Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⸙ it's epilogue.

Sesosok perempuan meringkuk di atas kasurnya. Sejak malam rasanya ia tidak bisa tidur. Dan hari ini pun rasanya malas untuk memulai kegiatan. Perempuan itu melirik ke jam dinding. Bahkan ini sudah jam di mana seharusnya ia beraktivitas, tapi karena apa yang terjadi malam tadi, matanya masih terasa berat.

Menoleh ke kasur kosong di sampingnya, [Name] menghela napas. Ia perlahan bangkit sambil menahan rasa sakit. Lalu berjalan ke luar kamar. Menoleh dulu ke arah dapur yang tak ada siapa-siapa, [Name] lantas pergi ke sebuah ruangan.

Yaitu sebuah kamar yang di dalamnya terdapat kasur lebih kecil, beberapa mainan dan boneka, serta bernuansa ramai.

[Name], wanita itu berjalan mendekati kasur. Di mana sesosok tubuh mungil masih terlelap di sana.

"Akiho, bangun."

Sebuah sentuhan lembut disampaikan oleh [Name] ke wajah gadis mungil dengan mata yang masih terpejam. Sebelum beberapa saat kemudian, kelopak itu bergerak perlahan. Hingga akhirnya menampilkan manik yang tak kalah cantik dari milik [Name].

***

Gelak tawa saling bersahut. Tapi di antara itu, kikikan imut gadis kecil yang paling terdengar kontras. Sementara itu sesosok orang dewasa lain ada di belakangnya, sedang memangku gadis kecil tersebut sambil tangannya mengusap ujung mata.

Membuang napas, sosok wanita tua itu mendesah sambil mengusap kepala Sang Gadis Kecil, "... Pokoknya dulu mama sama papamu itu ada-ada aja kerjaannya."

Gadis kecil tersebut menengak, menatap wajah wanita tua di belakangnya dengan wajah tak mengerti. Mendapati hal tersebut, wanita tua itu lantas mencubit pipi kecil di sana, "Yah, tapi untunglah kamu bisa ada sekarang, Dek Akiho."

"Aku?"

"Iya, kamu ... Yang paling bisa bikin nenek merasa bahagia!" Wanita tua tersebut lantas memeluk gadis kecil, membuat gelakan tawa geli kembali terdengar.

"Nek," Gadis kecil itu memanggil, "gimana aku bisa ada?"

Menjeda jawaban sejenak, wanita tua yang dipanggil nenek tersebut menjawab gemas, "Ya karna ada papa dan mamamu yang bersatu ..."

"Kalo papa sama mama gak bersatu, aku juga gak ada?"

Wanita tua itu tersenyum lembut, "Gak! Kamu akan tetap ada!" Sehabis itu gelakan tawa kembali di salurkan wanita tua tersebut. Membuat gadis kecil di rengkuhannya makin beraut bingung.

"Kenapa kamu menatap nenek seperti itu?"

Sebuah suara lain tiba-tiba memasuki pendengaran mereka, sang gadis kecil dalam pelukan langsung mengganti rautnya dengan tersenyum, "Mama!"

[Name] ikut melukis senyum, lalu langsung mendudukan diri di samping sofa yang mereka duduki.

"Maaf ya, Nak [Name], kamu yang bertamu malah kamu yang masak," Ucap wanita tua tersebut. Langsung dapat balasan lagi dari perempuan di hadapannya.

"Gak apa-apa, Mama, kenapa masih merasa gak enak juga ..." Ucap [Name] sambil terkekeh, "justru mama sendiri malah direpotin ngejagain Akiho begini."

"Hei, kayak sama siapa aja kamu."

"Kalau gitu mama juga santai aja ..."

Terkekeh, wanita tua itu mengusap-usap kepala gadis kecil yang masih dipangkuannya, "Lagian menjaga Akiho itu gak merepotkan sama sekali, kok. Dia anteng dan baik, mirip sekali denganmu."

[Name] ikut terkekeh kecil, lalu mengusap wajah Akiho lembut.

"Kakek!"

Akiho yang pertamakali mendapati kehadiran lain selain mereka bertiga langsung memekik sambil menunjuk eksistensi tersebut.

"Wah, Putri kakek apa kabar?"

Karena Akiho kecil sedang berada dalam pelukan sang nenek, maka sosok eksistensi yang disebut kakek itu lah yang menghampiri mereka di sofa.

"Papa?"

Mendapati pertanyaan polos tersebut, sang kakek membuat raut kecewa, "Kenapa menanyakan papamu? Kakek kan ada di sini, kamu tidak rindu kakek?"

Dengan agak ragu, Akiho kecil kemudian mengangguk. Membuat kakeknya yang gemas langsung mengusap surai lembut rambut berwarna cokelat tersebut.

"Tapi maaf ya, Putri Kakek, papamu ditahan dulu beberapa waktu."

***

[Name] yang baru selesai ke kamar mandi langsung melihat jam dinding. Ini sudah jam 12 malam dan dia belum bisa tidur juga.

Lebih dari itu.

Kasur sampingnya saat ini juga masih kosong dan tidak ada kehadiran lain di kamarnya.

Akiho sendiri sudah tidur sejak jam 9 di kamar neneknya. Padahal mungkin jika Akiho tidur dengannya, kamarnya ini jadi tidak terlalu sepi. Tapi bagaimana ia bisa menolak permohonan neneknya agar membiarkan Akiho tidur di sana.

Mencoba kembali tidur, [Name] membungkuskan diri lagi dengan selimut. Namun ketika beberapa menit hanya terpejam saja, pintu kamarnya terbuka.

[Name] sontak menoleh. Dalam kegelapan kamar, sosok tersebut hanya menampilkan siluet remang berkat cahaya dari luar ruangan.

"Aku membangunkanmu?"

[Name] buru-buru menyalakan lampu tidurnya. Membuat keadaan kamarnya jadi tak terlalu gelap dan berhasil menampilkan garis wajah sosok yang sedang menutup pintu tersebut.

"Kenapa malam sekali pulangnya?" Tanya [Name]. Memperhatikan dari kasur sosok yang kini sedang membuka dasi, blazer, dan juga name-tagnya.

Iwaizumi Hajime.

Mendesah, laki-laki yang kini hanya tinggal menyisakan kemeja dan celana bahannya itu lalu langsung melemparkan diri ke kasur.

"Ayah benar-benar mengerjaiku ..." Gumam Hajime tersebut. Suaranya teredam bantal.

[Name] yang kemudian mengerti apa maksud dari perkataan ayah Hajime pada cucunya tadi siang lantas hanya bisa ikut membuang napas kecil.

"Ganti baju dulu, Hajime," [Name] berucap mengingatkan. Membuat Hajime di sampingnya lantas kembali bangkit dengan lunglai.

Pria yang sudah menjalani pernikahan keduanya sejak 3 tahun lalu itu pun membuka seragam putih dan celananya, lalu menggantinya dengan pakaian yang nyaman dipakai untuk tidur.

"Gantung lagi bajunya," [Name] kembali berceletuk sambil memperhatikan Hajime berganti baju.

Iya. Hubungan mereka sudah banyak berubah sejak saat itu.

Dan perceraian mereka, membawa sebuah hubungan baru yang jauh lebih membahagiakan.

Brugh!

[Name] ikut membaringkan tubuhnya ketika Hajime sudah kembali melemparkan diri ke kasur di sampingnya.

"Akiho tidur di mana?" Tanya Hajime, membalikan tubuhnya agar bisa menatap wanita di sampingnya.

"Di kamar Mama," Jawab [Name], menaikan selimut ke tubuh Hajime, "Mama yang minta Akiho tidur di sana malam ini."

"Syukur, deh. Jadi aku bisa berduaan denganmu," Balas Hajime, melempar seringainya yang langsung dihadiahi pukulan di dadanya. Tapi karena berhasil ditahan, Hajime jadi menyelipkan jemarinya di tangan wanita tersebut. Lalu menariknya kecil, menyuruh [Name] agar makin merapatkan diri.

Hajime lantas merengkuh tubuh tersebut. Menyesap aroma, dan merilekskan diri dengan afeksi tersebut. Membuang semua penat yang ia lakukan hari ini sejak pagi buta tadi hingga larut malam di kantor ayahnya.

Ya. Sejak perceraian dirinya dengan wanita dalam pelukannya ini, Hajime mengambil beberapa keputusan yang mengubah kehidupannya. Menghentikan diri dari pekerjaan menagih hutang, berkelahi, dan mulai serius bekerja di perusahaan ayahnya sendiri sebagai penerus.

Berkat keputusannya itu pula, takdir yang dulu ia anggap sebuah kesalahan, kembali menerimanya.

Ibunya sendiri yang dulu pernah sangat kecewa dengan perceraiannya sampai berkata, 'Kenapa sih, kamu minta pembuktian takdir padahal buktinya sudah ada di depan matamu sendiri sejak dulu.'

Sekarang sambil memeluk [Name] erat, Hajime pun ikut menanyakan itu kembali dalam hatinya. Merasa bodoh memilih untuk memutuskan hubungan mereka hanya karena alibi tidak mau membenci diri sendiri. Padahal kenyataannya hanyalah ia yang tak merasa pantas bersanding dengan [Name] dan mengira pernikahannya adalah sebuah kesalahan.

"Perutmu udah gak sakit?"

Selesai menyesap aroma tubuh [Name] sambil menenggelamkan pikirannya, Hajime kemudian menunduk agar wajah wanita yang kini sudah kembali memakai nama marganya terlihat.

"Udah ..." Jawab [Name], "tadi Mama yang ngasih obat pereda."

"Hahh, padahal kemarin malam aku sampai ikut gak bisa tidur liat kamu uring-uringan," Kata Hajime. [Name] mendengarnya jadi terkekeh.

"Maaf, ya. Kamu pasti jadi capek banget hari ini," Ucap [Name], tangannya tergerak untuk mengusap punggung yang jauh lebih kokoh dan lebar darinya itu, "udah, sekarang kamu tidur."

Hajime dengan itu kembali menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher [Name].

Pikir [Name] dengan hening yang menyelimutinya, Hajime itu sudah terlelap. Tapi gadis itu jadi tersentak saat tiba-tiba merasakan angin berembus di lehernya.

"Ha-Hajime?"

"Menstruasi kamu udahannya kapan?"

"Eng ... Mungkin minggu depan?"

"... Mau."

[Name] tampak kelabakan, "M-mau apa?"

Hajime makin merengkuh kuat, membuat [Name] merasa geli karena suaminya itu benar-benar seperti bernapas di lehernya, "... Bikin kayak Akiho lagi. Tapi cowok."

***

"Papa!"

Hajime membentuk senyumannya, "Enak tidur sama nenek?"

Akiho yang terduduk di sofa sambil menyantap sarapan rotinya itu mengangguk. Hajime yang mendudukan diri di samping anaknya lalu mengusap kepala kecil tersebut, "Kakek gak mendengkur?"

"Mendengkur!"

"Hei, apa-apaan, memang aku ngorok?"

Protesan dari ayah Hajime itu membuat seluruh eksistensi di sana tertawa. Namun di tengah-tengah pergelutan ayah dan ibunya, Hajime menatap putri kecilnya, lalu membisikan sesuatu ke telinganya.

Iwaizumi [Name] yang sedang bingung mau membela ayah atau ibu mertuanya itu tiba-tiba dikagetkan dengan suara menggemaskan dari buah hatinya. Bahkan pertanyaan polos malaikat mungil dalam keluarga Iwaizumi itu berhasil membungkam ribut-ribut antara kakek dan neneknya.

"Mama, aku juga mau! Adik cowok!"

Iwaizumi Hajime lantas menyunggikan seringai, begitu menangkap istrinya tersebut menatapnya dengan wajah memerah.

.

.

.

finish.

yeeey udah epilogue yaaa! terimakasih sudah membaca sampe sini!

anyway, mampir di kisah perjodohan yang baru xixixi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro