Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

「 Bab 14 : Kii-chan 」

"Hah ...."

Helaan nafas kuhembuskan. Terasa begitu berat, karena memang itu yang kurasakan sekarang. Berharap menghabiskan hari libur dengan bermalas-malasan di rumah, justru aku dimarahi Mama dan diberikan tugas untuk membeli bahan masakan. Padahal aku baru saja menyelesaikan tugas dan belajarku. Tidak bisakah aku libur sejenak?

"Mou! Kau selalu di rumah, tidak melakukan apapun. Tidakkah kau punya pacar? Kenapa tidak mencoba untuk berjalan-jalan dengan perempuan?!"

". . . Aku masih kelas 3."

"Aku sudah berpacaran sejak kelas 2 SMP!"

Aku tidak bisa berkata-kata, apalagi membalas ucapan Mama. Aku lupa jika Mama sangat cantik. Bahkan masa mudanya, dia jauh lebih cantik. Karena itu, urusan pacar, Mama sudah ahlinya.

Dan lagi orang tua mana yang malah menyuruh anaknya berpacaran, huh?!

Aku kembali menghela nafas dan melihat ponsel. Ponselku tengah menampilkan catatan barang yang harus kubeli. Semua dapat kucari di konbini dengan mudah. Harusnya, sih. Karena aku baru sadar, ada nama-nama sayur di dalamnya. Konbini disini ... entah, apa betulan punya tidak, ya. Aku jarang memperhatikan.

Baru saja kuturunkan ponselku untuk melihat konbini yang sudah dekat, wujud seseorang yang tak asing tertangkap oleh penglihatanku. Rambut panjangnya kini tergelung rapih.  Bajunya hanya kaos dengan gambar lucu dan rok dengan kemeja kotak-kotak diikatkan melingkar di pinggangnya.

Ah, itu Natsuki.

Perempuan itu terlihat diam dan sepertinya melamun. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang pasti Natsuki tidak fokus dengan sekitarnya. Mungkin terjadi sesuatu?

"Natsuki?"

Aku memanggil perempuan itu. Merasa terpanggil, Natsuki menoleh. Netra brunette yang biasanya cerah kini memancarkan raut kesedihan, ia berkaca-kaca. Detik berikutnya, tangisan dari perempuan itu pecah dan dengan cepat menerjang diriku.

Aku gelagapan, panik dengan sikap Natsuki yang tiba-tiba. Beruntung tidak ada seorang pun di sini, membuatku tidak dipandang macam-macam oleh yang lain.

"H-hei? Ada apa?"

"Huwaaaa-! Yuichii-!!"

"Natsuki– tunggu, katakan apa yang terjadi?"

"Tolong jadi pacarku, huweeee-!!"

. . .

"HAH?!"

.

.

.

「Himitsu?」
Bab 14 : Kii-chan
by andin

.

.

.

Aku kembali menepuk punggung Natsuki, mencoba menenangkan perempuan itu dari tangisnya. Setelah beberapa menit berlalu, tangisan darinya mereda dan kini hanya tersisa Natsuki dengan segukan kecil.

"Merasa jauh lebih tenang?"

Dengan bahu yang bergetar kecil, Natsuki mengangguk sebagai balasan. Aku menghela nafas lega dan bersandar di bangku. Jalanan yang memang tidak pernah ramai, kini pun sama. Hanya beberapa kendaraan yang berlalu-lalang, menjadi pengisi suara dan latar di sekitar kami.

Natsuki tidak lagi mengusap wajahnya. Hanya duduk, ikut memandangi jalan sepertiku. Bahunya kadang tersentak kecil, menunjukkan jika perempuan itu masih sesegukan. Aku terus meliriknya dari sudut mataku, sebelum kembali beralih menatap jalanan.

"Ingin bercerita?"

Hening, tak ada jawaban dari Natsuki. Kurasa memang itu sifat perempuan. Menangis tiba-tiba dan kadang tidak mau menceritakan soal perasaannya. Yah, jadi tugasku sekarang hanyalah menunggu Natsuki mengatakan sesuatu. Mau aku tinggalkan untuk membeli barang, rasanya tidak baik. Biarlah Mama menunggu sedikit lebih lama.

Nanti akan kubawa Natsuki sebagai pembelaan.

"Kau tahu, sekolahku adalah sekolah putri, 'kan?"

"Hmn, lalu?"

"Karena itu tidak ada satupun anak laki-laki. Tapi teman-teman klub ku entah kenapa memiliki pasangan semua! Mereka bilang berkenalan dari SMA lain lah, bahkan ada yang berkenalan dengan anak kuliah. Lalu ada yang berkenalan dari game, berkenalan dari sosial media! Bahkan ada yang sebenarnya juga pernah punya pacar, tapi sudah tidak berhubungan lagi."

". . . Jadi?"

"Jadi mereka semua sudah merasakan rasanya berpacaran! Lalu mereka menyerbuku dengan pertanyaan, banyak pertanyaan! Mereka menanyaiku, apakah aku pernah memiliki pacar atau aku sedang berpacaran? Aku jawab tidak!

Setelahnya aku diejek habis-habisan. Bahkan Yasuko saja mengejekku."

Aku mengangguk-angguk dan tidak memberikan respon apapun lagi. Natsuki terus bercerita dengan kemarahan yang mengebu-gebu, aku dapat merasakannya. Bahkan sesekali terlihat tangannya menunjuk-nunjuk jalan yang tak bersalah, atau kakinya yang kadang dihentakkan karena kesal. Poninya berayun, seiring perempuan itu bergerak.

"Karena itu ...."

"...?"

"Aku tidak mau diledek, jadi aku mengatakan hal bohong bahwa aku sudah memiliki pacar."

"He ...."

"Dan aku mengatakan pada mereka, kalau Yuichi itu pacarku."

Suara gebrakan terdengar. Itu aku, yang jatuh dari bangku dengan konyol. Bahkan raut wajahku juga menampilkan ekspresi konyol sebagai reaksi dari apa yang dikatakan oleh Natsuki. Aku mengerjap, mencoba memutar ulang perkataan Natsuki di otakku.

"Kenapa aku-?"

"Saat aku bilang, aku memiliki pacar, mereka langsung mengarah padamu. Karena aku tidak terpikirkan hal lain, jadi kukatakan iya—"

"H-huh?! Kenapa aku?"

"Karena begitu–"

"Tunggu, tunggu, tunggu." Aku mencoba bangun dan berdiri. Menatap kebingungan Natsuki, aku mulai kembali berbicara, "Kenapa juga aku? Maksudku, memangnya kau tidak ada pilihan lain?"

"Aku saja sekolah di SMA putri! Aku tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki."

". . . Jadi hanya aku?"

"Iya! Yuichi laki-laki pertama!"

"Kenapa tidak dengan teman SMP mu?"

"SMP ku juga SMP putri!"

"SD! SD mu pasti campuran, 'kan?"

"Aku tidak memiliki kontak teman SD lagi. Semua kuhapus."

"Aku– bagaimana bisa aku jadi pacarmu?"

"Ayolah!" Natsuki mulai merengek. Ia bahkan menangkupkan tangannya, memasang wajah memelas untuk menarikku. "Aku mohonnnnn~ hanya bohongan saja, kok. Bisakah kau pura-pura menjadi milikku?"

"Ukh– tapi ...."

"Yuichi tidak perlu melakukan banyak hal, kok! Kita hanya akan berpura-pura menjadi pasangan. Lagi pula, kita tidak satu sekolah. Jadi jauh lebih mudah, 'kan?"

"Itu benar ...."

"Jadi kau setuju?"

Aku menghela nafas, mencoba memikirkan ulang apa yang terjadi. Berpacaran tapi tidak sungguhan. Seharusnya tidak masalah bagiku. Benar kata Natsuki, kami beda sekolah. Itu artinya, teman sekolahku tidak perlu tahu juga bahwa aku sedang berpacaran, 'kan?

Aku menatap Natsuki, yang kini memasang wajah memelas. Ukh- ini hanya pacaran bohongan, ini hanya pura-pura, ini tidak betul-betulan.

Dan dengan satu tarikan nafas panjang, aku mengangguk. "Baiklah, akan kubantu menjadi pacar bohonganmu."

"Benarkah?!"

"Ya."

"Yeay-! Akhirnya~! Yuichi yang terbaik, terima kasih~" Natsuki langsung memelukku tanpa berpikir panjang. Bahkan pelukannya terasa cukup erat dan mampu membuatku sesak. Aku menepuk-nepuk perempuan itu, mengisyaratkan aku yang mulai kehabisan nafas.

"Hehe, maaf~"

Aku menarik nafas, mengabaikan cengiran tak berdosa dari Natsuki. Setelahnya, aku kembali berdiri tegap. "Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Hmn? Entahlah. Nanti aku bisa menghubungimu jika perlu. Ah-! Kita harus mengubah nama kontak masing-masing supaya terlihat nyata. Lalu ... bagaimana dengan satu permintaan. Aku mau Yuichi menyapaku setisp pagi dan mengucapkan selamat malam setiap malam di pesan.  Jadi aku bisa menunjukkannya ke teman-teman yang lain."

"Huh? Haruskah?"

"Huumn-! Setiap pasangan melakukannya!"

"Baiklah."

"Lalu ... haruskah kita membuat nama khusus? Nama panggilan kesayangan!"

"Huh?!"

"Setiap pasangan melakukannya, loh."

"Ukh ... aku tidak pandai membuat nama panggilan." Aku menjeda beberapa saat sebelum kembali berujar, "Bagaimana jika ... Nat-chan?"

"Aku selalu dipanggil begitu."

"Ukh ... Kii-chan?"

Natsuki hanya mengerjap. Detik berikutnya senyum cerahnya seketika merekah, binar matanya menunjukkan hal yang sama.

"Un! Itu bagus, Yuu-kun!"

≪ °❈° ≫

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro