Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2 : Siapa Dia?

"Muslimah yang cantik menjadikan sifat malu sebagai mahkota kemuliannya. Dan menjaga kehormatannya adalah dengan menjaga sifat malunya."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Ruangan kelas menjelang siang terlihat sepi. Padahal guru yang mengajar pun tak terlihat keberadaannya. Tapi, walau tak ada guru bukan berarti tidak ada kegiatan.

Terlihat Azura dengan serius menuliskan sesuatu di buku tulisnya. Bukan hanya Azura saja, tetapi teman satu kelasnya pun melakukan hal yang sama.

Terlihat di depan sana tepatnya di papan tulis. Ada 5 butir soal essai yang harus mereka kerjakan sampai istirahat menjelang.

Sudah hampir 2 jam mata pelajaran mereka semua sibuk dengan kegiatan menulis. Dan ada beberapa anak murid yang mengumpulkan bukunya ke depan dan langsung meninggalkan kelas.

Sesuai pesan Ustadzah Fatma, mereka boleh meninggalkan kelas jika tugas yang mereka kerjakan selesai dan dikumpulkan di atas meja guru.

"Sil, sudah?" tanya Azura pada Asilla.

Asilla menggeleng. "Belum. Ini dikit lagi selesai."

Setelah mendapat jawaban dari pertanyaannya Azura bungkam. Karena mengajak bicara pun akan memperlambat kegiatan Asilla. Terlebih lagi Azura tidak ingin menggangu fokus temannya yang sedang mengerjakan tugas yang hampir selesai.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Habis ini mau ke kantin atau kembali ke kelas?" tanya seseorang di samping kiri Azura.

Azura bungkam sebentar namun ia tetap melanjutkan langkahnya, sebelum akhirnya mengeluarkan suara karena kedua temannya itu menunggu pendapatnya. "Aku ngikut kalian aja," jawab Azura pelan.

"Astagfirullah. Sabar Fir, sabar."

Azura yang mendengar sahabatnya yang bernama Nafira berusaha menyabarkan diri membuat Azura geleng-geleng kepala dan tak urung juga membuat senyumnya terbit walaupun tipis sekali.

"Makanya jangan tanya, Fir. Walaupun Azura mau ke kelas tapi kitanya mau ke kantin pasti dia bakal ikut kita," jawab Asilla yang sudah mampu mengendalikan diri karena melihat Nafira yang terlihat sedikit kesal.

"Yaudah. Kalau gitu kita ke kantin ya?" tanya Nafira penuh semangat.

Sebagai jawaban, Azura dan Asilla mengangguk sambil menjawab, "Iya."

Azura kembali bungkam sambil tangannya membawa buku tugas teman-temannya. Di kanan dan kirinya, Asilla dan Nafira tetap berbicara agar perjalan mereka menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas tadi ke Ustadzah Fatma tidak dalam keheningan. Walaupun bungkam, Azura sedikit menimpali atau menjawab ketika temannya itu bertanya.

"Kalian langsung ke kantin aja," ucap Azura ketika mereka sudah sampai di depan ruang guru.

Asilla dan Nafira menggeleng. "Bareng aja, Ra."

"Nanti kantin penuh gimana? Kalian duluan aja, gak papa. Nanti aku nyusul. Lagian aku ada perlu sebentar sama Ustadzah Fatma."

Menghela napas. Asilla dan Nafira tersenyum dan mengangguk setuju. Mereka tidak bisa membantah lagi ucapan Azura. Karena memang benar, jika mereka tak bergegas mencari meja, akan dipastikan mereka akan kembali ke kelas.

Sepeninggal Asilla dan Nafira, Azura mengetuk pintu ruang guru, beberapa guru yang melihat Azura di ambang pintu mempersilakan masuk.

Dengan tersenyum menyapa guru yang menyapanya. Azura melangkah pelan menuju meja Ustadzah Fatma.

"Ustadzah, saya ingin mengumpulkan buku tugas. Dan ini buku tugas teman-teman satu kelas," ucap Azura ketika telah sampai di meja Ustadzah Fatma.

Ustadzah Fatma tersenyum. "Jazakillahu Khairan, Azura."

"Wa Jazakillahu Khairan, Ustadzah," balas Azura yang juga tersenyum.

"Kalau gitu saya pamit keluar dulu,Ustadzah." Azura berujar setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang membuatnya pusing semalaman. Karena belajarnya tertunda karena ada beberapa yang Azura kurang pahami. Sambil memegang buku paketnya, Azura menunduk sedikit dan tersenyum.

"Tunggu sebentar Azura. Saya ingin menitipkan tugas sama kamu." Azura yang hendak membalikkan badan mengurungkan niatnya.

Dengan seksama Azura mendengarkan rincian tugas yang harus Azura dan temannya kerjakan. Tugasnya memang bukan dikerjakan hari ini, karena Ustadzah Fatma menitipkan tugas karena Ustadzah Fatma akan beberapa hari izin untuk menjaga anaknya yang sakit.

Ucapan Ustadzah Fatma terhenti ketika sebuah suara menghentikan kegiatannya.

"Ustadzah Fatma, ada staples? Boleh saya pinjam."

Mendengar suara membuat Azura dan Ustadzah Fatma melihat siapa yang memanggilnya. Memang Azura tidak dipanggil, tapi kepalanya seperti otomatis menoleh.

Pandangannya pada Ustadz Fahmi yang menunggu Ustadzah Fatma yang mencari benda yang dimaksud. Tapi pandangannya terhenti memandang lelaki yang baru saja tadi bertemu pandang dengannya.

"Astagfirullah, Azura. Apa yang kamu lakukan. Memandang seseorang yang bukan mahram itu sama saja seperti berzina." Azura memarahi dirinya yang tak sengaja bertemu pandang beberapa detik.

Setelah Ustadzah Fatma memberikan benda yang dimaksud. Azura kembali memfokuskan dirinya mendengarkan penjelasan Ustadzah Fatma. Setelah mengerti dengan jelas, Azura segera pamit.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Aku pamit mau ke perpustakaan dulu ya."

Azura yang sudah menghabiskan es teh manisnya, segera bangkit. Waktu istirahat sebentar lagi.

"Gak mau kita temenin, Ra?" tanya Nafira.

Azura menggeleng. "Kalian habiskan makanan kalian aja dulu. Aku cuma mau mengembalikan ini. Dan meminjam buku yang baru. Sampai jumpa di kelas."

Nafira dan Asilla mengangguk. Dan memakan kembali santapan makanan siang mereka yang tertunda.

🌸🌸🌸🌸🌸

"

Kak."

Panggilan pelan membuat Azura mengangkat kepalanya dari buku bacaan yang baru ia baca setelah menelusuri rak yang ada di perpustakaan.

Menemukan tidak ada orang di depannya. Pandangannya mengedar. Azura menemukan seorang gadis yang sepertinya adalah adik kelasnya.

Azura heran. Mengapa gadis itu berdiri di depan dua orang lelaki yang tampak acuh tak menghiraukan kehadirannya. Apalagi Azura tahu, gadis itu sedang dilanda gugup dilihat dari bagaimana gadis itu berdiri gemetar sambil meremas erat rok abunya.

Azura kembali fokus pada bukunya dan dirinya dilanda kekagetan karena kembali mendengar ucapan gadis itu yang begitu berani.

"Kak Ian. Aku suka sama kakak."

Keadaan perpustakaan yang hening kini seperti mencekam. Azura sebenarnya tak peduli tapi kenapa dirinya penasaran melihat wajah lelaki itu dan gadis di depannya.

Mengintip dari ekor matanya, ekspresi lelaki itu tetap sama. Datar. Tak seperti teman di sebelahnya yang dilanda keterkejutan. Apalagi gadis di depannya, wajahnya sudah memerah karena malu.

Azura merasa sudah tidak nyaman di tempat duduknya. Dirinya ingin bangkit. Tapi ia tidak ingin membuat suara yang mengganggu tiga orang yang sama sekali Azura tidak kenal.

"Kakak gak perlu jawab perasaan aku sekarang. Dan ini ada cokelat dan surat untuk kakak."

Suara gadis itu kembali terdengar. Tangannya bergetar sudah meletakkan cokelat dan surat di sebelah tangan lelaki yang sama sekali tidak terusik dengan kejadian barusan.

"Ray," panggilan pelan teman lelaki itu di sebelahnya terdengar oleh Azura walau pelan. Posisi Azura sekarang benar-benar sulit. Bukannya menemukan ketenangan sambil menghabiskan waktu istirahat. Kini dirinya harus mendengar sesuatu yang seharusnya tidak ia dengar. Apalagi pengungkapkan perasaan seperti itu.

"Sebagai seorang perempuan muslimah, seharusnya anti bisa menjaga kehormatan. Seharusnya juga anti tidak berdiri di depan lelaki yang bukan mahramnya lalu mengungkapkan perasaan seperti ini.

Kehormatan perempuan ada pada rasa malunya. Dan saya tidak tahu mengapa anti bisa tidak semalu itu sampai bisa seperti ini."

Azura bungkam mendengar rentetan kalimat yang lelaki itu ucapkan. Tangannya tak bisa tak menggenggam buku yang dipegangnya dengan erat. Ucapan itu memang benar, namun nada suara lelaki itu membuat siapapun yang mendengar dapat merasa terintimidasi.

Mendengar kursi yang digeser. Azura yakin, dua lelaki itu pasti meninggalkan tempatnya.

Azura diam, pikirannya berkelana. Tak peduli akan isak tangis gadis itu, Azura semakin fokus mendalami pikirannya.

Nada intimidasi itu, Azura pernah merasakannya. Azura merasa dirinya seperti ditarik ke masa lalu, bukan kenangan buruk, malah kenangan itulah yang telah membawanya hingga bisa berada di sini hingga sekarang.

"Siapa dia?" gumam Azura pada dirinya sendiri.

Dalam keheningan, Azura bungkam beberapa saat sebelum akhirnya bel masuk terdengar dan membuatnya kembali tersadar dan segera bangkit untuk kembali ke kelas.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Assalamu'alaikum ☺

Ada yang nunggu "Azura" Up?

Maaf baru bisa up sekarang. Gak mau cuap banyak-banyak.

Sehabis baca, tinggalkan jejak ya...

See you 🙋

Salam
tasyaauliah_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro