Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌞8🌞


"Ketuk dulu kalo masuk ke ruangan ku!" Ayunda melotot saat Bagus nyelonong saja masuk ke ruangannya.

"Maap kak!"

"Bu, ingat kamu di sini karyawanku, panggil aku Ibu."

"Iya tahu, kan ini cuman kita berdua Kak, Bu Verlita kan gak ada juga."

"Gak ada gimana wong dia masuk kok."

"Duuuh ngegas aja, iyaaaa ada di tempatnya, di ruangan ini kan kita cuman berdua gak ada siapa-siapa."

"Kalo gak penting keluar sana, aku banyak kerjaan."

"Haduuuh tetep aja galak sih bosque, nggak aku cuman mau mendiskusikan beberapa permintaan dari beberapa karyawan, ini rincian di map ini."

Ayunda meraih map yang di bawa oleh Bagus dan menatap rincian yang ada di sana.

"Ok nggak papa, ini kan untuk kelancaran kerja mereka gak papa, memang beberapa area minum agak jauh, tambahkan aja, kamu lihat kira-kira butuh berapa, sudah ada kan sebenarnya tapi kurang banyak, perlu ditambah."

"Ok."

"Udah sana keluar."

"Hmmmm yang habis pacaran sama horang kaya, aku diusir."

Mata Ayunda membulat, dengan tatapan marah ia berdiri.

"Heh, mulut kamu itu dijaga, kami nggak ada hubungan apa-apa, kami murni karena hubungan kerja, kamu jangan sok nyebar fitnah, laki-laki kok maunya nyinyir aja, lagian aku mau pacaran sama siapa aja ya terserah aku kok kamu loh yang ribut."

Bagus mendekat ke arah Ayunda.

"Aku cuman ngingatkan kakak aja, siapa sih yang nggak tau Alex? Dengan siapa aja dia pernah jalan? Wanita model gimana mereka? Aku nggak mau kakak terluka lagi."

Ayunda tersenyum sinis.

"Kalian para laki-laki sama saja, kau mengingatkan aku tentang Alex dan Alexpun mengingatkan aku tentang siapa saja yang mencoba mendekati aku, setelah aku menolak salah satunya pasti salah satunya mendekati aku, aku nggak akan terkecoh pada laki-laki lagi, cukup sekali aku disakiti itu dah cukup, aku nggak akan pernah memulai lagi, kalaupun mungkin nanti hatiku mulai belajar menerima cinta lagi, aku pastikan itu bukan salah satu dari kalian!"

Bagus tertegun, ia tak menyangka Ayunda akan mengatakan seperti itu, tapi baginya ucapan Ayunda hanyalah ucapan wanita yang belum ingin merasakan cinta lagi, Bagus masih yakin akan banyak jalan baginya mendekati dan menyembuhkan luka hati Ayunda.

"Silakan keluar, apa aku perlu mengusir untuk ketiga kalinya?"

Bagus membalikkan badan tanpa bicara lagi. Dan Ayunda mengempaskan tubuhnya ke kursi besar yang selama ini menyangga tubuhnya, bersamaan dengan Verlita yang masuk ke ruangannya.

"Kalian bertengkar lagi?"

"Apa sih Kaaaak, jangan nambah emosi aku!"

Verlita segera mendekati Ayunda, dan mengusap bahunya.

"Dia terlalu lancang! Sebagai karyawanku dia tak layak ikut campur urusanku, dia karyawan baru, apa urusan dia ikut campur tentang aku dan Alex?"

"Hah!"

"Kakak jangan cuman ha ho ha ho aja, bener kan dia lancang? Dia loh siapa, anak kecil! Bukan apa-apaku lagi!"

Verlita menghela napas. Lalu menarik Ayunda untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerja itu.

"Kamu sudah saatnya memikirkan kamu sendiri, selama ini kamu seperti memikirkan usaha keluarga ini tanpa lelah, mulailah membuka hati, bisa pada Pak Alex atau Bagus, atau mungkin entah siapa kau merasa nyaman."

"Nggak Kak, rasanya aku masih males, iya kalau berakhir bahagia, kalo kayak yang pertama? Apa hatiku nggak semakin remuk?" Ayunda menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu sudah pesimis duluan sih."

"Gimana nggak pesimis, aku tulus mencintai yang dulu itu, tapi apa balasannya? Dia membohongi aku kan? Dia malah jadi sama yang lain, malah sudah hamil duluan juga yang sana? Apa kaum laki-laki hanya mau sama wanita yang bisa mereka ajak tidur? Aku bukan wanita kayak gitu Kak, aku tahu laki-laki model Alex kayak apa, dia kaya raya, dengan uangnya ia bisa melakukan apa saja termasuk sama wanita-wanita, sedang si bocah haduh aku nggak bisa kalo hubungan sama anak kecil, aku emosian, buka tipe emmak-emmak yang bisa ngemong."

Verlita terkekeh.

"Kamu jangan gitu, Pak Bagus itu hanya umur masih bocah, tapi dia dewasa loh, kan punya adik dan ibu yang masih dia tanggung."

"Halaaah tapi tetep bocah bagi aku dan kedua laki-laki itu bukan tipe aku semua."

"Yaaah terus mau nikah sama siapa dong?"

"Kencan buta aja."

"Halah."

.
.
.

Ayunda menghentikan langkahnya di tempat parkir saat ia hendak menuju mobilnya, di sana di samping mobilnya berdiri laki-laki yang ingin ia hindari, Davin.

"Aku nggak mau diganggu, kau punya istri yang sedang hamil, aku nggak mau dikira pelakor dalam rumah tangga kalian."

Davin mendekat, berjalan pelan ke arah Ayunda berdiri. Tapi yang aneh mata Davin mendadak menatap ke tempat lain di belakang Ayunda, namun Ayunda tetap mundur dan badannya membentur tubuh seseorang, Ayunda menoleh, di belakangnya merekah senyum Alex.

Alex memegang kedua bahu Ayunda dari belakang lalu mengusap pelan, melangkah ringan dan berdiri di samping Ayunda sambil menggenggam satu tangan wanita yang terlihat ketakutan itu.

"Ada apa Anda menemui calon istri saya? Setahu saya, Anda telah menikah bahkan sedang menunggu buah hati, jadi jangan pernah menemui wanita saya, saya yakin Anda tahu siapa saya, saya ..."

"Yah, saya tahu siapa Anda, saya hanya berusaha mengambil lagi hak saya."

Alex tertawa.

"Hak apa? Anda bahkan membuat hidupnya menderita."

"Dia telah berjanji akan menunggu saya."

"Yah, saat Anda belum menghamili wanita lain, pergilah! Sebelum petugas keamanan di sini mengusir Anda, jangan sekali-sekali mengganggu Ayunda lagi, dua bulan lagi kami menikah."

Mata Davin terbelalak.

"Tidak mungkin!"

"Tanya saja pada yang bersangkutan." Tawa Alex semakin keras.

"Betul Ayu?" Davin menatap cemas pada Ayunda, perlahan ia melihat Ayunda mengangguk.

"Pergilah! Dan jangan pernah kembali."

Alex menarik Ayunda menuju mobilnya yang terparkir agak jauh dari mobil Ayunda.

Sementara dari jauh Bagus melihat semua kejadian dengan hati cemas, cemas dan khawatir Ayunda akan benar-benar jatuh ke tangan Alex.
.
.
.

"Kenapa kita ke sini? Ini rumah siapa?"

"Ini rumah orang tuaku."

Ayunda menatap Alex dengan tatapan tak mengerti.

"Jangan main-main, aku tidak mau hanya karena kejadian tadi kita terjebak pada hal yang salah."

Alex tertawa, ia menepuk pelan punggung tangan Ayunda.

"Aku tidak mengajakmu menikah sekarang juga, meski aku akan tetap menagih anggukanmu tadi, dua bulan lagi kan?"

"Kau berniat menolong atau mau menjebakku?"

"Dua-duanya, apa aku salah?"

Ayunda menghela napas.

"Aku salah percaya padamu!"

"Ayunda, aku bukan laki-laki tipe pemaksa tapi aku selalu berusaha keras tiap menginginkan sesuatu, termasuk saat aku ingin memilikimu, aku tak akan memaksamu tapi aku yakin aku akan bisa memilikimu!"

"Ayo kita turun, papa dan mama sudah menunggu kita, juga adikku, ingat kau jangan suka padanya, ia lebih tampan dari aku."

"Hmmm ... sama kamu aja aku belum suka eh ini malah bocah, aku nggak suka bocah!"

"Termasuk bocah di kantormu?"

"Termasuk dia!"

"Aku pegang ucapanmu!"

🌞🌞🌞

18 Juni 2021 (18.45)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro