Page 1
.
.
.
Bagai daun-daun yang layu, seluruh kehidupan di bumi juga akan menemui akhirnya. Detik demi detik berlalu, hanya mampu dijalani dengan sebaik mungkin. Begitulah, prinsip sang gadis desa dengan sebuah buku di pelukannya. Ia melangkah, menyusuri air mancur di tengah desa, duduk dan menikmati sejuknya angin bertemu dengan kulit putihnya.
Sejauh mata memandang, menampakkan pagi yang cerah. Embun nan dingin, suasana yang hening perlahan menjadi riuh, begitulah tirai hari dibuka dengan perlahan.
Tak ada yang ingin mendekatinya.
Yah, mau bagaimana lagi? Gadis itu adalah sosok aneh, kutu buku yang terjebak dengan fantasi idealnya sendiri. Tidak ada seorang pun yang paham akan isi pikirannya, terkecuali kakak lelakinya yang gila kerja.
Mereka adalah pendatang dari timur, menetap dan tumbuh di desa orang karena satu dan lain hal.
Kamina Kumiko.
Itulah nama lengkap dari sang gadis berambut biru muda tersebut. Hari ini, ia akan pergi membaca buku lagi. Oh, sebentar, ia sudah membaca buku kali ini. Lihatlah dirinya yang duduk di samping tumpukan buku, ditemani tetesan-tetesan air mancur yang turun di sampingnya. Beruntunglah, cairan itu tidak membasahi lembaran kertas penuh tulisan yang akan dibacanya nanti.
"Ah, Nii-san akan mencariku kalau aku pulang larut malam! Aku harus selesai membaca buku-buku ini saat sore nanti!" ujarnya, mengingatkan diri sendiri, kemudian larut pada bacaannya kembali.
Matanya melirik, membaca satu persatu untaian kata pada lembaran kertas putih tersebut, terhanyut pada tiap kalimatnya, membuat ia terbayang sendiri.
Dimanakah ia akan mendapatkan kehidupan damai yang diinginkannya? Jauh dari desa yang menyedihkan ini. Sungguh, Kumiko hanya mengharapkan kebebasan, sebuah petualangan yang membuat dadanya berdebar kencang dalam keantusiasan.
Kebahagiaan yang sebenarnya, bukankah itu terletak pada mimpi yang terwujud?
Kumiko hanya menginginkan impiannya terkabul dengan baik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro