Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BEACH IN LOVE

AWI PARTY

" BEACH IN LOVE "

dedicated for AuthorAWI

Gadis berambut sebahu itu kembali membaca party invitation dari sebuah komunitas misterius pencetak penulis berbakat. Matanya benar kan, itu sebuah undangan untuknya. Benar bukan? Ada coretan namanya tertera di sana. Antara bangga dan ketidakpercayaan. Sungguh, gadis yang mengenakan terusan berwarna peach itu merasa tidak percaya bahwa dirinya di undang.

Ditatapnya sebuah pintu dari tanaman yang direkatkan satu sama lainnya, dengan tulisan "Welcome to AWI's Party" di atasnya. Pintu itu tidak berdaun pintu. Sebenarnya hanya seperti gerbang masuk saja. Sekelilingnya merupakan ruang kosong, hanya pasir putih yang menjadi perekam jejak langkahnya. Ah, ada pula meja penuh makanan yang mengisi beberapa ruang kosong di dalam gerbang. Deburan ombak menjadi musik pengiring yang memenuhi indra pendengarannya. Ia takjub dengan apa yang ada di sana. Belum pernah sekali pun, ia diundang di acara pesta ulang tahun berkonsep Beach In Love.

"Hei," seru seorang gadis berkepang satu sembari menepuk pundaknya. Zea, si gadis berkerudung peach menoleh kepada gadis berjilbab nan cantik itu. Zea menampakkan lengkungan bulang sabit pada wajahnya.

"Kamu, Zea kan?" tanya gadis yang berjalan beriringan bersamanya.

"Ah, iya, aku Zea, kamu Tirza kan? Hmm ... Katir?" Zea membalik pertanyaan gadis yang disangkanya bernama Tirza itu. Gadis yang dipanggil Tirza itu pun menggerakan kepalanya ke atas dan ke bawah dengan senyum yang mengembang. Dua gadis yang berjalan bersisihan itu pun, melewati gerbang tanaman. Mereka disambut oleh gadis chinesse bermata sipit yang langsung memberikan sebuah pelukan kepada mereka.

"Hai! Welcome for our party!" ucapnya riang. Ia mengambil jeda napas sebentar, sebelum melanjutkan perkataannya. "Gue Chacha, hehehhe! Kalian Zea dan Tirza kan? Isi daftar tamu undangan dulu ya!" Chacha melanjutkan ocehannya, bahkan sebelum Zea dan Tirza menjawab sapaannya.

"Tapi, konfirmasi undangannya dulu ya guys!" Kedua gadis itu langsung memberikan undangan yang sedari tadi mereka genggam. Chacha menerima undangan tersebut dan mengeceknya.

Tidak lama, gadis itu langsung menunjukkan sebuah buku tamu unik. Buku itu seperti lembaran surat jaman purbakala. Berbahan kain yang dapat digulung. Untuk menuliskan nama, bukannya menggunakan bolpoin, tetapi menggunakan pena yang harus terlebih dahulu dicelupkan tinta. Bergantian, Zea dan Tirza menuliskan nama, alamat, nomer handphone, serta ucapan pada buku tamu tersebut.

Bagi Zea, pesta ini sungguh berbeda dari biasanya. Kalian tahu, pesta ini diadakan di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Seluruh biaya akomodasi pun sudah ditanggung oleh panitia. Anggota hanya harus datang dengan code dress yang ditentukan. Begitupula dengan Zea, baru tadi siang ia sampai di Jakarta. Sekitar pukul 14.00, ia menyeberang ke pulau ini. Semuanya gratis, gadis itu tidak mengeluarkan sedikit pun dana.

Setelah menyebrang, ia hanya perlu menuju cottage yang telah disiapkan untuk menaruh kopernya dan beristirahat sejenak sebelum menuju tempat pesta. Ia tidak menemukan satu pun teman selama perjalanan menuju cottage. Kata panitianya sih, agar mereka mencari teman sendiri. Seluruh undangan hanya diberi sebuah peta menuju tempat pesta utama.

Selesai menuliskan data diri di buku tamu, Chacha mempersilakan mereka menikmati pesta yang sudah lumayan penuh oleh tamu undangan lainnya. Zea yang perutnya berbunyi memilih menghampiri meja yang terisi oleh berbagai jenis tart kecil. Sebenarnya, ia ingin menyapa teman-teman lainnya, hanya saja ... perut sudah tidak bisa kompromi. Tidak jauh berbeda dengan Tirza yang langsung mengambil snack di meja terdekat.

Di sana mereka langsung bertemu dengan Kintan yang baru saja masuk fakultas hukum. Di samping Kintan, ada Ruth yang tengah mencicipi snack. Ada pula Cat dan Naomi yang sibuk berkeliling menyapa seluruh undangan. Jangan lupakan Fanya, yang sibuk memotret. Segera mereka saling berbaur satu sama lain. Gurat tawa dan canda mengembang pada wajah masing-masing. Selama ini, mereka hanya bisa bertegur sapa via Line, kini mereka bisa bertatap wajah satu sama lain.

"Nggak nyangka, bisa ketemu langsung sama kalian!" ungkap Ruth yang ternyata berkulit putih. Mereka terkikik satu sama lain.

"Kalian beda ternyata dari ava! Ya, meski ada beberapa yang mirip sih." Kintan berseloroh menanggapi Ruth.

"Ya, dan Tirza ternyata memang berambut panjang, astaga ava Tirza kan, cewe berkepang dan kita hanya disuguhi tampak belakangnya." Giliran Zea bersuara, semuanya semakin asyik membahas ekspetasi dan realita. Tidak ada rasa canggung, semuanya menikmati suasana lembayung di angkasa. Mereka juga mulai berpencar, menyalami dan ber-say-hello- kepada anggota lainnya.

"Idih Bang Rejak!!!" Seluruh ucapan terhenti seketika, kala suara melengking perempuan menggema. Tampak seorang gadis dengan gaun pink tengah merajuk pada sesosok pria berkulit tan yang berada di sudut photoshoot yang tersedia. Sudut photoshoot itu tertata cantik dengan dua buah sepeda yang bertengger. Jangan lupakan sebuah papan penunjuk jalan yang terpasang di bagian kiri sepeda, dengan beberapa pot bunga yang menghiasi. Ombak yang menggulung dan simfoni cakrawala menjadi background tempat ini.

"Ayolah foto lagi, buat kenang-kenangan!"Gadis itu menggoyang-goyangkan lengan Bang Rejak. Lelaki itu memasang wajah datarnya, membuat Ara semakin kesal.

"Sudah cukup dari tadi kita berfoto." Suata bass Bang Rejak alias Reza itu sukses membuat Ara meletakkan tangannya di depan dada. Wajahnya ia palingkan dari hadapan Reza. Ia mendengus kesal dengan bibir yang mengerucut.

"Okeh, terserah, jangan salahkan kalau kita nggak ketemu lagi," ucap Ara kesal. Reza menghela napas panjang. Astaga, pacar LDR-nya itu menyebalkan sekali. Namun, entah kenapa semakin tampak imut dan menawan. Walau ngambekan dan seperti anak kecil, sungguh Reza tetap mengagumi sosok Ara. Reza tersihir olehnya, maka ia putuskan menjawil pipi Ara. Suara tawa menggema seketika melihat interaksi antara Ara dan Reza. Pantaslah mereka disebut pasangan terpanas 2016.

*** *** ***

"Thankyou guys! Kalian sudah hadir di perayaan satu tahun bersama AWI. Gue sebagai owner bener-bener speechless. Semoga kita bisa terus menjadi penulis dan solid." Naomi, si pendiri AWI mengungkapkan rasa bahagianya sebelum bersama-sama memotong kue ulang tahun berlogo AWI ini. Suara tepuk tangan langsung menggema seketika. Taburan cahaya bintang menambah kemeriahan sauasana. Rasanya jarak antara bumi dan bintang hanyalah beberapa meter, hingga kalian bisa memetiknya.

"First cake ini kita dedikasikan buat kalian semua," kata Cogan, yang sama-sama pendiri komunitas ini. Cogan ini memang misterius di hadapan para anggotanya. Bayangkan, di pesta bernuansa pantai, Ia malah mengenakan jubah hitam dengan topeng kupu-kupu separuh. Memangnya tidak panas?

Mungkin, kemisteriusan Cogan menjadi tonggak awal konsep barisan perangkai kata ini menjadi hitz. Di dunia oranye, mereka tak mau disebut nama sebagai member. Hanya codename yang menjadi inisial mereka. Jangan bayangkan codename singkat yang melekat. Codename mereka beberapa terlalu panjang, tetapi bisa mencerminkan karakter masing-masing.

Seorang lelaki dengan balutan kemeja biru muda tiba-tiba menyuguhkan dirinya di tengah kerumunan. Ya, sedari tadi seluruh peserta berkerumun membentuk lingkaran. Lelaki itu memetik gitar yang tersampir di pundaknya, membuat seluruh mata memandang takjub. Lantunan, Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian tertangkap oleh gendang telinga setiap manusia yang berada di sana. Suasana syahdu segera merubah atsmosfer kemeriahan. Pada bagian-bagian akhir lagu, Fufu – si pelantun lagu – menghampiri sesosok gadis yang diyakini mirip dengan Fatin. Gadis yang mengenakan kerudung biru itu hanya bisa memicingkan mata, tidak mengerti.

"Cit, sebuah rasa mengental dalam darahku. Perasaan yang tidak mampu kuungkapkan hanya lewat lidah. Rasa ini hinggap seiring waktu kita saling bertegur. Tidak perlu kamu tanyakan apa, kuyakin kamu mengerti. Benang merah mungkin telah terhubung, tetapi belum terikat. Akankah kamu mau mengikatnya bersamaku?" Kata-kata puitis tiba-tiba keluar dengan begitu baik dari mulut seorang Fumio. Citra, sang gadis yang dituju hanya membelalakan mata. Ia tampak diam, tidak seperti biasanya. Diamnya pun cukup lama, kata-kata Fumio tidak bisa dimengerti olehnya, Ia pun menggelengkan kepala, "aku tidak mengerti."

Fumio menarik napas panjang. Ia harus mengeluarkan kata ampuh untuk memperjelas maksudnya, "Citra, maukah kamu menjadi kekasihku?" Citra kembali mematung, mengerutkan dahinya. Fufu beneran suka sama aku? batinnya. Sebuah magnet meggerakan kepala Citra untuk mengangguk, mengiyakan. "Tapi harus LDR ya," ucap Citra yang spontan membuat Fufu berteriak girang. Rasa yang ia miliki terbalaskan kini. Ia melompat bahagia. Rendi, Alan, Mario, dan Reza saling memandang sebelum akhirnya menghampiri Fumio. Mereka segera meraih tubuh Fumio, membopongnya, dan membawanya menuju bibir pantai.

Plungggggg

Suara Fumio yang jatuh di dasar air disertai teriakan menjadi bahan tertawaan seluruh yang hadir. Tidak terkecuali dengan Citra yang tawanya paling membahana. "Rasakan itu kau Fu," ungkapnya. Saking fokusnya menikmati Fumio yang tercebur, sebuah colekan krim roti dari tangan Rivka terpampang pada pipi kanan Citra.

"Hei Rip, apa-apan kau?" teriak gadis itu, ia memilih mencari kue tart untuk diambil krim-nya. Ia segera mengejar Rivka, tidak lupa mencolek Sekar dan De dengan krim. Di bibir pantai, Fumio juga ingin membalas dendam pada siapa pun. Semuanya saling berkejaran untuk melakukan pembalasan. Sebuah pesta bernuansa tenang berubah menjadi ajang saling cebur-menceburkan dan colek – mencolekan.

*** *** ***

Lampion beraneka macam bentuk mengudara di langit Pulau Seribu. Angin malam menusuk sekumpulan manusia yang sudah tidak jelas penampilannya. Ada yang basah kuyup, ada yang tercoret krim kue, ada pula yang bermandikan pasir. Untungnya mereka telah mengisi perut sebelum acara potong kue. Mereka duduk melingkar sembari menikmati lampion yang berterbangan membawa harapan pada komunitas mereka. Suara ledakan disusul munculnya kembang api yang menerangi malam menjadi penutup acara ini. Kini semuanya memandang langit dengan jemari yang saling bertautan.

Bukan sekedar sahabat ataupun kekasih, AWI teruslah menjadi keluarga selamanya.

AWI, kumpulan penikmat kata akan terus melahirkan penggores kata.

Tetap sukses selamanya AWI!

Para penulis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, terkumpul dalam satu wadah bernama AWI.

Tetap misterius, tapi benar-benar berkarya untuk memanjakan pembaca.

Teruslah menelorkan para pencetak inspirasi lewat kalimat

--- FIN ---

A/N

This story dedicated for Author Wattpad Indonesia.

Maafkan pecinta romance ini yang membuat cerita ulang tahun buat AWI menjadi aneh. Aku terlalu polos untuk membuat kisah yang lucu dan meriah.

Sukses terus untuk AWI.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro