Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Ayana Tahu

Harusnya kalian bisa senang aku mulai update seminggu sekali nih ....

____Selamat membaca____

Ayana mengerjabkan mata serta menyesuaikan dengan sekitar. Perutnya terasa perih karena belum sarapan dan makan siang. Mengingat dirinya pingsan di Dalem Ayana berusaha langsung duduk dari berbaring. Hasilnya, kini tiba-tiba kepalanya merasa sedikit pening. 

“Ceroboh kamu Na, baru sadar langsung bangun gitu aja,” omel Ayana pada dirinya sendiri. Meski dirinya punya kepribadian yang sangat tidak menyukai masalah, tetapi Ayana sangat keras kepada dirinya sendiri. 

Ketika sudah menguasai kesadaran dan dirinya sendiri, kini netra memindai ruangan dirinya berada. Ia tidak mengenali kamar yang terkesan bersih dan minimalis ini. Berusaha menerka tentang tempat di mana dia tersadar saat ingatan Ayana melayang pada tragedi dirinya pingsan waktu di dalem Kyai Marwan. 

Jika diamati lebih detail, serasa ini tidak akan cocok untuk menjadi kamar seorang santri. Kamar seluas 4 x 5 dengan adanya satu meja dan kursi kayu di sudut kamar, lemari pakaian yang cukup besar serta satu satu sisi tembok yang tertempel lemari dengan buku berisi penuh. Ratusan buku ada di kamar seorang santri rasanya tidak mungkin. 

“Astagfirullah ...,” ucap Ayana saat ia berusaha menyimpulkan bahwa dirinya ada di salah satu kamar di dalem. Sekelebat kemungkinan tersebut terbesit dalam benak Ayana jika dihubungkan dengan terakhir ia berada sebelum semua menggelap, ia sedang berada di dalem utama. Pikirannya mungkin dia sedang di tamu atau Ning Liya. 

Saat terdengar gangang pintu yang akan terbuka dari luar, Ayana mengalihakan pandangan ke pintu. Ia menanti dan penasaran siapa sosok yang akan masuk. Ayana akan bertanya untuk membunuh rasa penasaranya dan sekaligus mengucap terima kasih karena telah menolongnya saat pingsan. 

Mata Ayana membulat ketika mengetahui sosok yang membuka pintu tersebut adalah seorang lelaki yang Rayyan juluki sebagai jelangkung. Lelaki yang selalu menyabotase pikiran dan perasaannya karena selalu muncul dalam benak dan kenyataan seperti sekarang ini. 

“Astaugfirullah ... Gus Ilyas tolong keluar dulu,” teriak Ayana yang menutupi kepalanya dengan bantal dan wajahnya ia sembuyikan antara kakinya yang menekuk. 

Dia sadar bahwa ada di ruangan yang cukup privat dan ketika tanpa sengaja melihat juntaian rambutnya sendiri, maka secara reflek langsung berteriak dan mengambil apapun dari auratnya yang tidak tertutup itu. 

Mendengar pekikan Ayana dan mengerti akan kepanikan wanita itu Ilyas pun menuruti perintah Ayana untuk keluar. 

“Aku hendak mengecek apakah kamu sudah siuman apa belum? Keluarlah, aku sudah mempersiapkan makanan,” kata Ilyas yang membelakangi Ayana. 

“Iya,” jawab Ayana sekenanya. Ayana masih belum sepenuhnya sadar dari linglung karena masuknya Ilyas di ruangan yang cukup privat, hanya berdua dan ia belum mengenakan hijab. 

“Aku tunggu kamu di luar,” kata Ilyas lagi.  

Sekali lagi Ayana mengatakan iya masih di posisi yang sama. Setelah mendengar derap langkah yang menjauh Ayana baru berani menurunkan bantal. Debar di dada sudah tidak keruan belum lagi rasa malu karena tidak mengenakan kerudung di depan Ilyas. Ayana seakan tak punya muka dan tidak ingin bertemu Ilyas jika mengingat kejadian barusan.  

Namun, tunggu dulu. Ayana memerlukan penjelasan atas keadaan ini. Jika menghindari Ilyas artinya ia tidak akan mendapatkan jawaban atas kronologi keberadaannya di kamar ini ataupun Ilyas yang berani masuk kamar ini saat ada ia tahu ada perempuan bukan mahram tanpa mengenakan jilbab sedang terbaring karena pingsan. 

Ayana segera mengedarkan pandang guna mencari kerudungnya. Ketika netranya berpendar, di pojok kamar Ayana melihat ada gantungan dengan baju koko berwarna dongker yang perempuan itu tahu jika baju tersebut milik Ilyas. Ayana ingat saat mereka berbelanja bersama dengan Ummi Farhah, Ilyas membeli baju muslim itu yang memiliki warna sama dengan baju yang lelaki itu belikan untuknya.  

Tidak hanya baju milik Ilyas yang menggantung, hijab warna warna pastel juga menggantung dengan rapi. “Itu kerudungku, bagaimana mungkin diletakkan sejauh itu,” gerutu Ayana. 

Setelah menggunakan secara asal kerudungnya, Ayana keluar kamar tersebut dan langsung menemukan presensi Ilyas yang berada di sofa tepat kamar.  Jika di amati sepertinya ini ruang tamu atau ruang keluarga yang ada di dalem milik Ilyas. 

“Sini makan dulu Ayana,”  kata Ilyas ketika melihat Ayana keluar dari kamarnya. Gus yang di gadang akan meneruskan kepemimpinan ayahnya di Al Insan itu menepuk sisi sofa yang ia duduki.  

Ayana masih dengan ragu melangkah mendekat kemudian hanya berdiri di depan Ilyas. Dia merasa tidak nyaman dan tidak mengerti tentang semua ini. Keberaaannya yang hanya berdua. 

“Kita bukan mahram, Gus. Bagaimana mungkin kita ada di bangunan ini hanya berdua.” Ayana mengutarakan apa yang ada dipikirannya. 

“Kalau kamu tidak halal untukku, apakah mungkin keluargaku akan membiarkan kamu hanya berdua denganku di rumahku ini?” 

Ayana merespon dengan menyatukan kedua alisnya. Ia mencoba mencerna jawaban Ilyas yang perlu penafsiran. Ayna memberanikan diri menatap dan mencoba mencari tahu maksud jawaban Ilyas dari ekspresi wajah lelaki di hadapannya. 

Saat itu juga Ilyas yang memahami kebingungan yang dialami Ayana, lelaki itu lantas mengeluarkan ponsel dan mengotak-atiknya sebentar. Kemudian ponsel pribadi milik Gus Muda tersebut diserahkan pada Ayana guna menunjukkan video dimana Ilyas menjabat tangan Fakhri dan mengucapkan akad. Mata Ayana befokus pada tangan yang sama juga suara yang familiar.  

Seketika itu Ayana tubuhnya menggigil melihat tayangan tersebut. Dia melihat video versi lebih jelas akan sosok yang mengikat dirinya sebagai seorang istri. 

Takut Ayana ambruk lagi, Ilyas langsung mendekap istrinya dan menuntun untuk duduk di sofa. Ayana tidak menunjukkan reaksi apapun karena ia masih terkejut dengan informasi yang diketahuinya. 

“Ja ... jadi ... yang ...” 

“Iya, yang mengkhitbahmu pada Kak Fakhri itu aku. Yang meminta merahasiakan dari kamu untuk sementara itu aku.  Seperti kesiapanmu bahwa kamu bisa menemuiku setelah program sosial ekonomimu selesai, maka supaya lebih fair aku pun meminta agar kamu tahu bahwa aku imammu adalah saat kamu siap saja.”  

Ilyas mengamati keterdiaman Ayana yang terus melihat dan memutar ulang video yang ditunjukkannya. Karena Ayana yang tidak menunjukkan respon apapun Ilyas langsung mengambil ponsel miliknya dan mendial nomor seseorang. 

Ayana yang sempat mencuri lihat dari keterdiamannya mengetahui kalau yang Ilyas ajak melakukan panggilan video ialah Fakhri, kakaknya. Ayana tahu karena foto profil di Whatsapp itu menampakkan wajah kakaknya dan sang istri. 

Sedikit muncul keyakinan akan informasi yang disampaikan Ilyas, karena bagaimana mungkin lelaki itu bisa memiliki nomor pribadi sang kakak. Fiza saja yang notabene orang terdekat bagi Ayana dan telah bersahabat bertahun-tahun dengannya tidak memliki nomor pribadi keluarga Ayana. 

“Assalamualaikum, Gus Ilyas.” 

“Waaalaikumsalam, Kak Fakhri. Kakak baik-baik saja?” 

“Alhamdulillah, baik semua. Gus Ilyas ada keperluan apa melakukan video call?” 

“Ini saya sedang bersama Ayana, Kak.” 

Percakapan video yang suaranya bisa Ayana dengar karena Gus Ilyas mengeraskan volume suaranya. Kemudian Gus Ilyas mengalihkan layar ponsel menyorot kami keduanya. Lelaki yang mengaku telah menghalalkan Ayana itu tersebut menyuruh sang wanita untuk memegang ponselnya. 

“Assalamualaikum, Kak,” salam Ayana saat dia melihat wajah kakaknya di layar ponsel milik Ilyas. 

“Waalaikumsalam, Na. Wajahmu kok pucat sekali?” tanya Fakhri dengan nada yang kentara sekali mencemaskan kesehatan adiknnya. 

“Ayana tidak apa-apa kok, Ka.” jawab Ayana sembari menyuguhkan senyum. 

“Kamu kok bisa bersama dengan Gus Ilyas?” tanya Kak Fakhri yang ingin sekali Ayana bertanya balik perihal Ilyas yang mengenal Fakhri bahkan bisa mempunyai nomor kakaknya. Tetapi, video yang ditunjukkan oleh Ilyas cukup menjawab. 

“Ayana mau bertanya. Apa lelaki yang menikahi Ayana itu Gus Ilyas?” Ayana yang melihat ekspresi Fakhri tidak nampak keterkejutan atau kebingungan membuat Ayana sangat yakin bahwa jawabannya iya. Tidak lama kemudian Fakhri mengangguk sebagai jawaban. 

Sejenak napas Ayana tercekat. Ustazah sejarah itu menatap lama kakakknya tanpa suara kemudian melirik ke Ilyas yang berada di sampingnya. “Kak, Ayana akhiri dulu, ya! Assalamualaikum.” putus Ayana yang membuat Fakhri langsung menjawab salam dan memutuskan panggilan video dengan adik serta iparnya tersebut. 

Jum'at, 14 Juli 2023

Sudah legaaa kah akhirnya Ayana tahu siapa suaminyaaa?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro