
⸙ it's starting.
[Full Name] melangkahkan kakinya membelah gang sebuah gedung. Di kedua tangannya tergenggam kantung belanja yang tampak penuh, meskipun terlihat berat, namun dengan tubuh mungil gadis tersebut masih bisa melangkah tegap.
Harusnya begitu.
Tapi ketika ada sesuatu yang menubruk bahunya dari samping, [Name] pun oleng. Tubuhnya juga ikut terpental dengan satu tubuh lain yang ternyata menabraknya. Kantung belanjaan dalam genggamannya terlepas, isinya berserakan. Berbagai macam tepung, mentega, serta yang paling parah telur pun ikut terjatuh.
Seperti satu orang lain, [Name] pun langsung membangkitkan diri setelah beberapa saat mengalami shock.
"Oi, Bocah---wah ..."
[Name] dan lelaki yang menubruknya dari samping itu menemukan kehadiran lain yang masuk. Datang dari arah gang asal laki-laki tadi menabraknya.
"Lihat apa yang kau lakukan?" Laki-laki berhelai cokelat itu berucap pada sosok yang menubruk [Name] sambil mendecak dan menggelengkan kepala. Menatapi kedua manusia lawan jenis yang sedang membersihkan diri meskipun yang perempuan tak ia kenal sama sekali.
"Hei, Gila! Kayaknya kau keterlaluan deh mendorong bocah ini!"
Ketika laki-laki berhelai cokelat berteriak pada sosok di dalam gang sana, [Name] sibuk menatap tak percaya sambil meraih barang belanjaannya yang berceceran, "T-telurnya!"
Laki-laki yang menubruk [Name] hanya terdiam dengan wajah yang menunduk, meskipun mungkin dalam hatinya ia sangat ingin menolong [Name], tapi kehadiran satu orang lain membuat laki-laki itu hanya bisa terdiam.
"Haduh, kau jalan aja gak becus sampai nabrak orang begini," Laki-laki lain ikut bergabung ke tempat kejadian. Menatapi segala bahan baku yang berceceran dengan satu perempuan di sana.
"Kau yang mendorongnya, gila," Umpat laki-laki berhelai cokelat. Menoyor bahu dalang dari kejadian ini, laki-laki berhelai pirang.
Terushima Yuuji.
"Hei, bukannya dia aja yang terlalu loyo?"
"Kau yang terlalu gila!"
[Name] yang sedang panik namun tak disadari keberadaannya oleh kedua pemuda yang sedang berdebat itu lantas menghampiri. Dirinya mencari terlebih dulu siapa yang menubruknya lalu menunjuk, "Kau kan?"
Laki-laki berhelai hitam yang menubruknya terjingkat.
"Lihat apa yang kau lakukan pada barang belanjaanku?! Semuanya berantakan!"
"Hoi, hoi, hoi, Nona, tenang dulu tenang ..." Yang berhelai cokelat menyeruak membuat batas sambil mengangkat kedua tangannya.
Mendapati hal tersebut, [Name] memicingkan mata pada laki-laki berhelai cokelat, "Kau yang mendorongnya, ya?"
Ditatap dengan penuh amarah oleh Sang Gadis, laki-laki yang berusaha menengahi tersebut jadi agak panik, "Hah? Engga buka--"
"Aku yang mendorongnya."
[Name] perlahan membalikkan diri, dengan wajah kesal, ia menatap dalang dibalik kejadian ini. Ternyata laki-laki berhelai pirang, dengan telinga yang penuh tindik, Terushima Yuuji.
"Kenapa? Mau memarahiku?" Terushima melipat kedua tangan di depan dada. Menatap gadis yang jauh lebih pendek darinya itu rendah. Terushima tampak tak takut sama sekali, dia malah seperti menantang wajah amarah Sang Gadis.
Dapat tatapan dan aura dominan seperti itu, [Name] tiba-tiba lengah. Baru ia sadari juga penampilan laki-laki di hadapannya terlihat seperti preman. Dengan tato di tengkuk dan lengan, tindik di telinga, bahkan kalau ia tak salah lihat tadi di dalam lidah laki-laki itu juga terdapat tindik.
Lebih dari itu, saat [Name] berusaha menghindari tatapan mengintimidasi Terushima, ia malah dapati bahwa ternyata selain mereka terdapat beberapa orang lain di gang tersebut. Tepat di belakang Terushima berdiri, di dalam gang. Beberapa pria yang sedang berjongkok sambil merokok tersebut sedang memperhatikan perdebatan mereka.
[Name] lantas menurunkan sedikit emosinya, posisinya sangat tidak aman. Dia gadis sendirian di sini, "B-bukan ... T-tapi belanjaanku jadinya berjatuhan."
Terushima memiringkan kepala, "Hm, lalu?"
"U-um, itu belanjaan toko tempatku bekerja, jadi ... Bisakah kau mengganti ruginya?" Meskipun konsep hidup [Name] adalah tak mau sampai berususan dengan preman atau manusia pengganggu lainnya, tapi karena ia kena rugi terlebih itu bukanlah belanjaannya melainkan milik bakery, jadi mau tidak mau gadis tersebut mengusahakan haknya.
"Siapa yang harus ganti rugi?"
"K-Kau, yang membuat belanjaanku jatuh."
[Name] agak memundurkan diri begitu laki-laki di hadapannya ini tiba-tiba malah mengikis jarak.
"Biar aku tanya sekali lagi," Terushima menundukan badan, "siapa tadi yang menabrakmu?"
Menahan napas, tiba-tiba saja semua keberanian dalam diri [Name] untuk menuntut pertanggung jawaban luntur akibat aura mengintimidasi dari laki-laki di hadapannya dan mata-mata yang seolah menyalak menatapinya di belakang. Dengan takut yang berusaha ditutupi, [Name] menjawab kecil, "K-kau yang mendoro--"
"SALAH!"
[Name] terjingkat kaget, Terushima memotong ucapannya dengan hentakan. Kemudian laki-laki itu menarik seseorang.
"Buka matamu lebar-lebar, Cantik," Terushima kembali merendahkan suara sambil menarik kerah pemuda yang menubruk [Name] tadi, "aku atau dia yang tadi menabrakmu, hm?"
"K-ka---d-dia," [Name] membelokkan pernyataan begitu dilihatnya Terushima makin mengintimidasinya melalui tatapan.
Tersenyum penuh kemenangan karena telah memaksa seseorang agar tak menyalahkannya, Terushima lalu mendorong pemuda berambut hitam tersebut, "Nah, jadi dia yang akan bertanggungjawab."
"H-hah? T-tapi aku---"
"Diam," Terushima lagi-lagi memotong protesan yang kali ini datang dari pemuda berhelai hitam, "kau tadi disuruh pergi aja buat masalah dulu. Sekarang kau yang ganti rugi."
[Name] menatap takut-takut ke arah Terushima. Begitu laki-laki itu juga menatapnya, [Name] lantas menundukkan kembali pandangan.
"Kau berurusan sama dia aja, ya, Nona manis," Ucap Terushima, menyunggingkan senyum yang jatuhnya sok ramah sebelum kemudian berbalik sambil meninggalkan ucapan, "kau memang cantik, sih, tapi gak usah takut begitu. Aku gak akan gigit."
Dengan begitu, Terushima seperti mengarahkan teman-temannya yang masih ada di dalam gang agar pergi dari sana. [Name] ditinggalkan dengan seorang pemuda berhelai hitam yang tampak terlihat takut seperti dirinya atas tekanan intimidasi dari preman-preman tersebut.
Terushima sambil berjalan, disusuli dan ditepuk bahunya oleh temannya berambut cokelat tadi sambil tertawa, Bobata Kazuma, "Nyuruh orang yang habis dipalak ganti rugi, gimana caranya, Bodoh."
"Ya kerja lagi," Jawab Terushima enteng.
Temannya yang lain menyeletuk, Futamata Takeharu namanya, "Tapi tumben ..."
"Apa?"
"Katanya cantik, tapi tumben dilepas," Sambung Futamata.
Bobata ikut menyambar, "Iya, biasanya juga malah dijailin."
Terushima Yuuji hanya bisa mendiamkan pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya tersebut. Walaupun sejujurnya dia juga bingung, kenapa rasanya ingin melepas gadis cantik yang biasanya ia jadikan target incaran, bahkan sampai membawa teman-temannya pergi dari sana agar tak lagi menganggu gadis kecil yang tadi tangannya tampak gemetaran.
Satu hal yang hanya bisa Terushima mengerti namun tetap tak bisa ia ungkapkan adalah bahwa sebenarnya ia merasa familiar dengan wajah tersebut.
Ada suatu ingatan lama yang sudah terkubur namun sedang memberontak untuk keluar. Makanya kini dahi Terushima mengerut keras. Ia berusaha mengingat.
Namun, memori lamanya baru bisa Terushima temukan saat ia kembali dipertemukan gadis tersebut setelah lewat beberapa minggu kejadian itu berlalu.
Kini Terushima sedang terpaksa mengikuti kedua orang tuanya untuk bertamu ke rumah seseorang yang katanya sudah ia kenali. Dan benar saja, segala ingatannya seperti menyeruak masuk saat mendengar kedua orang tuanya menyapa seorang gadis yang waktu itu ia temui.
"Nak [Full Name] ... Sudah lama sekali tidak bertemu, ya, ternyata kamu tumbuh cantik."
Sama seperti Terushima, [Full Name] sang gadis yang saat ini baru memasuki rumah, memandang Terushima Yuuji dengan wajah tak percaya. Apalagi begitu Mamanya mengatakan sesuatu.
"Kamu ingat Terushima Yuuji, kan? Dia teman akrabmu waktu sekolah dasar, sekaligus calon suamimu yang sejak dulu sudah dijodohkan."
.
.
.
continue.
halooo, kali ini ketemu sama yuuji. yg baik baik ya semoga betah sama preman ini /g
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro