Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(11) Six Back Off

(masih) FLASHBACK
10 tahun yang lalu.

💫💫💫

"She's still my daughter."

💫💫💫

Dentuman suara musik memekakkan telinga. Seorang remaja yang berperawakan tinggi besar bak orang dewasa itu duduk di atas sofa ruang VIP di sebuah club malam.

"Siapa namamu? Sepertinya masih muda." Suara wanita yang menemaninya terdengar.

"Seno."

"Kutebak umurmu seusia anakku," ujar wanita itu kembali seraya menuang red wine.

"Lo sudah punya anak sebesar gue?" Kekeh Seno tergugu tak menyangka.

"Hm, sekarang akhir SMA. Untunglah sebentar lagi lulus, jadi bisa kuajak kerja," ucap wanita itu seraya memantik alat penghisap yang terbuat dari tembakau.

"Beneran sebaya sama gue anak lo," ucap Seno tak menyangka dengan tertawa.

"Gak nyangka, kan?" Perempuan itu berujar tenang seusai menghirup nikotin dan menghembuskan asap.

"Hm. Gue kira lo jauh lebih muda dari bokap gue."

"Sekolah dimana?" tanya sang perempuan mengabaikan perkataan pemuda itu.

"Cahaya Bangsa," ucap Seno ikut menyulut alat hisap di mulutnya.

"Teman anakku jangan-jangan," tebaknya.

"Namanya siapa emang?" tanya Seno tak acuh. Kurang menarik dengan anak selingkuhan ayahnya.

"Andara."

Seno menghentikan jari yang mengapit batang gulungan tembakau di udara saat mendengar nama gadis yang ia incar itu.

"Estella Andara?"

"Hm."

Seno terdiam sesaat. Pantas saja Ara cantik, ibunya saja tidak terlihat tua. Seno menarik salah satu ujung bibirnya. Senyum miring itu terbit.

"Lo mau buat dia jadi pelacur kayak lo gini?" tanya Seno.

Perempuan itu mengedikkan bahu sembari menjawab, "entah. Whatever she wants."

"Kenapa gak?" tanya Seno berusaha memasang ekspresi datar. Nyatanya, dia sangat penasaran.

"She's still my daughter."

"You don't even care about her," desak Seno.

"Hm. But I care with her future. Like your father's doing now. Look at him!" ujar perempuan itu santai menunjuk jendela kaca yang mengarah ke dance floor.

Di sana, ayah Seno tengah mencari keberadaan putra tunggal keturunan Hanaf. Tentu saja Seno akan mendapat punishment jika ia tertangkap basah.

Seno mengumpat dan segera melarikan diri.

💫💫💫

"Ra, lo pacaran beneran sama Azka?" tanya Irene ingin tahu.

"Hah? Enggak," jawab Ara tenang.

"Kok kalian makin uwu aja, sih, tiap hari," celetuk Imelda.

"Jujur ajalah sama kita," desak Karin.

"Beneran. Gue kagak ada apa-apa sama dia. Lihat, noh! Doi aja tetep datar sama gue," ucap Ara dengan menunjuk Azka.

"Kata anak IPS, lo sering berduaan sama dia di taman belakang," ucap Irene.

"Oh, itu. Iya, dia suka nyabotase tempat gue di sana. Susah diusir. Yaudah gue gangguin aja," ucap Ara tak acuh dengan mengangkat bahu.

"Awas baper lo!" ucap Karin.

Ara menggeleng keras dan berkata, "nggak! Gak boleh baper sama Kanebo Kering!"

"Halah! Palingan entar galau gara-gara cinta ditolak," seru Imelda terkekeh. Kedua teman yang lainpun ikut terkekeh.

"Enak aja! Kagaklah," ucap Ara berang.

"Ra, ada Seno di luar," ucap Jose, salah satu siswa di kelasnya.

"Ngapain?" Kaget Ara. Pasalnya semenjak Ara mengenalkan Azka sebagai pacarnya, Seno tidak pernah berkunjung ke kelasnya lagi.

"Gatau deh," jawab Jose tak acuh.

Ara memandang satu persatu sahabatnya seakan bertelepati.

"Sana temuin dulu, biar tau ada apa," sentak Karin menghentikan aksi saling tatap mereka.

Ara mengangguk dan berjalan menuju luar kelas. Tampak Seno menunggunya dengan senyum ganjil.

"Ngapain lagi, sih?" tukas Ara ketus.

"Gak perlu galak-galak kali, Beb," goda Seno.

"Jijik beneran gue," jawab Ara datar.

"Gue punya tawaran buat lo," ucap Seno dengan senyum miringnya.

"Dikira pasar apa tawar-tawar," ujar Ara dengan memutar bola matanya.

"Lo bakal nyesel kalo gak nerima tawaran gue," ucap tajam Seno.

"Oh ya? I don't care," ucap Ara berbalik dan hendak masuk kelas.

Namun, sebelum melangkah tangannya dicekal. Dengan kencang Seno menarik Ara ke arah dirinya.

Ara tersentak dan memberontak. Cengkeraman tangan Seno sangat kuat, membuat kulit Ara tampak memerah.

"Sakit, Seno!" bentak Ara.

Saat itulah Azka datang dari arah masjid sekolah. Melihat adegan Seno yang menarik paksa Ara.

"Lepasin!" ucap Ara tajam. Juga menatap dengan sangat tajam menusuk mata Seno.

Ara semakin memberontak dan memukul Seno brutal, "lepasin gak?!"

Seno tidak menghiraukan Ara. Dia justru dengan senyum andalannya menatap Azka remeh.

"Gue tau tentang nyokap lo," bisik Seno di telinga Ara dengan mata menatap mata Azka yang tengah menghunus tajam ke arahnya.

Ara membelalakkan matanya. Dengan secepat kilat saat dia rasakan cekalan tangan Seno mengendur di tangannya. Justru Ara yang sekarang mencekal pergelangan Seno dan menariknya, menjauh dari depan kelas yang ternyata sudah menjadi tontonan.

Seno tersenyum miring ke arah Azka yang masih menatap tajam dirinya yang ditarik paksa Ara.

Azka mengernyit melihat adegan yang baru saja terjadi. Dia ingin bertanya atau mengejar, khawatir kalau Seno melakukan tindakan yang berbahaya untuk Ara. Namun, melihat bagaimana Ara justru menarik tangan Seno, Azka pikir dia tidak perlu khawatir. Ara pasti bisa jaga diri dan urusan mereka, bukan urusannya.

Ara membawa Seno ke belakang gudang sekolah yang jarang dikunjungi siswa-siswi.

"Maksud lo apa?!" Teriak Ara seraya menghempaskan tangan Seno.

"Gak perlu galak-galak juga kali, Cantik," goda Seno seraya mencolek dagu Ara.

Ara memundurkan wajahnya saat akan dicolek sehingga hanya ujung jari Seno yang mengenai dagunya.

"Gue serius ya, Seno! Maksud lo apa tadi?!" Teriak Ara untuk kedua kalinya. Wajahnya merah padam menahan amarah.

"Ck. Gak bisa diajak becanda lo," ucap Seno kesal.

Ara hanya mendelikkan matanya tajam. Menghunus mata Seno yang sedari tadi cengengesan.

Seno tersenyum miring. Dia yakin bakal berhasil kali ini.

"Gue tau ibu lo kerja di club malam," ucap Seno enteng.

Ara memejamkan mata rapat-rapat, menahan segala amarah dan umpatan yang akan meledak. Lalu, menghela napas, "tau dari mana lo? Gak usah sok tau!"

"Dari ... ibu lo sendiri," ucap Seno seraya mengangkat sebelah alisnya.

"She might be not my mother."

"Sasmita Darwanti. Geesy Joy Club. Senior exclusive prostitute," jelas Seno mengenalkan siapa ibu Ara.

"She's not my mother!" sentak Ara keras.

Seno mengeluarkan smartphone di saku celananya. Mengutak-atik sebentar, terus memperlihatkan ke Ara.

"Di rapot nama ibumu sama seperti nama pelacur itu. Dia juga cerita anaknya bernama Estella Andara," ucap Seno dengan menggeser layar yang awalnya berisi data raport Ara, lalu foto ibu Ara di sebuah ruang VIP club malam.

Ara menghela napas pasrah dengan memejamkan mata. Dia tidak tahu harus bagaimana, Seno pasti akan mengumbar aibnya itu. Padahal, tinggal menghitung bulan Ara dapat lulus dari sekolah.

"Gue gak bakal bilang siapa-siapa. Tapi, ada syaratnya," ucap Seno dengan senyum miring dan sebelah dahinya terangkat.

Ara mendongak, menatap Seno tajam. Menuntut jawaban.

"Lo ... jadi pacar gue!" lanjut Seno saat Ara seperti tak berniat untuk bertanya.

"Cih! Ogah!" Tolak Ara.

"Kalo gitu, seluruh sekolah bakal tau siapa ibu lo. Bakal gue kirim bukti videonya,terus kepala sekolah bakal tau. Kemungkinan sih, lo di-DO," ancam Seno.

"Gak usah ngancam lo!" Bentak Ara.

"Terserah lo, Ra. Keputusan ada di tangan lo," ucap Seno enteng dengan gaya bossy.

Ara mengusap wajahnya kasar. "Gue butuh waktu," ucapnya akhirnya.

"No time needed. Just say yes or no," ujar Seno menuntut jawaban.

Ara memejamkan mata, sungguh dia ingin memaki Seno. "Oke! Oke! PUAS?!" bentak Ara.

"Of course," kekeh Seno.

Dia menggandeng Ara dan menariknya.

"Lepas! Gak usah tarik-tarik!" teriak Ara jengkel.

"Ck. Lo harus panggil gue yang bener! Dan mulai sekarang kita harus tampil mesra. Karena kita udah PACARAN!" ucap Seno tajam.

"Dan ingatin mantan pacar lo yang sok keren itu buat gak usah deket-deket sama lo!" tambah Seno.

Ara memutar bola mata malas.

Melihat Ara yang meremehkan omongannya, Seno menghentikan langkah dan menatap Ara tajam.

"Lo pengen gue jadi cowok manis atau ... kasar?" tanya Seno tajam.

"Lo mau manis atau kasar juga gue tetep gak bakal suka!" tukas Ara dengan nada galak.

Seno terkekeh pelan atas jawaban Ara, gadis satu-satunya yang berani menolak pesonanya. "Kuanggap itu sebagai ungkapan cinta. Mulai sekarang ubah panggilan jadi aku-kamu," titah Seno seraya menggandeng tangan Ara sedikit kasar agar Ara mengikutinya.

"Ogah!" gumam Ara.

Dalam hati, Ara mengutuk Seno sepuasnya. Posisinya sekarang benar-benar membuat dia tidak punya pilihan. Ara harus bertahan, setidaknya sampai beberapa bulan ke depan. Sampai dirinya lulus SMA.

"Sana belajar yang rajin ya, Beb," ucap Seno seraya mengelus surai Ara saat tiba di depan kelas.

"Gak usah sentuh-sentuh bisa kali," elak Ara lirih.

"Kamu, kan, pacar aku," ujar Seno enteng.

"Udahlah capek gue ngomong sama lo!" ujar Ara seraya berbalik hendak masuk kelas.

"Ara!" panggil Seno keras, namun tidak dihiraukan Ara yang masih tetap berjalan menuju bangkunya. "I love you!"

Suara pekikan teman-temannya yang mendengar kalimat cinta dari Seno terhiraukan oleh perasaan marah yang timbul di hati Ara. Ara berbalik dan menatap tajam Seno.

"Bye, Beb," ujar Seno tenang tanpa merasa bersalah dan melambaikan tangan.

Ara melotot tajam ke arah Seno yang berjalan mundur memandangnya dengan cengengesan. Saat punggung lelaki itu sudah hilang di belokkan.

"Seno brengsek!" makinya pelan.

Berjalan menuju tempat duduknya, sepasang mata tajam menghunus Ara seperti ingin menguliti. Ara hanya menatap sekilas dan langsung berlalu duduk.

"Gila tuh Seno! Kok lo diam aja sih, Ra?" tanya Karin.

"Iya, Ra. Biasanya udah lo banting itu orang," celetuk Imelda.

"Kenapa dah, Ra? Jangan-jangan lo suka kali?" tukas Irene.

Ara menghela napas keras. "Kagaklah! Tau, ah. Gak usah tanya dulu."

Ara menelungkupkan kepala di atas lipatan tangannya di meja. Dirinya butuh ketenangan.

"Kenapa dia?" tanya Irene tanpa suara ke sahabat lainnya.

Karin dan Imelda hanya mengangkat bahu tak tahu. Mereka membiarkan Ara seperti itu, tanpa bertanya lagi.

Sedangkan, Azka di bangkunya dapat menatap Ara dari ujung matanya. Dirinya pun bertanya-tanya apa yang sudah terjadi.

💫To be Continued💫

Assalamualaikum, semua

Hehe maaf baru update
Enjoy the story 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro