
「 Bab 13 : Hal Aneh 」
Aku dan Natsuki melangkah keluar dari rumah sakit beriringan. Setelah dokter kembali datang beberapa menit semenjak kejadian yang menggemparkan itu, pria dalam balutan jas dokter itu mengatakan jika Natsuki bisa langsung pulang, setelah berpesan pada kami untuk menjaga kesehatan dan jangan sampai terlalu kelelahan apalagi sampai berada di bawah matahari tterlalu lama.
Aku mengangguk menimpali saran dokter dan membungkuk untuk mengucapkan terima kasih. Natsuki melakukan hal yang serupa saat ia sudah berdiri di samping ranjangnya. Setelah mengurus beberapa hal sisanya, kami melangkah keluar. Tentunya aku juga berterima kasih pada paman dan bibi yang membantuku saat membawa Natsuki ke rumah sakit. Mereka memberikan beberapa nasihat dan mengatakan jika mereka membantu orang tanpa mengharap balasan, padahal Natsuki baru menawarkan untuk mentraktir mereka makan malam. Setidaknya itu yang dapat kami lakukan.
Dengan begitu, selesai sudah urusan kami di rumah sakiit dan aku melangkah perlahan. Orang-orang terlihat ramai, sirine ambulan tak ada habisnya. Aku berniat membuka mulut, memberikan komentar soal kecelakaan yang terjadi itu, tapi urung. Sekelebat bayangan Natsuki yang tersenyum membuatku terdiam.
"Rasanya seperti keberuntungan. Orang-orang mengalami kecelakaan di persimpangan jalan tempatmu akan menyebrang dan kau selamat karena membawaku ke rumah sakit. Sepertinya seorang Laki-laki Hujan memiliki keberuntungan yang keren."
Aku hanya menatap punggung Natsuki dari belakang ketika gadis itu berjalan di depanku. Langkahnya terlihat ringan, seolah senang dengan kalimat fakta yang ia katakan.
"Kau ... Natsuki." Aku mengurungkan niat dan hanya memanggil Natsuki. Gadis itu langsung berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. Netra brunette itu menatap penuh tanda tanya.
"Ya?"
"Maaf. Kau menghampiriku ke toko roti, tapi aku tidak mengetahuinya. Kau mnyuruhku menunggu, tapi tidak kulakukan. Padahal kau sudah menunggu lama dan berlari ke arahku, tapi aku bahkan tidak sadar. Akhirnya kau malah terluka karenaku."
Natsuki hanya mengerjap dan kekehan kecil terdengar darinya. "Haha, tak apa, aku tidak masalah dengan itu. Lagi pula ini bukan salahmu. Aku hanya ... merasakan sesuatu yang membuatku harus mencarimu."
Aku baru ingin membuka mulut, bertanya soal apa maksud perkataannya. Tapi Natsuki langsung menarik tanganku dan memotong niatku.
"Intinya tidak perlu meminta maaf. Ini bukan salahmu. Justru aku sangat senang karena Laki-laki Hujan begitu peduli padaku." Ia tertawa kecil sebelum melanjutkan, "Bahkan kata Bibi tadi, dia bilang kalau kau berlari dan berteriak panik di rumah sakit. Padahal aku hanya pingsan biasa."
Ah ... telingaku memanas.
"Aku tidak--"
"Kau bohong~"
"Bagaimana bisa kau tahu jika orang berbohong, huh?!"
"Karena Yuichi mudah terbaca di wajahnya. Lihat, telingamu memerah."
"Aku tidak-- ini karena mataharinya!"
"Ahahaha~"
Perempuan ini terus menggodaku dan melontarkan beberapa kalimat ejekan, yang semakin lama membuat telinga hingga pipiku terasa panas. Tapi melihat tawa dan senyum cerah dari Natsuki yang biasanya kulihat, membuatku merasa lega. Kejadian menemukannya yang pingsan memang benar-benar membuatku merasa takut hingga panik.
"Ah, Natsuki." Aku teringat sesuatu dan memanggil perempuan itu yang kini tengah melangkah riang di depanku.
"Hmn?"
"Kau ... pesan dariku tidak dibalas, tapi terbaca. Apa..--"
"Oh, itu? Aku kehilangan ponselku tadi. Jadi mungkin masih terbuka di pesanmu."
" . . . HEH?!"
.
.
.
「Himitsu?」Bab 13 : Hal Anehby andin
.
.
.
Aku menghempaskan diri ke kasur, merasa lelah. Bersiap terlalu awal di pagi hari, berlari menerobos manusia di pusat kota, bertemu dengan Natsuki yang pingsan, berlari membawanya ke rumah sakit, menunggunya terbangun hingga sore, dan berakhir mencari ponselnya hingga malam. Terlalu banyak kejadian yang hari ini terjadi, rasanya membuatku jauh lebih kelelahan dibanding hari biasanya. Kami bahkan melupakan rencana awal untuk pergi ke pusat perbelanjaan.
Yah, setidaknya tidak terjadi apapun pada Natsuki. Bahkan ponsel perempuan itu berhasil ditemukan. Aku menelpon beberapa kali ketika mencari, hingga seseorang menjawabnya. Ternyata ia menemukan ponsel Natsuki yang masih terbuka. Karena takut, ia langsung mematikannya. Beruntung orang ini baik dan mengamankannya, bahkan menunggu di sekitar sana karena tidak tahu tempat penemuan barang hilang ada di sebelah mana. Yah, setidaknya walau sedikit bodoh, orang ini sangat baik.
Dan dengan begitu, semua masalah berakhir. Aku meminum susu stroberi dengan dia yang juga meminum hal yang sama. Kami baru mampir dari konbini terdekat, membeli dua kotak susu, dan berjalan beriringan untuk pulang. Sunyi hanya menghantar kami hingga berpisah di sebuah persimpangan. Itu mengakhiri hari yang semula kubayangkan akan menjadi hari seperti pasangan lain melakukan date.
. . . Apa yang kupikirkan?
Aku sedikit mengacak-acak rambutku, sebelum berguling dan menatap ponsel yang tergeletak di meja belajar. Setelah menimang-nimang beberapa saat, aku beranjak dari kasur dan melangkah mendekati meja belajar. Kuambil ponselku sebelum membukanya, hanya untuk melihat notifikasi yang aku tunggu-tunggu.
Satu pesan tak terbaca dari Natsuki.
'Terima kasih untuk hari ini-! Walau tidak jadi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, tapi aku senang bisa menghabiskan sisa hari bersamamu. Walau hanya untuk mencari ponselku, hehe~ Terima kasih banyak karena kau terus membantuku. Membawaku ke rumah sakit hingga mencarikan ponselku. Maaf aku mengacaukan janji kita dan menyebabkan banyak masalah!'
Aku tersenyum kecil. Tanganku mulai tergerak, menekan keyboard ponsel dan menuliskan beberapa kalimat panjang untuk membalas pesan dari Natsuki.
'Tak masalah. Aku juga harus minta maaf karena membuatmu menunggu lama. Kita bisa menjadwalkan ulang untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaannya.'
Denting pesan langsung masuk, tak lama setelah aku mengirimkan pesanku pada Natsuki.
'Ayo, ayo! Mari pergi ke tempat lainnya juga, jika kau mau!'
'Tentu. Lebih baik kita berangkat bersama saja dari konbini, supaya hal-hal tak mengenakan, tidak lagi terjadi.'
'Ahahaha~ Aku setuju, aku setuju~'
Aku terdiam. Sesuatu mulai menghantui pikiranku. Kilasan soal suara Natsuki yang kudengar saat akan menyebrang jalan, tiba-tiba muncul kembali. Berita kecelakaan di sana, hingga Natsuki yang tersenyum. Hei, ada sesuatu yang aneh. Jika bukan karena suara itu dan firasatku soal Natsuki, aku mungkin akan menyebrang dan mengalami kecelakaan sama persis dengan korban yang lain. Tapi karena suara itu menggangguku, aku langsung engurungkan niat.
Apa ini?
Aku bergegas mengetik sesuatu, kali ini cukup panjang. Tanganku terus mengetik dengan cepat. Begitu sudah selesai, aku memandangi apa yang telah kuketik. Detik berikutnya, kutekan tombol hapus dan kuhapus semua pesan yang semula sudah kuketik. Bertanya hal-hal aneh seperti itu, rasanya hanya akan menyinggung perasaan Natsuki. Dan jika salah langkah, aku mungkin bisa membuatnya merasa tidak nyaman denganku.
'Yuichi? Kau mengetik sesuatu barusan?'
Aku terkejut ketika denting pesan masuk ke dalam ponselku.
'Tidak. Sepertinya tidak sengaja kutekan. Tadi ada huruf acak yang nyaris kukirim padamu.'
'Oh ...kau tidak tidur? Kita seharian mengalami hal yang berat, loh~'
'Kau sendiri tidak tidur. Bukannya jika perempuan tidur larut, kulit mereka akan rusak?'
'Siapa yang bilang begitu?!'
'Entah, aku hanya mengada-ngada saja.'
'Hei-!'
'Tapi tidur larut tetap tidak baik untuk kesehatan. Lekaslah tidur, Natsuki.'
'Mou, baiklah baiklah. Selamat malam, Laki-laki Hujan~'
'Selamat malam.'
Aku menghela nafas, memandangi pesanku yang sudah terbaca namun tak kunjung dibalas. Itu menandakan jika Natsuki sudah meletakkan ponselnya dan mungkin saja sudah bersiap tidur. Aku bersandar di kursi belajar, menghela nafas berat. Banyak hal aneh yang terjadi.
Dan Natsuki adalah salah satunya.
≪ °❈° ≫
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro