BAB 10 : Awal (?)
Dunia Manusia | 25 Januari 2022.
Sang Putri Mahkota Berusia
22 tahun 3 Bulan 8 Hari.
†††
Satu tahun telah berlalu setelah kematian Raja Iblis.
Kehidupan di dunia kembali seperti semula.
Kaum Iblis yang sebelumnya menyerang dunia manusia, pada akhirnya telah kembali ke dunia kegelapan.
Seperti ada yang menggerakkan mereka dari belakang, semuanya kembali tanpa memedulikan Sharaid yang menghilang, hingga tak meninggalkan jejak sedikit pun.
†††
DRAP ... DRAP ... DRAP ....
Dalam kegelapan malam dan bisingnya suara transportasi di jalan raya membuat wanita itu sedikit merasa tak nyaman. Kaki jenjangnya terus melangkah menyusuri trotoar yang dinaungi pepohonan lebat.
Sedangkan tangan kanannya yang bebas segera menarik tudung jaketnya hingga menutupi surai panjang berwarna putih itu.
Langkahnya semakin cepat, hanya satu yang ia inginkan saat ini yaitu, sampai di rumah dalam keadaan selamat tanpa adanya kejadian aneh yang menimpa dirinya.
Tak terasa kini ia telah berada di halaman rumahnya. Perlahan tangan wanita itu membuka pintu rumah.
“Aku pulang,” ucapnya setelah melangkah masuk dan menutup pintu itu kembali.
“ .... ”
Namun, tak ada jawaban sama sekali. Setelah kepergian satu anggota keluarganya, setiap ia pulang kerumah hanya ada keheningan yang terasa menyeramkan berdiri menyambutnya dengan tangan terbuka.
Ayahnya? Jangan tanyakan hal itu. Sama seperti sebelumnya, pria itu sudah pasti sedang berkutat dengan berbagai laporan pekerjaan, serta kertas-kertas lainnya yang menggunung di ruang kerjanya, dan itu membuatnya tak sempat untuk sekedar memberikan kata selamat datang pada wanita itu ketika tiba di rumah.
“Haah ...,” embusan napas berat terdengar begitu kencang di ruang yang sepi, “tak apa Zenry, dia selalu berada di dekatmu, Ibu dan Nii-san, juga dengan orang tua kandungmu, Ayahanda dan Ibunda Ratu. Jadi ... ayo semangat! Ayah angkatku sudah bekerja keras untuk mencari uang, maka aku juga tidak boleh kalah. Baiklah, untuk sekarang ... mari kita eksekusi dapur dulu,” lanjutnya seraya menyemangati diri.
Wanita tersebut adalah Zenry, perempuan bertubuh kurus dan netra keemasan yang selalu terlihat misterius nan memikat.
Setelah kejadian penyerangan kaum iblis, pada akhirnya ia dapat kembali hidup normal bersama Daiki. Meskipun selama 3 bulan awal Zenry mengalami depresi yang sangat parah, begitu pun dengan Daiki sang Jenderal Iblis itu. Semuanya yang berantakan kini telah kembali seperti semula.
Zenry dan juga Daiki akhirnya rela untuk melepaskan orang tersayang mereka. Meskipun masih terasa sakit, tapi mereka harus melakukannya demi keberlangsungan kehidupan mendatang, dan melakukan balas dendam pada dalang dibalik kejadian tahun lalu.
Walaupun telah rela melepaskan, mereka tetap menyimpan kenangan yang sudah tercetak selama itu di dalam hati masing-masing. Begitu pun dengan Zenry yang masih teringat dalam benaknya, ingatan masa kecilnya bersama Sharaid di dunia kegelapan.
“Sip! Akhirnya sudah siap!” kata Zenry dengan gembira. Kakinya menaiki anak tangga secara hati-hati ke lantai atas.
Tok ... tok ... tok ....
“Ayah ... aku sudah menyiapakan makan malamnya. Mau makan bersama enggak?” tanya Zenry setelah selesai mengetuk pintu ruang kerja Daiki.
“Ah! Zenry ya? Ma-maaf Zen, Ayah masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan. Kamu makan sendiri saja, enggak apa-apa kan?” Sebuah suara dari arah dalam langsung membuat Zenry terkekeh pelan.
Entah kenapa suara Daiki yang sedang panik seperti itu terasa lucu dan selalu membuat Zenry ingin tertawa.
“Iya Ayah, enggak apa-apa kok. Nanti, kalau Ayah mau makan, jangan lupa dipanasin dulu ya makanannya,” ucap Zenry.
“Iya ....”
Setelahnya Zenry berbalik dan berjalan menuju tangga, seraya menyisir rambutnya secara perlahan menggunakan jari-jemari tangannya.
“Kamu, enggak akan hilang ... ya?” tanya Zenry pelan. Netra keemasan itu menatap lurus pada rambut panjangnya yang berwarna putih.
“Haah ...." Lagi, Zenry mengembuskan napas pasrah seraya kakinya terus menuruni tangga secara hati-hati.
“Seandainya saja setelah aku terbangkitkan enggak ada kaum iblis yang menyerang, dan juga ... jika saja Nii-san sang pewaris takhta enggak meninggal, rambutku enggak akan begini jadinya!” Zenry seketika menggaruk kepalanya dengan frustasi. Langkahnya semakin cepat mendekat pada meja makan, dan terduduk dengan ekspresi cemberut.
“Haduh, Nii-san! Udah enggak ada aja, kenapa masih tetap nyusahin aku sih? Kalau kamu enggak ada, pewaris takhta resmi Kerajaan Krida sudah pasti akan berpindah kepadaku! Dan itu artinya aku enggak akan pernah bisa mengubah warna rambutku menjadi hitam kembali."
"Sudah begitu, aku cuma bisa menyembunyikan tanduk dan telingaku saja. Nii-san, udah matipun kenapa masih jahat banget sih!” Tangan kanannya segera mengambil gelas berisi air dan meneguknya dengan cepat.
Zenry terdiam cukup lama. Hingga akhirnya ia bergumam, “Tapi ... aku tetap ingin tinggal di sini, menjalani kehidupanku yang normal, dan akan mencari siapa dalang sesungguhnya yang telah mengendalikanmu.”
Masih dengan tangan yang menggenggam gelas di atas meja, pandangannya langsung tertuju lurus pada sebuah katana berwarna hitam yang hampir sama dengan miliknya, terpajang di dinding, tepat di atas sebuah meja yang terdapat vas berukuran sedang berisi bunga mawar merah.
“Walaupun begitu ... aku mulai mengerti dengan diriku sendiri, dan akan menerima identitasku yang sebenarnya. Kemudian ... menjadi satu-satunya kaum iblis dengan darah murni keturunan Kerajaan Krida yang memahami dua dunia ini ....”
Kau tunggu saja, sampai aku kembali berkunjung ke dunia kegelapan tempat kelahiranku untuk mencarimu.
Wahai pengkhianat.
.
.
TAMAT.
.
.
Naskah :
Jakarta, 20 Juni 2020
Publish :
Jakarta, 20 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro