Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11- Fictophilia

Happy reading!!

"Kerjaan lo di sini ngapain?"

Sakya menyatukan kedua kepala itu yang fokus ke tontonan di depannya. Keduanya tidak peduli, yang satu fokus menonton dan satunya mulutnya tidak ikut diam terus mengunyah makanan.

"Dih apaan si sak." Mulai berekaksi karena Sakya melakukannya lagi.

"Gue udah setor jawaban tadi," jawab Ansel.

Mereka berempat sedang kerja kelompok di rumah Zoe. Mengerjakan tugas sosiologi berupa ppt seperti tugas-tugas yang lain. Sudah menjadi kewajiban, mau malas atau tidak tetap harus dikerjakan.

Zoe yang mendapat tugas untuk mengetik, Sakya sedang mencari bahan materi dan sisa dua manusia itu malah sibuk menonton anime.

"Bantuin oncom," kata Zoe, melemparkan kulit kacang asin ke Ivona. "Kan, ganteng banget dia."

"Sini gantian." Sakya meraih laptop di depan Zoe, memindahkan ke meja depannya. "Nggak gue catat nama lo berdua," ancam Sakya.

"Iya iya." Ansel mempause film tersebut, menggeser duduknya di dekat Sakya.

Sakya sedikit risih karena Ansel berlebihan, duduk terlalu dekat dan menyusahkannya, menggeser kepala Ansel dengan kasar. "Lo punya masalah apa si?!"

"Canda," kata Ansel. Mengambil buku dan mulai membolak-balik lembar demi lembar membacanya satu persatu.

Sebenarnya mereka bertiga termasuk murid yang pandai, meskipun tidak terlalu. Jika saja rasa malasnya dihilangkan sudah pasti circle mereka akan menjadi circle anak-anak pandai yang selalu menduduki peringkat empat teratas.

"Nih, unsur lembaga ekonomi udah gue tandain, tinggal lo ketik," ujar Ansel memberitahukan Sakya.

"Lo bacain lah," kata Sakya sewot.

Setelah helaan napas keluar, Ansel mulai membacakan satu persatu kata, jari-jari Sakya menari di atas keyboard mengikuti apa yang Ansel katakan.

"Spealisasi meliputi kontrak."

"Spesialisasi bego." Ivona membenarkan.

"Berarti kurang lembaga agama. Lo lembaga agama Pon," ucap Zoe memberikan buku yang ada di pangkuannya.

Ivona mulai membaca dan merangkai kata, "sekalian gue yang ketik dah," katanya.

"Cakep," timpal Sakya yang masih mengetik.

"Gue emang cakep dari zigot."

Suasana mulai hening, hanya ada suara dari keyboard yang Sakya tekan-tekan. Rumah Zoe memang sepi, maminya sedang arisan dan membawa Garvi, papinya tentu saja masih di kantor.

Sepertinya Sakya sudah selesai mengetik, ia menyerahkan laptop ke Ivona dengan Ansel yang membacakannya lagi.

Karena hanya kurang sedikit saja, Ivona pun cepat menyelesaikannya. Menyimpan file, lanjut membuka ciki dan menyuapkan ke mulut. Enaknya kerja kelompok di rumah Zoe seperti ini, semua jajan ada, dari ciki, jenis roti, buah, bahkan makanan berat. Pulang-pulang, kadang tidak perlu makan karena sudah kenyang.

"Lo mau ke gramed nggak pon?" Tanya Zoe tanpa menoleh ke Ivona.

"Nggak si, kenapa? Lo mau beli novel? Gue temenin elo lah."

"Pengin si, gue lihat di ig, keknya bagus nih," kata Zoe yang masih sedikit penasaran dengan novel yang ia lihat.

"Beli lah," katanya. Kembali memutar film yang sempat ia jeda tadi.

Mereka sudah fokus ke kegiatan masing-masing, Ivona kembali menonton namun Ansel tidak dia sudah memiringkan gawainya untuk bermain game, Zoe sedang sibuk dengan instagramnya, dan Sakya yang entah sedang melihat apa.

"Bagus nggak?" Sakya memperlihatkan layar gawai ke Zoe.

Zoe menyipitkan mata, Sakya menunjukkan gambar helm dengan harga yang sangat fantastis. "Nggak, biasa aja."

"Nggak bagus?"

"Gue nggak tahu gituan sak," kata Zoe jujur.

"Ya udah gue beli aja."

Zoe mengangkat bahunya, terserah Sakya lah, dirinya juga tidak tahu. Anak tunggal kaya raya memang bebas beli apa saja tanpa melihat harga, Zoe sering melihat Sakya sering membeli barang, entah dari pritilan motor atau barang yang besar sekalipun.

"Nyari di mana cowok modelan gini coba? Kalo beneran ada udah gue pepet terus bahkan kalo bisa gue santet jaran goyang," kata Ivona histeris saat menonton.

"Gila bener lu!" Sahut Zoe.

Ivona tidak menjawab lagi sampai film selesai. Baru, dia menoleh ke Zoe. Zoe masih sibuk menscroll media sosialnya. Mengecek satu persatu, Zoe tidak sengaja memencet akun Zero. Membuka setiap sorotan milik Zero yang ternyata masih banyak kenangan bersamanya di sana, Zero sama sekali tidak menghapusnya. Zoe masih ingat karena Zero sering memfotonya meskipun hanya dari belakang, rambutnya saja, atau hanya kaki Zoe.

"Tadi lo mau beli novel apa?" Tanya Ivona.

"Nih, bagus dah." Zoe menunjukkan ke Ivona. "Ini juga bagus, Pon."

"Gas lah. Oiya gue udah selesai baca novel lo, lupa nggak dibawa."

"Kapan-kapan dah."

"Di mana ya, gue bisa dapetin cowok spek fiksi, seganteng cowok anime, sekeren pemain beel." Ivona mulai ngaco.

"Nggak ada dodol. Berlebihan, fiksi cuma buatan manusia, manusia asli ciptaan Tuhan. Nggak bisa lo samain," kata Zoe.

"Pasti ada deh, kan fiksi juga tiruan alam semesta."

Kedua cewek itu berdebat dengan pendapatnya masing-masing. Sedangkan si cowok sudah terlelap, game yang tadi mereka mainkan pun sudah mati. Ketika perut kenyang pasti tidur lebih nyenyak.

"Terlalu berlebihan, kepribadian lo udah terganggu tuh."

"Lo ngatain gue gila?" Tanya Ivona nyolot.

"11 12 sama gila. Lo fictophilia tuh," kata Zoe mantap.

Fictophilia, merupakan kondisi di mana seseorang yang merasa jatuh cinta dan ingin memiliki atau bahkan timbul daya tarik kepada tokoh imajiner atau tokoh fiksi dalam novel, film, atau drama.

Kondisi ini banyak dialami oleh perempuan, karena hobi membaca, sehingga berimajinasi lebih dan menginginkannya. Gejala fictophilia sudah seperti Ivona yang membandingkan orang yang ada di sekitarnya dengan tokoh fiksi yang dibacanya sehingga dapat mengalami gangguan kesehatan.

"Lo juga dong, fictophilia." Ivona ngotot.

"Gue nggak berlebihan kek elo," katanya menepuk paha Ivona membalas dendam.

Karena keributan yang dibuat kedua orang itu, Sakya mengerjakan mata dan membukanya perlahan. "Berisik."

"Lo diam aja nggak diajak," katanya tidak suka. Meskipun sedikit ngegas, Ivona juga sedikit berpikir akan hal tersebut.

"Obsesi lo terlalu tinggi biar bisa dapet cowok spek fiksi, makanya jomlo terus," kata Zoe, seperti meledek Ivona.

"Anjir, bisa jadi. Gue gangguan nih, wah nggak bisa. Gila-gila."

"Sesuatu yang berlebihan tuh nggak baik emang." timpal Sakya bergumam.

"Tuh dengerin pon."

"Iya deh, gue mulai sadar diri aja, gue hidup di dunia nyata, gue ciptaan Tuhan, fiksi ciptaan manusia."

Membaca cerita fiksi memang sangat boleh karena dari situ kita juga akan mendapat sesuatu hal baru, namun secara berlebihan mengagumi atau bahkan menginginkan seseorang seperti dalam cerita fiksi itulah yang salah. Menurut psikologi perempuan, pengidap fictophilia dari luar memang terlihat biasa saja, namun dari dalam ada sesuatu yang berbeda. Jadi, untuk menghindari hal tersebut, jangan berlebih dalam mengagumi tokoh fiksi. Karena hal itu merupakan sebuah gangguan kesehatan









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro