
⸙ it's thirteen.
Seminggu telah berlalu sepi bagi rumah Terushima Yuuji. Karena sehari sehabis kejadian itu, Terushima [Name] mengemas beberapa bajunya dan belum kembali juga ke sini sampai sekarang.
Yuuji tidak bodoh. [Name] pasti pulang ke rumah orang tuanya setelah menangkan diri semalaman sambil menangis di ruang tengah. Mungkin gadis itu tidak ingin keluarganya cemas jika datang tapi tiba-tiba langsung menangis, jadi [Name] menumpahkan semuanya di sini.
Yuuji juga bukannya tidak bisa mendengar, tapi ia hanya bisa mendiamkan hal tersebut. Meskipun ia bukan tipe yang mendiamkan orang dan lebih suka langsung berkata langsung, tentu Yuuji tidak bisa melakukan itu pada [Name] yang sedang menangis. Yang ada mungkin keadaan gadis itu akan lebih parah.
Meskipun saat itu Yuuji terlampau sangat marah bahkan sekarang pun masih ada sisa kecewa, tapi sejujurnya laki-laki itu pun menyesal membentaki seorang gadis. Apalagi seorang perempuan yang bisa ia katakan sebagai istrinya.
Yuuji bukan tipe orang yang akan marah berlama-lama. Dia sebenarnya pemaaf yang cepat, untuk itulah dalam perdebatannya dengan [Name] yang berakhir dengan pertengkaran, Yuuji selalu yang mulai melakukan interaksi lagi lebih dulu meskipun itu hanya celetukan-celetukan jahil. Tapi penilaian sebelah mata dari [Name] membuatnya membutuhkan waktu seminggu lamanya untuk menenangkan diri dan berusaha memaafkan.
Untuk itulah, selama seminggu Yuuji tidak melakukan apapun selain mendinginkan pikirannya dan membiarkan rumahnya menjadi sepi setelah beberapa bulan sering ramai dengan perdebatan.
[Name] sejak dulu adalah gadis yang lemah, untuk itulah ia gampang menangis. Dengan apa yang dilakukan Yuuji kecil dulu dan sekarang, rasanya wajar gadis itu jika jadinya sangat sakit hati.
Walaupun katanya menikahi [Name] bukanlah keinginan Yuuji dewasa lagi, tapi menghabiskan beberapa bulan bersama gadis itu membuatnya ingat hal lain yang terjadi ketika mereka bersama dulu.
Mungkin Yuuji kecil yang mengatakan bahwa akan menikahi [Name] kecil di masa depan, ada karena selama mereka bersama, Yuuji kecil selalu merasa senang, antusias, tak ingin berpisah, dan perasaan asing lain yang dirasakan bocah berumur 8 tahun.
Yang mungkin saja, saat ini pun Terushima Yuuji dewasa merasakannya lagi.
***
Sesosok gadis yang masih menyandang nama Terushima [Name] meskipun sudah cukup lama ia tak kembali pulang ke rumah dengan papan nama marganya, kini sedang melayani pembeli seperti biasa.
Setelah menumpahkan seluruh kesedihannya terakhir kali di rumah tersebut, [Name] menghabiskan waktunya berusaha seperti biasa di rumah orang tuanya. Pergi bekerja, membaca buku resep, dan mulai mencoba beberapa resep sekarang.
[Name] berjalan ke dapur untuk membantu me-restock kue. Ia kemudian menyusun kue-kue hangat tersebut di tempatnya. Lalu mengingat. Bahwa kue yang sedang dipegangnya sekarang ini adalah kue favorite Terushima Yuuji. Laki-laki itu selalu menggunakan berbagai macam cara untuk memintanya jika [Name] membawa pulang kue tersebut.
Sepersekian detik kemudian, gadis itu menggeleng. Yuuji mungkin sudah sangat kecewa sekarang atas perkataannya yang sangat tidak sopan tersebut. Bisa-bisanya ia men-judge negatif seseorang. Meskipun dalam hati ia juga tidak punya alasan untuk membela tindakan Yuuji yang masih belum jelas alasannya tersebut.
Akhirnya [Name] kembali memfokuskan diri melakukan pekerjaannya. Ia akan pulang sampai larut nanti karena yang mengambil part-timer hari ini izin.
Trinting!
"Selamat datang," [Name] memberi kembalian uang sambil menyapa pelanggan yang baru datang. Dia lalu mengucapkan terimakasih pada pelanggan tersebut sebelum kemudian membenahi sedikit meja konter.
"Selamat datang di Say's Bakery, cukup--"
[Name] memotong sapaan untuk pembeli yang mau membayar itu tiba-tiba. Mulutnya membeku, kala matanya menangkap siapa yang membawa nampan berisi kue yang tadi ia lamunkan.
Terushima Yuuji.
"... A-ah, cukup segini roti yang akan anda beli?" Gadis itu kembali melanjutkan kalimatnya. Buru-buru bersikap professional.
"Iya, tapi tolong saya mau makan di sini, ya."
"B-baik."
[Name] bergerak kaku. Rasanya detik waktu berjalan lama. Sampai-sampai pelanggan di hadapannya itu ada waktu untuk bertanya hal lain.
"Kamu pulang jam berapa?" Kata Yuuji, langsung berganti aksen bicara lebih santai.
Canggung, gagapnya sejak tadi rasanya terus lepas dari mulut [Name], bahkan ia tak sempat berpikir dan langsung menjawab, "J-jam 8."
"Oke, aku tunggu di meja, ya."
[Name] tidak menjawab, tapi ia menyebutkan total harga, "S-semuanya 250¥."
Yuuji dengan tenang memberi uang setotal harga, [Name] menerimanya dengan canggung sambil memberi kembali nampan berisi roti setelah sebelumnya masing-masing diberi tatakan piring kecil.
"Terimakasih," Ucap Yuuji, sebelum pergi ia meninggalkan kalimat, "lain kali jangan canggung-canggung, ya, Nyonya Terushima."
***
Setelah pamit pada rekan kerja di belakang, Terushima [Name] buru-buru pergi akibat tak enak terus digoda bahwa laki-laki dengan marga Terushima juga sejak tadi menunggunya di salah satu meja.
Terushima Yuuji yang dimaksud, saat mendapati [Name] keluar dari pintu dapur sambil membawa tas, laki-laki itu pun sigap menyusul.
"Sebentar, jangan buru-buru, dong, Cantik," Ujar Yuuji yang masih berusaha menyejajarkan diri, "aku, kan, juga mau menggodamu seperti preman-preman brengsek lainnya."
Sungguh, [Name] merasa sangat tak nyaman. Selain kehadiran Yuuji yang tiba-tiba, laki-laki itu juga kembali membawa topik sensitif yang membuat mereka bertengkar dan [Name] sendiri jadi merasa bersalah.
"Hei, Manis."
[Name] mengeratkan genggamannya ke tali tas.
"Terushima [Name]--aduh susah juga, ya, jadi preman penggoda--"
"A-apa? Kau mau apa?" [Name] akhirnya berhenti, karena tak tahan seperti sedang disindir.
Yuuji yang mendapati itu ikut memberhentikan diri, sambil menyunggingkan senyum ia berkata, "Dipanggil Terushima [Name] menoleh. Kamu udah terbiasa jadi milikku, ya?"
Risih, salting, canggung, wajah [Name] melukis itu semua, "K-kau mau apa?"
"Tenang, tenang," Yuuji mengangkat kedua tangannya, "aku gak bener-bener mau melakukan yang aneh-aneh, kok."
[Name] masih diposisi menjaga jarak, apalagi begitu Terushima Yuuji menyambung.
"Ah, tapi paling mau menculikmu aja."
"?!"
"Seperti nama margamu sekarang. Kamu harus kembali ke rumah Terushima milikku."
.
.
.
continue.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro