Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

« Natsu no Kisetsu ni : Saeran Choi Version »

==========

Musim Panas.

Aah, musim paling yang [Name] benci. Alasannya? Sederhana, ia tidak menyukai suhu udara yang membuatnya terpaksa untuk melepaskan sweater kesukaannya, dan terlebih lagi suara berisik serangga-serangga yang terdengar setiap malam ketika ia hendak pergi ke dunia mimpi. Memang ia tak bisa berharap serangga itu akan berhenti memulai 'konser' mereka setiap malamnya.

Yang bisa [Name] lakukan waktu itu ialah hanya menutup kedua telinganya dengan bantal.

Tetapi sekarang bukan itu masalahnya, sekarang gadis dengan potongan rambut panjang itu terjebak di depan mini market 24 jam karena hujan. Sayangnya [Name] lupa membawa payung, alhasil ia pun hanya bisa menunggu. Sialnya lagi, dompetnya ketinggalan akibat terburu-buru berangkat dari rumah menuju kampus pagi tadi dan untungnya ia diberi tumpangan oleh teman sekampusnya.

'Apakah hari ini tidak bisa lebih sial lagi?'pikir [Name] dalam hati merutuk.

Lupa membawa dompet, kena tegur oleh dosen, dan sekarang terjebak karena hujan. Bagus sekali.

Hal itu membuat [Name] semakin tidak menyukai musim Panas. Lagipula apa bagusnya musim Panas itu? jika ditanya, mungkin butuh waktu 10 menit atau lebih untuk [Name] menjabarkannya.

Helaan napas pelan terdengar dari gadis itu sebelum kemudian di iringi suara bersin. Ah sial, apakah ia masuk angin? seandainya ia tahu malam ini akan turun hujan, ia akan mengenakan jaket dan juga benda paling penting sekarang yakni : payung.

Ia benar-benar bisa terkena demam jika lama-lama berdiri di sini. Gadis itu pun langsung saja mengeluarkan benda persegi yang disebut handphone itu dari saku celananya. Mencoba menghubungi teman karibnya untuk memintanya menjemput dirinya walau ia merasa tidak enak juga, terlebih ini sudah malam. Tetapi hei, jika bukan tidak terdesak begini ia tidak akan melakukannya.

Seorang [Name] tidak pernah meminta bantuan atau merepotkan orang lain kecuali jika saat itu benar-benar mendesak. Mandiri? tentu saja.

[Name] telah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk bisa mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Harus ia akui, terkadang ada kalanya ia cukup kesulitan ketika mengerjakan sesuatu sendirian, tetapi juga ia tipe orang yang pantang menyerah.

"Ah sial! kenapa lowbat disaat begini?!"[Name] menggerutu sendiri sebelum memasukkan kembali handphonenya ke saku celana. Bagus, sekarang giliran handphonenya yang mati karena lowbat. Salahkan dirinya yang tadi bermain game di handphonenya dan terlebih lagi, game itu benar-benar menguras banyak battery.

Untuk kesekian kalinya, [Name] hanya bisa menghela napas kesal dengan perasaan campur aduk. [Name] memeluk dirinya sendiri, berpikir hal itu bisa menghangatkan dirinya dari suhu dingin kala malam ini. Padahal ini musim Panas, tetapi malam ini cukup dingin ditambah hujan. [Name] tidak mengira akan sedingin ini suhu malam di musim Panas.

Apa ia terobos saja hujan? jarak antar mini market ini ke kost-annya tidak begitu jauh, ia bisa saja lari dari sini. Tetapi, hujan bukannya semakin mereda malah semakin deras.

Hahhh...,hati [Name] bimbang. Jika ia terobos, ia bisa saja pulang lebih awal tanpa perlu menunggu hujan ini yang entah kapan redanya dan beresiko demam esoknya. Tetapi, jika ia menunggu di sini lama-lama ia bisa terkena demam atau masuk angin juga pada akhirnya.

Tubuh [Name] bergetar dikarena'kan  suhu yang semakin lama terasa dingin menusuk, terlebih ia hanya mengenakan kaos tipis saja. Ia merasa benar-benar menderita saat ini.

"Hei."

Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi, membuyarkan lamunan dan gerutuan hati [Name]. Perlahan, gadis yang masih tengah memeluk dirinya sendiri itu menolehkan kepala ke samping, hanya menemukan seorang pemuda yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya kala itu.

Apa dia mengajaknya bicara? tentu saja, mengingat hanya dirinya seorang dan pemuda asing itu saja saat ini.

kedua manik [Name] mulai memperhatikan pemuda asing yang mengajaknya bicara. Hal yang paling membuat [Name] terheran-heran ialah, bagaimana bisa pemuda itu  menikmati es krim disaat hujan deras begini? disaat [Name] menderita kedinginan.

Sementara di sisi lain, pemuda itu hanya menatap gadis yang masih memeluk dirinya sendiri dengan pandangan datar sembari mengigit es krim batang. Kalau dilihat-lihat, sepertinya ia terjebak sama halnya dengan dirinya.

Beberapa menit terlewatkan dengan mereka saling menatap satu sama lain jika saja [Name] tidak membuka suaranya memecahkan kecanggungan saat itu.

"Um, apakah kau punya ponsel?"

Hening sesaat.

Ah, [Name] merasa bodoh sekali untuk menanyakan pertanyaan seperti itu kepada orang asing yang baru saja ia temui. Melihat si pemuda tak kunjung menjawab, [Name] hendak membuka bibirnya kembali namun baru saja ia mengeluarkan beberapa kata, pemuda itu langsung saja memotong.

"Punya."Jawabnya masih menatap [Name]. Sepertinya [Name] berniat untuk meminjam ponsel orang asing tersebut, mengingat ponselnya sendiri mati.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminja--"

"Tidak bisa, ponselku lowbat."potong pemuda itu cuek.

Lagi-lagi hening kembali menyerbu. Satu-satunya yang terdengar hanyalah suara rintihan hujan, dan juga suhu udara yang semakin dingin saja. [Name] lagi-lagi hanya bisa merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bagus, ternyata bukan hanya dirinya saja yang mengalami hal sama, pemuda asing di sampingnya ini juga begitu.

"Hujannya deras ya."Suara pemuda itu kembali terdengar membuat [Name] kembali menoleh ke arahnya. Ia masih di tempat yang sama, bedanya kali ini tengah menggigit stick es krim yang telah habis.

[Name] hanya menjawab dengan gumaman, pemuda itu tidak menoleh. Pandangannya lurus ke depan, menatap hujan yang masih setia turun dengan derasnya. Membuat kedua orang ini terjebak bersama, walau ini sama sekali tidak terencana....,

Atau bisa jadi?

"Apakah kau suka hujan?"

Pemuda itu lagi-lagi mengeluarkan suaranya, [Name] melempar tatapan aneh dan heran sesaat. Mengapa ia berbicara seakan-akan mereka sudah saling kenal saja? [Name] memang kurang menyukai dengan orang yang SKSD. Namun, rasanya tidak sopan juga jika mendiamkan atau mencueki orang yang mengajakmu berbicara. Alhasil gadis itu menjawab juga pada akhirnya.

"Ya,"

Pemuda itu menoleh menatap [Name] dengan kedua manik berwarna mintnya. Ah tenang, itu hanya contact lens.

"Tetapi ada yang tidak kusukai dari hujan...,"[Name] menjeda perkataannya sesaat, membuat pemuda itu penasaran.

Perlahan gadis itu menoleh membalas tatapan pemuda yang sedari tadi  menatapnya semenjak ia datang ke sini sinis. "Stalker sepertimu."

Pemuda itu sedikit terkejut mendengarnya, apalagi melihat ekspresi datar dari gadis yang saat ini berdiri di depannya. Tawa kecil samar-samar terdengar, [Name] masih menatapnya datar.

"Kau mengataiku stalker?"

"Bukankah itu benar? aku melihatmu menatapku sedari tadi, bukankah itu pekerjaan seorang penguntit?"balas [Name] dengan polosnya, pemuda itu tentu sedikit tersinggung mendengarnya.

"Nona, sepertinya kau salah paham, aku bukanlah orang seperti itu."Pemuda itu membela diri. Walau harus ia akui, gadis di depannya saat ini cukup manis tetapi kalau dilihat sekali lagi ia juga sepertinya sedikit jutek. Ah, tipenya sekali.

Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya masih tersenyum. Lucu saja rasanya, dari sekian banyak gadis yang ia temui, tidak ada yang berani seperti ini padanya.

Menarik.

"Tidak usah berbohong, aku telah menangkap basah dirimu yang menatapku secara terang-terangan. Apa kau berniat merampokku? oh atau kau berniat melakukan hal buruk padaku?"kata [Name] seenaknya. Okay dia sudah keterlaluan.

"Apa aku terlihat seperti orang jahat?"tanya pemuda itu kali ini dengan senyuman manis. Tetapi kalau dilihat, penampilannya cukup meyakinkan jadi orang jahat. Jaket hitam yang sedikit kebesaran itu dan terlebih tato bergambarkan mata di lengannya.

Pemuda itu telah mendapatkan salah satu fakta dari gadis di depannya. Ia bukan gadis polos atau naif yang pernah ia temui sebelumnya. Pemuda itu tersenyum kecil membuang stick es krim ke tempat sampah sebelum mengeluarkan suaranya kembali.

"Kau menarik juga, dan kau juga tidak terlihat bodoh seperti gadis pada umumnya."

Apa-apaan itu? apa ia mencap semua gadis itu bodoh? walau begitu [Name] sebagai seorang perempuan merasa tidak terima juga walaupun ia dikecualikan.

"Atas dasar apa kau seenaknya menilai semua wanita begitu?"kata [Name] keberatan. Pemuda itu tertawa kecil sebelum mendekat dan menyentuh salah satu helai rambut [H/c] milik [Name].

"Menarik, benar-benar menarik."Ia berkata pelan. [Name] mengernyitkan dahinya bingung. Pemuda itu hanya tersenyum sebelum kemudian kembali ke tempat awalnya.

"Sayang sekali ya malam ini hujan, malam pada musim panas itu biasanya bertaburkan bintang. Sayang kau tidak dapat melihatnya malam ini."Pemuda itu mengalihkan topik pembicaraan. [Name] memutarkan kedua bola matanya.

"Aku benci musim panas."jawabnya terang-terangan. Pemuda itu langsung menoleh menatap gadis di sampingnya saat ini heran.

"Apa yang membuatmu membenci musim panas?"tanya pemuda itu. Walau bukan urusannya juga sih tetapi mendengar ada yang membenci musim di mana ia lahir rasanya sedikit...,

"Karena musim panas itu berisik dan panas."

Sontak saja sebuah tawa keluar dari pemuda itu lagi. [Name] menatapnya heran dan sedikit kesel karena tawa itu terdengar mengejek.

"Jawabanmu sungguh polos, tetapi kau tidak bisa membencinya hanya karena dua faktor itu."

Cih apa pedulimu?

"Aku bisa membenci atau menyukai suatu hal, apa pedulimu."jawab [Name] diiringi helaan napas.

"Kau benar."

Pemuda asing itu tersenyum walau terlihat seperti senyuman sinis. [Name] masih tidak mengerti mengapa pemuda ini mengajaknya bicara, lagipula ia tidak terlihat menarik atau bahkan cantik.

"Namun kau tahu, walau terkadang sering dibenci. Ada hal indah dan menarik yang tidak bisa kau lihat pada musim lainnya."sambung pemuda tersebut. [Name] hanya terdiam tidak mengerti.

Pemuda itu kemudian menanggalkan jaket hitamnya sebelum memakaikannya pada [Name]. [Name] yang melihat hal itu hanya terdiam juga bingung. Mengapa ia mempedulikan dirinya? padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal.

Pemuda itu terkekeh melihat wajah bingung [Name].

"Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini lebih lama lagi, yeah have fun waiting there~"Setelahnya pemuda asing itu berlari menerobos hujan tidak mempedulikan dirinya akan kebasahan.

[Name] masih terdiam sunyi di tempatnya. Aneh, sungguh aneh. Ia tidak habis pikir dengan pemuda itu.

Suhu yang semakin terasa dingin membuat [Name] terpaksa mengenakan jaket itu dengan benar walau bukan miliknya sih.

Hangat.

Harus ia akui, jaket ini cukup membuat dirinya hangat. [Name] memasukkan kedua tangannya yang dingin ke saku kantung jaket hitam pemuda asing bersurai putih tadi.

"Hm?"

[Name] merasakan ada sesuatu di dalam saku jaket tersebut, hanya menemukan sebuah kertas bertuliskan

“Soon we shall meet again and soon you will find miracle from within, may your hatred turned into love”

Hujan mulai mereda, walau masih turun satu persatu dirinya dengan lambat. [Name] memejamkan kedua matanya sejenak setelah membaca kalimat itu.

"Aku masih tidak mengerti."ucapnya dengan dahi berkerut. Menyadari hujan telah mereda, gadis itu pun langsung saja beranjak pergi dari sana.


.


°

“Tentu, mari bertemu lagi dan yakinkan aku untuk tidak membenci musim panas lagi.”

END

»»»»««««

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro