Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5 || Cancer 🍁

Hari keempat perencanaan proyek bersama Wang Entertainment sudah berjalan, pagi ini sekertaris Yang Xi tidak bisa ikut menemani Zhen dan Fuji sebab proyek baru didapatkan Shena-gadis yang bertemu Lian dan Kai di perusahaan.

Zhen juga mendadak mengatakan ada urusan penting keluarga, adiknya yang baru pulang dari luar negeri memintanya menjemput di bandara bersama keluarga. Mau tidak mau Fuji harus meng-handle pekerjaannya sendiri.

Awalnya gadis itu hendak membawa mobil perusahaan sendiri, tapi Zhen menawarkan diri untuk mengantar Fuji ke lokasi Wang Entertainment dengan mobil pribadinya. Fuji menerima tawaran itu, untuk persoalan pulang nanti Zhen bisa menjemputnya kembali, katanya. Walaupun tidak masalah jikapun ia harus pulang sendiri nantinya.

Suara riuh dari dalam studio menyambut kedatangan gadis itu. Setelah beberapa hari mengunjungi tempat ini, baru kali ini Fuji melihat ramainya orang di dalam. Beberapa orang yang menyadari kehadirannya langsung menghentikan aktivitas dan memberitahu si pemilik studio bahwa ada seseorang yang datang.

Seorang lelaki berumur sekitar 9 tahun yang tengah memegang biola tiba-tiba saja mundur dan memeluk lengan Lian.

"I-itu Kak Jia?" gumamnya pelan, tapi Fuji masih bisa mendengar suaranya karena semua benar-benar diam kali ini.

"Bukan, Gao. Itu namanya Kak Fuji," terangnya. Lian Zhang lalu menghampiri orang yang dimaksud.

"Oh iya, mohon perhatian semuanya. ¹Gege mau kenalin kalian sama seseorang yang bakal merenovasi tempat latihan kita nih, namanya Kak Fuji."

(¹sebutan untuk kakak laki-laki)

"Hallo, Jiejie."

Fuji sedikit merasa canggung dan terkejut karena diperkenalkan kepada orang-orang yang ada di sini, tidak punya pilihan lain gadis itupun jadi memperkenalkan diri secara resmi.

Da jia hao, wo jiao Fuji Nara, Ni keyi jiao wo Fuji. Wo laizi Riben (Japan), Hen gao xing renshi ni."

(²Halo semua, nama saya Fuji Nara, kalian bisa panggil saya Fuji. Asal dari Jepang, senang bertemu dengan kalian.)

Woah, yoroshiku onegai shimasu*," sahut pria sipit di ujung kiri yang tengah memangku bas sambil menunduk.

(³Senang berkenalan dengan Anda/Jepang)

"E-eh, kochira koso." Fuji sedikit terkejut mendapat sebuah respons yang memakai bahasa negaranya. (⁴Sama-sama)

"⁵Ohayou, Onee-chan," sahut semuanya lalu ditanggapi tundukan setengah badan dari Fuji. Anak-anak itu sangat kompak, jika Fuji tebak usia mereka mungkin mulai dari 8-16 tahun.

(⁵Halo, kakak-perempuan)

"Maaf tidak memberitahu sebelumnya kalo anak-anak trainee bakal ada di sini. Mungkin bisa cek ruangan atas aja dulu, ngomong-ngomong kenapa datang sendiri?"

"Arsitek Zhen mendadak ada urusan keluarga, Yang Xi ikut mengurus proyek lain. Jadi aku hanya datang sendiri." Fuji menjawab pertanyaan Lian. Sejauh ini, mungkin hari ini akan menjadi obrolan terpanjang antara keduanya.

Lian dan Fuji bergegas menuju lantai 2. Seperti yang diamanatkan oleh Zhen, hari ini Fuji boleh mengerjakan detail lokasi hingga kecocokan interiornya. Dikarenakan programming client sendiri sudah dibicarakan bersama Zhen dan Yang Xi beberapa hari sebelumnya, Fuji bisa memberi patokan untuk gaya apa yang akan ditawarkannya.

"Zhen belum menyentuh konsep ruangan ini sama sekali?" tanya Fuji.

"Ya, belum."

"Kalau begitu, mau diselaraskan dengan gaya yang di bawah atau-"

"Tidak, gunakan mode berbeda saja pada ruangan ini."

"Emm, baiklah. Gaya seperti apa yang kamu minati? Gaya tradisional atau arsitektur kontemporer? desain ala Swedia, Jepang, Arab, atau negara-negara Skandinavia." Fuji bertanya seraya menelusuri beberapa ruangan. Diantaranya ada ruang dance dengan kaca besar yang memenuhi setiap sudutnya, ada studio rekaman musik hingga auditorium yang dilengkapi panggung berukuran sedang untuk simulasi.

Ngomong-ngomong, sikap Fuji tetap seperti biasanya. Hanya saja, kali ini ia hanya perlu bicara banyak dan mengakrabkan diri atas dasar profesionalitasnya.

"Menurutmu, konsep seperti apa yang cocok untuk bagian ini?" Lian Zhang balik bertanya.

"Dikarenakan bagian ini lebih dipakai untuk fokus latihan, menurutku pakai gaya kasual saja. Jika yang lain, khawatir ornamen-ornamennya akan menganggu konsentrasi bekerja. Kecuali untuk bagian auditorium, mungkin bisa ditambah variasi."

"Nah, seperti itu. Catat saja."

"Loh, tapi kamu belum memberi jawaban soal seleramu?"

"Selera tidak perlu, kenyamanan lebih utama."

Ternyata bekerja sama dengan pria ini tidak sulit juga, Fuji membatin. Padahal awalnya gadis itu sempat berpikir bahwa proyek ini akan dipersulit olehnya, ternyata tidak demikian.

Fuji duduk di sofa yang tersedia untuk tamu di dekat tangga, gadis itu membuka buku catatan yang ia gunakan saat survei tadi lalu menyalin hasilnya pada laptop. Lian Zhang datang dari lantai bawah dengan membawa segelas coklat panas juga beberapa camilan, lalu menaruhnya pada meja di depan Fuji.

"Gimana kabar Akira?" tanyanya memecah keheningan.

Fuji menghentikan sejenak aktivitasnya. "Tanya saja padanya, bukannya kamu punya kontaknya?"

"Aku bertanya karena kau kakaknya."

"Menurutmu? Memangnya aku perlu tau urusan dia? Kita sudah sama-sama dewasa, untuk apa saling mengurusi urusan satu sama lain."

Sampai di sini, Fuji mulai merasa Lian salah mengartikan sikapnya saat bekerja tadi. Begitu juga dengan Lian, pria itu sedikit tidak menyangka akan mendapatkan respons seperti itu. Sepertinya ia tidak boleh terlalu banyak basa-basi.

"Baiklah, silahkan lanjutkan pekerjaanmu."

Fuji hanya menggeleng pelan, lalu kembali fokus pada laptopnya.

"Lian Zhang, aku punya kabar soal kakaknya Jia. Katanya dia pergi ka-" Kai Wen muncul di ujung tangga, namun saat menyadari siapa yang sedang bersama Lian ia menggantungkan kalimatnya, buku yang ia bawa juga ikut terjatuh. Melihat keterkejutan temannya, Lian langsung menghampirinya dan mengajak Kai untuk turun kembali ke lantai bawah.

Nama Jia itu selalu saja di ungkit oleh keduanya, entah punya perasaan ingin tahu dari mana. Fuji jadi sedikit tertarik soal nama itu, anak kecil di bawah tadi juga menyangka kalau dirinya Fa Jia. Mungkinkah ketika mengalami ketidaksadaran kala itu dirinya berurusan dengan orang-orang di sini? Mustahil. Bahkan waktu itu terlalu singkat untuk berperan jadi orang lain.

Apakah dirinya memang semirip itu? Merasa hal tersebut sangat menganggu pikirannya, ditengah-tengah pekerjaan ia membuka aplikasi Weibo untuk mengetikkan nama tersebut. Munculah nama pencarian paling atas, lalu gadis itu menekannya.

Fuji sangat terkejut saat melihat gambar yang terdapat di sana. Bukan dikatakan mirip lagi, tapi gadis itu memang terlihat seperti dirinya.

🍁🍁🍁

Shanghai, China
Okt 23, 2018
07.13下午 (p.m)

(Satu bulan setelah kecelakaan Fa Jia)

Seorang pemuda dengan penampilan berantakan tengah mengendarai sebuah mobil menuju barbershop, seakan hibernasi panjang telah ia lewatkan pada akhir musim gugur ini. Padahal hanya empat pekan, tapi kumis tipis yang tumbuh itu serasa menjadi bukti lambatnya waktu yang ia lalui bersama rasa frustasinya. Salah sasaran sebetulnya, mengapa ia harus bangun saat daun maple telah berguguran dan suhu udara menjadi dingin.

Mengurung diri seperti itu bukanlah hal yang berguna. Pengecut, bahkan kata itupun terasa kurang untuk mendefinisikannya. Tapi janjinya terhadap sang gadis tidak pernah mau ia langgar, sekalipun kala itu harus menjadi sesuatu paling berat tanpa pertemuan terakhir baginya.

"Jangan pernah temui kakakku ataupun kerabatku, apapun yang terjadi. Jangan biarkan mereka tahu hubungan kita sebelum aku benar-benar siap memberitahukan segalanya. Setelah kuubah situasinya." ucap Fa Jia kala itu. Gadis itu juga meminta Lian Zhang untuk berjanji padanya.

Lian memarkirkan mobilnya di depan gedung bertingkat sederhana, lalu berjalan masuk menuju apartemen kediaman Fa Jia. Hening, sepi dan berdebu. Menandakan sang empu tidak tinggal juga menginjakan kaki ke tempat itu lagi.

Rasanya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melanggar janjinya. Pria itu kini berdiri di depan rumah berwarna coklat keemasan, menekan bel yang ada pada gerbang berkali-kali, namun tidak ada jawaban.

Seorang security menuruni sepedanya tepat di depan gerbang, lalu berdiri gamblang di hadapan Lian Zhang.

"Siapa?"

"Saya, Lian Zhang, Pak."

"Ada perlu apa?"

"Saya ingin menemui Tuan Yuhan."

"Yuhan pergi dari sini seminggu setelah insiden yang menimpa adiknya. Tidak ada yang tahu keberadaannya ada di mana."

"Apa ada kerabat lain yang bisa ditemui?"

"Tidak ada, orang tua mereka tinggal Jepang sejak lama, ayahnya seorang pengacara terkenal di sana."

"Baik, kalau begitu saya pamit. Terima kasih untuk informasinya, Pak."

🍁🍁🍁

To be continued....

🍁🍁🍁

|| Zhen Biao ||

Chinese Boy, 25y.o
Architecture
Humble, good skill

|| Yang Xi ||

Chinese girl, 23y.o
Secretary
Lovely, talkative

Salam Hangat
玫瑰🥀

06/08/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro