part 2 - anger (Why did you let the demon win against you?)
Sudah tercoret dua minggu sejak kepergianmu entah kemana.
Tanpa surat, tanpa jejak, tanpa ucapan selamat tinggal. Kamu lenyap dari sisinya seperti debu ditiup angin. Debu selalu hinggap di suatu telah setelah diterpa angin ganas, entah kembali di tempat semula atau pindah ke tempat yang baru, tetapi kamu berbeda. The Crux berlabuh kemana pun selama kapal bisa singgah sebentar. Setiap dia mendeskripsikan penampilanmu hingga ke detail tertentu, semua warga mengeluarkan jawaban yang sama:
"Aku tidak melihatnya."
Beragam bunga dicabut dari rumahnya hanya dijadikan sebagai hadiah yang tak kunjung tersampaikan ke tangan penerima. Berbagai buah dipetik dari pohonnya, bertumpuk dalam keranjang dan perlahan-lahan busuk oleh waktu, atau diberikan kepada orang lain karena sayang jika dinikmati oleh belatung saja. Kerang dan batu kecil nan unik hanya menjadi sampah yang memakan ruang.
Mengapa kamu pergi?
Rasanya semua baik-baik saja. Kamu mencium pipi dan keningnya, Kazuha tak pernah gagal menyatakan cintanya padamu, dan kalian tidak pernah pergi tidur dalam keadaan dingin. Semua air mata dikecup bersih, meninggalkan jejak kasih dan kehangatan yang tak akan pernah Kazuha tukar dengan hal lain. Hatinya selalu berseri-seri hanya melihatmu tersenyum kepadanya.
Jadi mengapa?
Mengapa kamu meninggalkannya?
"Jika bukan kamu, aku tidak mau yang lain," ucapmu pada malam itu. Hawa dingin khas musim dingin telah tergantikan oleh kehangatan yang akan membakar di musim panas.
Kazuha bergumam pelan, membiarkan dirinya masuk ke arus percakapanmu. "Jika kamu tidak bertemu denganku hari itu, kamu akan bersama yang lain."
"Tidak juga. Aku tidak berencana untuk pacaran atau menikah dengan siapapun," kamu berucap tegas, memasang wajah jijik hanya mengucapkan kata "menikah". Kerutan di keningmu menghilang secara perlahan, digantikan oleh tatapan lembut yang membuat Kazuha terpana. "Yah, sebelum aku bertemu denganmu yang seenak hati mengobrak-abrik pikiranmu."
"Sebuah pujian tertinggi mengetahui aku singgah dalam pikiranmu selama itu," ujar Kazuha. Sensasi geli menggelitik perutnya seolah ada banyak kupu-kupu berterbangan di dalam tubuh.
Kamu mendengus, menoleh ke arah Kazuha dengan wajah jenuh. "Itu bukan pujian, tapi pernyataan. Siapa juga yang ingin mencintai individu yang berantakan seperti aku? Rasanya aku menggunakan seluruh keberuntungan dalam hidupku karena kamu ingin menjalani hubungan denganku."
Kazuha selalu memilih orang jujur daripada orang baik hati. Tentu, kebaikan adalah sesuatu yang dibutuhkan setiap orang di dunia besar. Namun, kebaikan yang dilandaskan kebohongan hanyalah tipuan kejam. Kejujuran juga bisa dinilai kejam karena tidak semua orang bisa menelan sebuah kebenaran yang bisa menyakiti hati. Kazuha percaya sosok jujur memiliki kebaikan hati yang bersinar seperti emas.
Meskipun begitu, dia tidak suka dengan kejujuranmu--kamu yang memandang dirimu begitu kecil, seperti kerikil rapuh di tengah jalan. Kazuha selalu menyampaikan kamu lebih dari sekedar kerikil, keberadaanmu lebih besar daripada Archon di dunianya, tapi kamu selalu tertawa dan menganggap ucapannya hanyalah candaan.
Apakah omongan si jahat telah menang di pikiranmu? Rasa bersalah yang seharusnya tidak pernah ada memainkan benang hatimu, dan membawa kakimu melangkah pergi dari pelukannya? Kazuha tidak mengerti.
Dia tidak mengerti mengapa kamu pergi darinya.
Derap langkah di bawah desiran rumput memainkan alarm dalam benak. Kazuha menoleh ke sumber suara, menunjukkan Heizou yang sedikit tersentak atas refleksnya. Detektif muda itu tertawa pelan, kembali melanjutkan langkahnya mendekati Kazuha yang duduk tenang di atas batu besar di pinggir pantai.
"Disini kau rupanya. Aku cari kemana-mana, harusnya aku tangkap fiksasimu pada pantai akhir-akhir ini," ucap Heizou, menyandarkan punggungnya ke batu tegap. "Biar aku tebak, kamu sedang memikirkan kekasihmu, benar?"
Kazuha menghela nafas, membiarkan dirinya tenggelam di dalam suasana pesisir. "Dia tidak pernah meninggalkan pikiranku."
Jika ini hari-hari biasa, Heizou akan merinding lalu mengomentari betapa menggelikan ucapan tersebut, dan Kazuha akan membalas bahwa ucapan itu hanya tertuju padamu seorang--opini orang lain tidak dibutuhkan. Namun, hari ini berbeda. Heizou bisa melihat kantung mata yang menggelap di bawah mata Kazuha, menunjukkan waktu tidur yang berkurang setiap perhitungan hari karena kekhawatiran yang tak kunjung surut.
"Akhir-akhir ini banyak kasus orang pengguna vision menghilang," cerita Heizou. "Mereka berinteraksi dengan sebuah objek kutukan, lalu berubah menjadi sesuatu yang berkaitan dengan elemen di vision mereka. Ada yang jadi air, batu atau tanah, tumbuhan, api, atau petir."
"Terdengar tidak jauh berbeda dengan akhir hidup mereka," komentar Kazuha. Raga manusia yang terbentuk dari tulang dan daging berubah menjadi komponen abiotik sama saja dengan perubahan hidup baru tanpa mengakhiri kehidupan sebelumnya secara sempurna.
"Beberapa dari mereka berhasil kembali menjadi manusia, tapi ada juga yang benar-benar kehilangan sisi manusiawi mereka. Intuisiku berkata kalau (Name) juga terkena masalah ini."
Kazuha langsung menoleh cepat ke arah teman lamanya. Terkejut dan kebingungan terlukis di wajahnya begitu jelas, seolah menyerukan kepada dunia bahwa dia tidak percaya apa yang baru saja diucapkan detektif tersebut.
Heizou merupakan detektif terbaik di seluruh Inazuma dengan kasus misteri yang terpecahkan dengan baik. Semua kriminal berhasil ditangkap. Setiap jejak bukti tidak pernah lepas dari pengawasannya. Namun, semua dapat terjadi karena intuisi yang tajam. Kazuha ingin percaya dari rekor terbaik yang Heizou tunjukkan, tetapi rasanya sangat sulit.
Kamu? Menghilang karena sebuah kutukan? Kalian selalu berpetulang bersama. Jika kamu terseret oleh sebuah kutukan, Kazuha pasti ikut terkena dampaknya, atau setidaknya mengetahui kejanggalan tersebut. Masalahnya, tidak ada hal seperti itu. Terakhi kali dia melihatmu, kamu baik-baik saja tanpa tanda kesakitan, masih berseri dengan rangkaian bunga yang ingin dibentuk menjadi mahkota.
"Lumayan susah diterima, ya?" tebak Heizou, menyadari ekspresi skeptis di wajah Kazuha. "Hah... aku akan coba bukti-bukti lainnya. Hitung saja sebagai pertolongan dari teman lama."
Kazuha tersenyum simpul.
Gambaran wajahmu kembali muncul, tetapi tidak sejelas beberapa hari yang lalu. Matamu telah pudar dalam benak, meninggalkan senyuman luntur yang akan lenyap dalam sekali sapuan tangan. Kamu tidak ada disini, dan hatinya dipenuhi oleh kekosongan yang tidak dapat dihibur oleh tawa atau hadiah semena-mena. Hanya kamu yang bisa menyembuhkan kerinduannya.
"Apa dia sungguh menghilang? Apa dia tidak mencintaiku lagi?"
Pertanyaan itu keluar tanpa henti.
Heizou tersentak atas kesenduan yang begitu muram, menyatu dengan kesunyian musim gugur. Mereka berdua tenggelam dalam warna merah disebabkan oleh refleksi matahari.
"Mana mungkin," balas Heizou, tertawa lewat endusan hidungnya, "Jika tubuh manusia tidak punya batas, dia terlihat ingin menghabiskan waktunya untuk bicara denganmu tanpa henti."
Kazuha terdiam, merasakan sebuah kehangatan familiar menggelitik kakinya setelah dia lompat turun dari batu. Namun, dia tidak sadar bahwa kehangatan yang melayang-layang di punggung kakinya berasal dari ombak pantai yang seharusnya terasa dingin dan menyegarkan.
-
far from home, loneliness sweeping in
you're gone, gone, gone
what shall he do?
-
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro