Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

「 Bab 7 : Susu Stroberi 」

"Tidak terselamatkan, ya?"

"Benar-benar."

"Apa kita akan membiarkannya saja?"

"Setidaknya kita berikan waktu lagi saja."

"Atau mungkin kita tenggelamkan saja."

Semua temanku, bahkan aku—sebagai objek yang mereka bicarakan, menoleh pada Yasuko serentak. Jelas, bulu kuduk kami merinding mendengar pernyataan saran darinya. Hei, Yasuko biasanya akan selalu berpikiran dewasa dan menenangkan. Kenapa ia sekarang terdengar seolah menjadi pembunuh yang dingin dan kejam. Aku tidak mau jika kehidupanku berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan seperti kabur dari pembunuh berantai, apalagi jika itu Yasuko pelakunya.

"Tidak salah jika anak ini mendapat julukan penulis yang kejam."

Semua mengangguk, menyetujui kesimpulan dari ketua. Detik berikutnya, mereka langsung beralih lagi menatapku. Aku--yang semula ikut menatap Yasuko--tersentak dan kalang kabut mencoba memfokuskan diri untuk kembali menulis saja. Pura-pura tidak tahu jika sedang menjadi objek yang diperhatikan.

Ini sudah pertengahan liburan musim panas. Satu karanganku telah selesai, tugasku pun sudah selesai sebagian besar, dan kalian tahu apa lagi yang selesai?

Sepertinya hubunganku dan Yuichi.

Aku menubrukkan kepalaku ke meja tiba-tiba, memicu pekikkan dari teman-temanku. Mereka mencoba menahan diri dan berbalik, berpura-pura tidak melihat apapun tadi. Karena setelahnya, aku mulai merengek. Sungguh musim panas yang menyebalkan dan aneh.

Jangan tanya sudah berapa lama aku seperti ini. Semenjak diabaikan di restoran cepat saji? Semenjak aku melihat Yuichi bersama gadis itu? Entahlah, sejak kejadian-kejadian itu, aku selalu kabur jika nyaris bertemu atau berpapasan dengannya. Terutama ketika melewati konbini. Yang kulakukan pasti selalu sama, bersembunyi di balik Yasuko dan menutupi wajahku sendiri, berharap tidak ketahuan. Karena aku tahu, ia—entah mengapa—selalu menunggu di depan konbini, megang susu kotak dan melamun di tempat biasanya kami mengobrol.

Lebih tepatnya lagi ... aku bahkan tidak tahu alasan aku kabur darinya.

.

.

.

「Yakusoku, 'ka?」
Bab 7 : Susu Stroberi
by andin

.

.

.

"Sampai jumpa esok!"

Semua melambai ketika berpisah di sebuah persimpangan. Aku, Yasuko, dan Akina mulai menyusuri jalan biasa kami, berlawanan dengan Ketua dan Kimawari yang mengambil jalan kanan. Seperti biasa, kami mengobrol kecil. Sesekali aku menanggapi obrolan mereka dengan anggukan atau jawaban singkat saja. Rasanya aku tidak memiliki tenaga untuk menjawab, apalagi sekedar bermonolog seperti ini.

"Kau ... ada masalah dengan Laki-laki Hujanmu itu?"

Aku—yang semula menggiring kerikil di bawah kakiku sembari jalan, mendongak dan menoleh ke arah Yasuko. Matanya terlihat serius menatap lurus padaku. Cukup penuh penekanan, membuatku nyaris ketakutan. Netra mataku bergulir menatap Akina yang ternyata juga tengah menatapku lurus.

Aku menunjuk diri sendiri seperti orang bodoh dan mencicit kecil, "Aku?"

Keduanya balas mengangguk dengan kompak dan tetap menatap serius dengan raut wajah seolah mengatakan, 'Memang siapa lagi selain kau?'

"Ah ... tidak, tidak ada apapun."

"Orang yang mengatakan begitu, biasanya memang memiliki masalah."

Yasuko hanya mengangguk, menyutujui ucapan Akina. Aku langsung mengembungkan pipi dan berkacak pinggang. Memasang wajah kesal karena tidak dipercaya.

"Mou, memangnya aku pernah berbohong?"

"Selalu."

"Ah, bagaimana dengan janji membawa kuki ke ruang klub ya? Kupikir seseorang mengatakan akan membawanya?" Akina berceletuk.

Di sisi lain, Yasuko ikut menyahut, "Kupikir seseorang juga mau membawakan manga pembunuhan dan bermain kartu misteri di ruang klub."

"H-hei— itu namanya ingkar janji bukan berbohong." Aku mencoba menghentikan keduanya dari mengatakan apapun yang mereka pikirkan. Apapula jadi mengumbar janji-janji lama yang pernah kubuat.

"Ah, Yacchan? Kau lupa satu hal? Ada seseorang juga yang mengatakan kalau ia baik-baik saja, padahal ia baru saja menangis karena terjatuh di taman, 'kan?"

"Ya, orang itu bahkan tidak mau jujur soal apa yang dirasakannya."

"Yah, hatinya terlalu tertutup. Aku pernah menemukan tokoh dengan hati seperti itu. Lama-lama ia akan jadi mangsa makhluk malam—"

"Aaaaaaa! Baiklah baiklah, aku memang ada sesuatu-!" Aku memekik keras, mencoba menghentikan Akina yang berusaha menaku-nakutiku. Aku tahu itu hanya candaan. Tapi candaan seperti itu kadang mampu membuatku tidak tidur selama seminggu. Candaan hantu memang sangat sialan.

"Jadi kau benar-benar ada masalah dengan laki-laki itu?" Yasuko langsung berujar pada intinya.

Aku menghela nafas. Kami melanjutkan perjalanan dengan aku yang mulai memberikan tanggapan. Mengangguk tapi menggeleng setelahnya. "Entahlah, aku sendiri tidak yakin. Mungkin bisa dikatakan seperti itu, tapi aku merasa masalahnya datang dariku."

"Darimu?" Akina mengerjap. "Aku tidak yakin pasti laki-laki mana yang kalian maksud. Tapi, jika memang Natsu-chan beranggapan kalau masalahnya darimu, pasti tetap akan ada hubungannya dengan orang itu. Apalagi jika kau membicarakannya."

"Aku tidak paham perkataan Akina-chan, tapi aku paham maksudnya." Aku menatap Yasuko yang memang terlihat seperti memahami perkataan Akina yang bahkan aku sendiri tidak dapat memahaminya. Tatapanku seolah memelas pada perempuan itu untuk menyimpulkan dan memberikan uraian dengan jelas dari apa yang dapat dipahaminya. Salahkan kata-kata Akina yang sulit dicerna. Atau mungkin salahkan otakku saja yang sedikit bermasalah dalam mencerna.

"Yah, apapun itu, intinya semua ini akan berputar pada laki-laki itu." Yasuko menjeda. Ia berbalik menatapku dan membuatku berhenti melangkah. "Dan semua akan selesai jika kau menemui dirinya."

Aku menengok ke belakang Yasuko, melihat jelas arah yang ia tunjuk dengan ibu jarinya. Itu sudah persimpangan dengan konbini, tempat biasa aku menemui atau bertemu dengan Yuichi. Aku langsung berdiri tegap dan menggeleng. "Besok saja. Aku sudah tidak ada tenaga untuk hari ini."

"Ayolah, kau hanya akan menumpuk pikiran buruk jika terus menundanya. Lebih baik bertemu dan mengobrol santai saja. Tidak perlu menyinggung apapun soal permasalahan kalian." Akina,  yang entah sejak kapan sudah berada di belakangku, langsung mendorongku.

Yasuko terlihat tidak keberatan, berlawanan dengan aku yang mencoba memberontak. Sialnya, aku tidak bisa menolak dan kabur, karena keduanya berhasil menyeretku ke arah konbini, bahkan masuk. Yah, aku hanya bisa pasrah sekarang.

Suara penjaga kasir yang ramah terdengar menyapa. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kikuk. Tanpa berpikir panjang, langsung menuju deretan lemari pendingin. Yasuko dan Akina mengekor di belakang, mencoba mencari Yuichi yang mereka pikir akan ada di sini seperti biasa.

Yah, tadinya kupikir juga begitu. Mungkin laki-laki itu sudah bosan menunggu? Memang aku tidak sepenting itu untuk ditunggu, 'kan?

Aku membuka lemari pendingin dan mengambil kotak susu. "Sudah kubilang, 'kan? Lebih baik besok saj—"

Aku tercengang. Baru saja aku ingin melemparkan keluhan pada Yasuko dan Akina yang berada di belakangku, karena yang mereka lakukan hanya kesia-siaan belaka. Tapi saat aku membalikkan diri, yang kudapati bukan dua gadis dengan kemeja putih sekolahku. Justru seorang laki-laki dengan kaos putih dan potongan rambut panjang. Ah, jangan lupakan wajah nya yang berkeringat.

"Ah-"

Aku tersentak kecil, terkejut akan hal itu. Cukup lama aku mematung karena netra gelap dari laki-laki itu juga terus menatapku tak berpaling.

"Ah? Laki-laki Hujan?"

Yuichi mulai tersadar dan menggelengkan kepalanya. Ia dengan kikuk mengangguk dan menyapaku balik. "Halo."

"Haha, lama tidak berjumpa."

Aku mencoba untuk berbasa-basi sesantai mungkin sembari mataku melirik ke sekitar, mencoba mencari keberadaan dua teman sialanku yang tidak dapat kulihat dimanapun, selain di jendela besar yang memperlihatkan mereka tengah melambai. Sialan- aku ditinggal oleh Akina dan Yasuko. Parah sekali mereka.

"Ya, cukup lama."

Aku terdiam singkat sebelum berceletuk, "Ah, ingin susu stroberi? Ayo kutraktir lagi dan kita minum bersama di luar!"

Setidaknya susu stroberi selalu menjadi penyelamatku, 'kan?

≪ °❈° ≫

Regards, ndin1091 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro