Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

° Epilog °

"Kalau aku berhasil mengalahkanmu dalam Ragnarok. Bolehkah aku ... membawa istriku dari duniamu, Raja Helheim?"

Qin Shi Huang berlari cepat. Pertempurannya melawan Hades di ronde ketujuh Ragnarok sudah berakhir. Seluruh lukanya sudah pulih, meski tangannya yang putus takkan bisa kembali lagi.

Apakah (Name) akan tetap mencintainya yang sudah hancur? Qin Shi Huang jadi ra--

Ah. Tidak boleh. Kau tidak boleh ragu, Ying Zheng! Ingatkah kalau berabad-abad yang lalu; keraguanmu itu yang membuatmu gagal menjemput (Name)?

Melompati pagar, menghantam anjing-anjing penjaga Olympus. Qin Shi Huang tidak ragu.

Jangan ragu. Itu yang dia pelajari dari kesalahannya waktu itu.

"Jika kau mengalahkanku, sama saja Helheim kehilangan Raja. Itu artinya, jiwa-jiwa di bawah sana tak lagi memiliki tuan. Artinya, siapapun bebas mengambil jiwa di sana."

Di sinilah ia berada sekarang. Gerbang Bifrost, penghubung antara Valhalla dengan Helheim.

Tanpa kenal ragu lagi. Ia menerjang maju, mengabaikan dewa-dewi yang berusaha menghentikan ia.

Helheim masih belum berubah. Gelap gulita.

Di mana?

Qin Shi Huang menajamkan semua indra yang ia punya. Untungnya, meski sudah berabad-abad mati dan tinggal di Valhalla, tidak pernah sekalipun Qin Shi Huang lupa seperti apa rupa istrinya.

(Name) yang mampu memberi teduh dari matanya, dan mampu memberi hangat dari senyum dan suaranya.

Langkahnya mengalir begitu saja. Ke sebuah danau, yang gelap tetapi teduh. Sayup-sayup suara nyanyian semakin terdengar.

Ah. Dia ada di sana.

Tanpa cacat. Tanpa luka. (Name) berdiri di tepi danau, merentangkan tangannya lebar-lebar dan bersenandung pada jiwa-jiwa orang mati.

Qin Shi Huang jadi ingin menangis saja rasanya. Melihat istrinya dari belakang, sosoknya masih sama. Tidak berubah walau waktu sudah berjalan.

Dengan tenang, ia hampiri sang permaisuri. Lengan kanannya bergerak, merengkuh lembut pinggang sang dewi.

Kedua alis sang dewi bertaut. Ia memberontak, "Sia--"

"Apakah kau sudah lupa pada suamimu, (Name)?" Qin Shi Huang tertawa kecil. Ia tatap lembut wajah sang istri, dengan senyuman yang masih ada di wajahnya. "Padahal aku merindukanmu. Setiap hari, sampai aku mati. Bahkan setelah mati pun aku masih rindu."

"Ying ... Zheng?" (Name) gemetar tak percaya. Ia berbalik, lalu telapak tangannya menyentuh pipi sang suami. "Ini benar-benar ... kamu?"

"Benar. Satu-satunya Raja pertama Tiongkok, Qin Shi Huang. Suamimu." Sang Raja tersenyum lagi, sepasang netranya dengan teduh menatap sang pujaan. "Aku sangat merindukanmu, (Name)."

Sepasang tangan (Name) dikalungkan pada leher Qin Shi Huang. Tubuh kecilnya itu gemetar dalam rengkuh hangat sang suami yang sekian abad lamanya tak lagi bisa ia rasakan. Tanpa sadar air mata sudah turun mengaliri pipinya, melepaskan sedih dan rindu yang tak terbendung. "Ying Zheng ... aku selalu menunggu momen bisa bertemu denganmu lagi."

"Maaf. Saat itu aku--"

"Apapun yang terjadi di hari itu tidaklah penting," potong Qin Shi Huang, ia hapus air mata dari pipi sang istri. "Setidaknya, kini kita bisa kembali bersama."

"Sekarang kamu juga kehilangan tanganmu demi aku." Sang dewi mencicit lemah. "Maaf."

"Tidak perlu minta maaf, (Name). Aku melawan Hades karena ingin bertemu denganmu lagi. Kehilangan satu tangan adalah bayaran yang murah."

Ketika pelukan mereka terlepas. Sama seperti dulu, Qin Shi Huang mengecup punggung tangan gadisnya. "Walau tubuhku sudah hancur. Bersediakah kau menjadi permaisuriku, sekali lagi?"

"Aku bersedia."

"Tidak ragu?"

"Tanpa ada ragu, Ying Zheng."

Qin Shi Huang menangkup dagu (Name) dengan satu tangannya, dan sang dewi pun mengusap bibir bawah sang Raja. Senyuman bahagia terpampang di wajah mereka.

"Jadilah permaisuriku selamanya, (Name)."

Bibir mereka menyentuh satu sama lain, menukar hangatnya masing-masing.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro