipula ini adalah tempat milik Daniel-hyung pasti dia akan datang ke tempat ini cepat atau lambat."

"Kau sebaiknya berhati-hati padanya, dia pria yang menyebalkan dan kekanakan. Sekarang dia bersikap dewasa karena ingin membangun image baik di depanmu," kekeh Jisung. 

"Ba-baik Hyung...," jawab Seongwu sedikit tegang karena ucapan Jisung. 

Melihat reaksi Seongwu itu membuat Jisung tertawa geli, sementara itu pintu salah satu kamar di apartemen terbuka dan menampilkan sosok Daniel yang memakai kaos putih polos dibalik jaket bomber berwarna biru gelap juga. Jisung yang melihat ketiga orang yang baru bersama kurang dari dua puluh empat jam itu kini muncul bersamaan dengan pakaian bernuansa sama membuat wajah Jisung mengkerut. 

"Yak! Kalian janjian mengunakan warna biru hari ini? Kenapa aku sendiri yang memakai warna merah muda di sini?" gerutu Jisung. 

"Ini kebetulan yang menyenangkan," kekeh Daniel. 

Rambut Daniel yang berwarna cokelat kini terlihat sedikit lebih terang, Seongwu berpikir kalau cat rambut Daniel perlahan luntur. Keempatnya lalu berjalan keluar dari pintu apartemen dan menuju ke basement  tempat mobil van yang diparkirkan. Sosok Yongmin yang berada di balik kemudi menyapa Seongwu dengan sebuah senyuman hangat yang membuat Seongwu membungkuk sambil balas tersenyum. 

Daniel duduk di bangku tengah sementara Jisung di bangku depan tepat di belakang supir, Seongwu dan Kuanlin yang hendak duduk di bangku paling belakang di tahan Daniel dan menyuruh Seongwu untuk duduk di bagian tengah bersamanya. Perjalanan ke Paju memakan waktu hampir satu jam. Jisung menjelaskan apa saja yang akan Daniel lakukan sambil memberikan Kuanlin beberapa permen dan wafer untuk mencegah Kuanlin merasa mabuk mobil, meskipun sebenarnya Kuanlin-pun terbiasa naik pesawat seperti yang Yifan beritahukan kepada Seongwu. 

Begitu mobil van itu memasuki sebuah kawasan yang Seongwu ketahui dari menonton acara Runningman episode dari girlgrup terkenal Korea yaitu SNSD, Paju English Village. Sudah sejak lama Seongwu ingin datang ke tempat ini bersama teman-temannya, mengambil foto atau menikmati suasana khas kota Inggris tua membuat jantung Seongwu berdebar. 

"Seongwu, bisakah nanti kau menolong Daniel untuk mengambil makanannya? Aku mungkin akan berbicara dengan sutradara tentang beberapa hal di dalam naskah ini."

"Tentu Hyung."

"Harusnya Hyung  tidak perlu mengatakan hal seperti itu, aku tidak akan melewatkan makan siangku," gumam Daniel kesal, matanya lalu memandang raut wajah Seongwu, "Seongwu, kenapa tidak pergi berkeliling saja dulu? Kita bisa bertemu nanti. Berikan saja nomermu, aku akan menelfonmu saat membutuhkannya." Daniel menyodorkan ponsel miliknya kepada Seongwu, sebuah ponsel merk luar dengan model terbaru berwarna hitam.

"Ah iya...." 

Seongwu menerima ponsel Daniel dan langsung mengetikkan nomernya, segera Seongwu mengembalikan benda itu kepada Daniel dan mereka semua melangkah keluar dari van. Daniel langsung pergi menuju ke salah seorang pria bertopi baseball hitam dan memakai kemeja hawai di hari yang panas. Dalam hati Seongwu bertanya-tanya Daniel sedang melakukan syuting apa ditempat seperti ini, namun lamunan Seongwu teralihkan oleh sosok manis Kuanlin yang kini di dekati seorang gadis. 

"Halo, siapa namanya?" tanay gadis itu sambil membuat suara lucu. 

"Kuanlin, dia Kuanlin."

"Dia tampan sekali, apa dia adikmu?" 

"Iya," jawab Seongwu singkat. 

"Ah maaf aku seenaknya, perkenalkan, namaku Anri Hidaka. Kau bisa memanggilu Anri, aku adalah penulis skenario untuk syuting."

"Salam kenal, Saya Ong Seongwu."

"Nama yang unik yah, berapa umurmu?" 

"Sembilan belas tahun," ucap Seongwu sambil memperbaiki posisi menggendongnya. 

"Muda sekali yah, ah! Apa kau salah satu aktor yang akan ikut syuting kali ini?"

"Ah tidak, saya datang untuk membantu Jisung-hyung  di sini."

"Oooh kau membantu Jisung-oppa yah... ngomong-ngomong adikmu bisa beristirahat di sebelah sana. Kami menyediakan tempat untuk berbaring, apa dia sempat mengalami mabuk kendaraan jadi sekarang tertidur?"

"Tidak, dia hanya kekenyangan saja. Jadi merasa mengantuk beberapa menit sebelum kami sampai."

Anri mengangguk, ia sudah berhenti mengelus pelan pipi tembam Kuanlin. Ia pamit untuk pergi mengecek keadaan di balik layar, Seongwu hanya membungkuk sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke arah langit cerah. Ada beberapa awan yang berarak mendekati tempatnya berada. Kuanlin dalam gendongan Seongwu mulai menggeliat menandakan ia sudah terbangun, sambil mengusak matanya ia lalu memandang wajah Seongwu dengan kedua matanya yang bulat.

"Sudah bangun?' sapa Seongwu sambil tersenyum. 

Bukannya menjawab sapaan dari Seongwu, Kuanlin malah tertawa dan memeluk Seongwu tepat di lehernya. Sambil tertawa keduanya lalu memilih untuk mendekati sebuah pancuran air yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri, Seongwu tidak menyadari kalau sejak tadi Anri memperhatikannya dengan kedua mata yang berbinar. Senyuman itu, sentuhan hangat dan lembut itu, semuanya terasa tepat. 

***

Syuting dimulai, Seongwu berdiri di belakang Jisung sambil memperhatikan Daniel yang sedang berakting di hadapan seorang gadis belia yang dikatakan Jisung bernama Ahn Jimin, berusia enam belas tahun. Pada syuting kali ini Daniel dan Jimin sedang memainkan cerita mengenai sepasang kekasih yang memiliki beda umur yang cukup jauh, Jimin berasal dari keluarga kaya, sementara Daniel hanyalah seorang mantan buruh pekerja kasar yang akhirnya bisa membangun bisnisnya sendiri. Pertemuan mereka di taman saat pesta dansa yang digelar oleh orangtua Jimin membawa benih-benih cinta di antara keduanya.

Seongwu begitu terpana oleh seluruh alur kisah itu, Kuanlin yang berada di sisinya menyadari perubahaan raut wajah Seongwu. Ada yang berbeda dari tatapan Seongwu, namun ia masih belum mengerti apa itu. Tapi, ada sesuatu yang berbeda dari kakak laki-lakinya itu dan saat ia melihat siapa yang sedang dipandang oleh Seongwu, sosok itu adalah Daniel. 

"Uwu-hyung gendong!" ujar Kuanlin sambil merentangkan tangannya ke atas. 

"Baiklah, apa kau juga ingin melihatnya? Daniel-hyung  sangat hebat loh memainkan perannya. Dulu saat Hyung  masih murid SMP, Hyung  pernah menjadi ksatria di drama kelas... sangat menyenangkan...," ujar Seongwu tanpa sadar. 

"Hyung mau main itu?" tanya Kuanlin sambil menunjuk Daniel dengan wajah polosnya.

"Mungkin, tapi Hyung tidak tahu lagi bagaimana caranya melakukannya."

Kuanlin diam dan mencoba berpikir, namun akhirnya memilih untuk membiarkannya saja. Dirinya terdistraksi oleh uluran permen kapas dari Jisung yang berwarna biru, tentu saja bagi Kuanlin makanan dan mainan adalah hal terpenting untuknya. 

Syuting dihentikan pada pukul dua belas malam, seluruh kru terlihat kelelahan namun menunjukkan wajah memuaskan. Daniel-pun ikut membungkuk memperlihatkan punggungnya yang tetap tegap. Jisung sedang berada di dalam van menidurkan Kuanlin, sementara Seongwu membantu Daniel mengemasi barang-barangnya. Begitu Daniel masuk ke dalam ruang tempatnya mengganti kostum dan make-up sosok Seongwu yang sedang membereskan beberapa barang bawaannya menyambutnya. Seongwu berbalik dan tersenyum ke arah Daniel.

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Daniel-hyung  tinggal mengganti baju saja dan kita bisa segera kembali. Apa Daniel-hyung ingin membeli makan malam dulu sebelum kita kembali?"

"Ah tidak perlu... aku lebih memilih ramyeon pedas di saat seperti ini."

"Jadi kita hanya perlu langsung kembali ke apartemen milik Daniel-hyung yah... akan aku beritahukan ke Jisung-hyung . Aku juga sudah selesai membereskan barang-barang Daniel-hyung , setelah mengganti pakaian Hyung bisa langsung ke mobil saja. Aku deluan," Seongwu membawa tas berukuran besar dengan tubuhnya dan menyeret satu koper kecil yang berisi pakaian ganti Daniel. 

Daniel hanya membiarkan Seongwu pergi begitu saja sementara ia memandang pantulan dirinya di kaca, wajahnya merona. Daniel duduk di kursi sambil memegang pipinya yang terasa hangat. 

"Sial, jangan bilang kalau aku sudah tergila-gila pada bocah itu!"

***

Jisung duduk di kursi yang berada di beranda apartemen Daniel, mereka baru saja mengantar Seongwu ke apartemen Daniel yang lama. Ia meminum beberapa teguk air perasan jeruk nipis yang dibuatnya, sementara Daniel sedang berbaring di atas sofa sambil memakan jelly dari Jisung. Wajahnya terlihat frustasi, karena itulah Jisung memilih untuk tidak banyak ikut campur. 

"Hyung apa menurutmu aku adalah seorang bajingan?"

"Tentu," jawab Jisung tidak peduli. 

"Hyuuuung!" rengek Daniel. 

"Dengar yah, sebagai seseorang yang mengetahui kisah cinta dan pribadimu lebih dari siapapun di muka bumi ini. Aku tahu kau akan tertarik pada bocah itu secepat ini, dia anak yang manis, memiliki tutur kata yang baik ditambah dia adalah sosok yang kuat. Kau bertemu dengannya di saat dia berada di titik terendah kehidupannya," Jisung mengambil napas dan kini berjalan mendekati Daniel, "kau selalu menjadi seperti ini Daniel, siklus percintaanmu selalu seperti ini. Kau terlalu mudah jatuh cinta pada seseorang dan saat kau menyadari akan adanya perubahaan dalam hidupmu, kau mengambil langkah mundur."

"Dengarkan aku. Kali ini aku tidak akan mendukungmu seperti saat kau bersama dengan Chungha atau saat kau memulai pertemanan tidak sehat dengan Sungwoon yang bisa mengerti keadaanmu. Dia masih berumur delapan belas tahun Kang Daniel! Dan aku tidak akan membiarkanmu membuatnya hancur, dia sudah kehilangan orangtuanya... kau pasti tahu hal itu bukan? Jika kau tertarik padanya hanya seperti yang dahulu kau lakukan pada kekasihmu... jauhi anak itu jika kau masih ingin kuanggap sebagai adik."

Daniel mengembuskan napas panjang, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Ia tahu kalau ia tidak memastikan perasaannya pada Seongwu, maka ia akan benar-benar menjadi seorang bajingan sama seperti yang Jisung katakan kepadanya. 

Dan Daniel tahu apa yang harus dilakukannya untuk memastikan perasaannya kepada Seongwu, yaitu berada di sisi pemuda itu selama yang ia bisa. Daniel langsung bangkit dari posisi berbaringnya dan memandang Jisung yang hampir tersedak air perasan jeruk nipisnya. 

"Hyung!  mulai besok aku akan tinggal di apartemen yang ditinggali Seongwu!" seru Daniel. 

"Yak, Kang Daniel! Apa kau gila?"

"Aku harus memastikan perasaanku Hyung,  dan caranya adalah berada di sisi Seongwu berada dalam waktu yang lama. Aku yakin, aku bisa melakukannya... aku yakin kali ini, aku bisa serius dalam hal percintaanku!" 

Daniel yang berseru begitu bersemangat tidak menyadari kalau Jisung hanya termangu dengan keputusan yang diambilnya. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro