Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 || North and South 🍁

"Aku menemukannya," ujar Lian Zhang secara tiba-tiba saat dirinya baru saja menyelesaikan makan siang bersama Kai Wen di depan studio.

"Hah? Menemukan apa?" sahut temannya yang masih mengunyah beberapa suapan terakhir.

"Aku menemukan Fa Jia."

Mendengar hal itu, Kai menghentikan aktivitasnya, pria itu meletakan sendok yang sebelumnya ada di tangannya lalu menggeser kotak makan ke arah samping.

"Lian, dengarkan aku baik-baik. Fa Jia sudah tiada, tidak cukupkah berita-berita yang kita baca selama ini. Apa perlu kita--"

"Tapi aku bertemu dengannya, dia ada di kota ini, dia ada di hadapanku, aku menyapanya."

Terdengar tidak masuk akal, Kai menarik napas dalam, mencoba lebih tenang menghadapi ketidakwarasan sahabatnya yang satu ini.

"Kau menyapanya? Lalu bagaimana reaksinya?"

Pertanyaan itu merubah raut muka Lian Zhang menjadi sendu. "Dia mengatakan tidak mengenalku."

Kai tersenyum memaksa, ia tahu kondisi Lian mungkin masih belum sepenuhnya lupa dari bayang-bayang tragedi yang menimpa kekasihnya. Apalagi dia sendiri tidak menyaksikan secara langsung apa yang selanjutnya terjadi setelah kecelakaan itu. Meskipun Kai sendiri sudah menggali beberapa informasi entah itu dari media berita maupun kepolisian sekalipun, catatan kematian Fa Jia sudah resmi dalam data negara.

"Kalau begitu dia memang bukan Jia, mungkin kau berhalusinasi. Maksudku, kau hanya membayangkan wajahnya seperti Fa Jia."

"Tidak, itu benar-benar dia."

Kai Wen sudah lelah sebenarnya, entah kapan kewarasan temannya ini bisa kembali menjadi normal setelah sebelumnya hampir tidak membahas wanita itu lagi, kini tiba-tiba ia mengatakan bertemu dengan Fa Jia.

"Kamu tidak mempercayaiku? Mari kutunjukan padamu."

"Baik, dimana?"

Skakmat, Lian tidak tahu harus kemana menemukan gadis itu lagi. Ia sangat yakin betul wajahnya sama seperti Fa Jia, bahkan ia sudah mengerjapkan mata dan mencubit dirinya beberapa kali sebelum menyapanya kemarin. Hingga sebuah notifikasi WeChat membuat Lian Zhang menemukan satu titik terang. Pesan itu datang dari seseorang bernama Akira Kenzi, beruntung pemuda itu menuruti ucapannya untuk menghubunginya.

"Ini dia, Akira. Aku bisa mencari tahu tentang gadis itu lewat dia."

Setelah mengetahui tempat kerja gadis itu, Lian Zhang berniat menemuinya di sana. Sekaligus mengajak Kai Wen, agar pria itu percaya terhadap perkataannya.

🍁

Hari Senin telah tiba, Lian beserta Kai tengah dalam perjalanan singkat menuju suatu tempat dengan pakaian yang bisa dikatakan cukup formal.

"Untuk apa ke tempat seperti ini? Kau berniat membangun studio baru?" tanya Kai saat mereka sudah sampai di depan gedung bertuliskan Hu Xiang Interior Design.

"Iya."

Kai mengernyitkan dahi, ada angin dari mana pria muda itu tiba-tiba memerhatikan hal yang jarang ia urus sama sekali.

"Lian, apa kau hampir hilang akal?"

"Tidak usah banyak bicara, ikuti aku saja."

Seorang security menyambut ramah kedatangan keduanya di depan pintu, setelah memberikan informasi di meja resepsionis Lian dan Kai dipersilahkan duduk di ruang penerimaan tamu lobi utama, tak lama kemudian seseorang datang menghampiri.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu, Tuan?" tanya seorang wanita berbalut blazer ditemani rok selutut yang senada.

"Ah, ya. Saya ingin mengetahui jasa dekorasi di tempat ini, saya berencana untuk mendekorasi studio musik kami." Lian Zhang menyodorkan sebuah kartu nama yang berisi agensi tempatnya bekerja.

"Perkenalkan sebelumnya saya Yang Xi, sebagai sekretaris di Hu Xiang ID." Wanita itu menyalami dua orang di depannya, Kai juga ikut memperkenalkan diri.

Agensi yang ditempati Lian Zhang bukanlah perusahaan besar, Wang Entertainment sendiri merupakan kepunyaan pamannya. Dengan diberi tanggung jawab untuk mengelola sekaligus bagian dari pengembang, mereka lebih fokus terhadap pelatihan alat musik.

"Baik, tentu saja bisa," ucap sang sekretaris sambil tersenyum ramah.

Seseorang datang menginterupsi percakapan Lian dengan Yang Xi, gadis itu membawa katalog perusahaan di tangannya, sepertinya ia merupakan seorang karyawan juga.

"Perkenalkan, Tuan. Saya Shena, saya dapat melayani dan menjelaskan tentang apa saja yang ada di perusahaan kami."

Sekretaris mendelik tak suka. Bukan karena hal lain, tapi sikap tiba-tiba orang ini membuat kesan kurang sopan tanpa permisi karena perkenalan mereka juga baru saja dimulai.

"Apa sebelumnya ada seseorang yang sempat menawarkan jasa kami terhadap Anda? Kalau tidak Shena yang akan membawa Tuan untuk survei layanan kami," tanya Yang Xi.

"Ya, ada." Perkataan itu membuat Shena kecewa, sepertinya gadis itupun tengah mengejar kompetitif proyek sesama pekerja.

"Bisa disebutkan siapa orangnya?"

"Fa Jia."

Kai Wen terkejut mendengar penuturan sahabatnya, ia hampir menahan Lian untuk berbicara lebih banyak, ataupun mengatakan hal melantur lainnya.

"Mohon maaf sebelumnya, tapi di sini tidak ada orang yang bernama Fa Jia," terang Yang Xi.

Lian mengarahkan pandangannya ke arah struktur organisasi perusahaan yang terpampang pada dinding. "Gadis itu, maaf. Bukan Fa Jia, tapi Fuji Nara."

Mata Kai Wen turut membola saat Lian menunjuk salah satu bingkai foto seorang gadis yang sebelumnya ia sebut Fa Jia, ia sedikit menyesal meragukan kewarasan sahabatnya.

"Fuji sedang tidak ada, bagaimana kalau aku yang menggantikan sementara?" bisik Shena pada Yang Xi yang langsung ditanggapi penolakan. Lian juga dapat mendengar hal itu.

"Fuji Nara sedang ada rapat di luar bersama manajer, ia akan kembali pukul dua siang. Anda akan menunggu atau kembali besok?"

Sekretaris itu bersikap tegas, ia tidak mungkin memberikan peluang proyek yang diusahakan Fuji kepada orang lain. Lagi pula orang-orang di depannya ini terlihat terpercaya, bukan sekedar orang yang ingin melihat-lihat saja.

"Saya minta kontaknya saja, akan saya kabari sendiri untuk jadwalnya."

Dengan senang hati Yang Xi memberikan nomor Fuji kepada Lian, berikut dengan brosur perusahaan. "Baik, terimakasih banyak Tuan Lian Zhang, semoga Tuan berminat dengan perusahaan kami. Jangan lupa datang kembali."

🍁

Yang Xi menyambut heboh kedatangan Fuji, wanita itu menarik gadis dingin di depannya dengan mata berbinar. Fuji sempat keheranan mendengar informasi yang ia dapat dari sekretaris itu, seingatnya dia tidak pernah melakukan promosi ke perusahaan di bidang entertainment.

"Ah, baiklah. Dia akan datang kembali besok, ya?"

"Benar, tolong layani dengan hati-hati, ya. Pastikan dia mau bergabung dengan perusahaan kita. Itu akan sangat menguntungkan!" seru Yang Xi.

Bukan hanya menjadi berita kecil, ternyata informasi itu sudah tersebar di kalangan karyawan lain. Tak ayal bisikan-bisikan pun terdengar di telinga Fuji, beberapa ada yang memuji, ada juga yang berkomentar pedas. Bisa-bisanya manusia batu seperti dia dicari seorang klien, itu salah satunya.

Hingga sore hari tiba, semua bersiap untuk kembali pulang dari tempat kerja. Mata Fuji menyipit kala sebuah pesan masuk terpampang di layar handphone-nya.

00868579557xxxx
|| Bisa bicara soal proyek di luar jam kerja? Tolong datang malam ini di cafe Lion Red.

Tertanda : Wang Entertainment

Menarik, ini kesempatan untuk proyek kerjanya. Sepertinya beberapa rekannya juga tidak ingin melepas kesempatan ini. Lagi pula bertemu dengan klien malam ini bukan masalah besar baginya, daripada harus melamun suntuk di dalam kamar.

Gadis itu menaiki kereta seperti biasa, sebelum akhirnya berpindah pada sebuah taksi yang melaju pada jalan utama. Jam menunjukan pukul tujuh malam, Fuji tiba di cafe yang sudah disebutkan oleh kliennya.

"Mari bersikap ramah, untuk beberapa menit ke depan!" ucapnya pada diri sendiri. Meski sedikit kaku, gadis itu mencoba tersenyum.

Itu dia, ujarnya dalam hati. Gadis itu mendapati dua orang pria di dekat jendela dengan hiasan guci antik koleksi Dinasti Qing berukuran besar yang dibicarakan dalam pesan.

"Wǎn'ān*, permisi saya Fuji Nara dari Hu Xiang Interior Des-" (Selamat malam*)

Raut muka tidak bahagia seketika terlihat jelas di wajah Fuji setelah mengetahui siapa orang yang mengajaknya bertemu malam ini.

"*, bagaimana kamu bisa tahu tentang perusahaanku?" (Kamu*)

Lian Zhang hanya terdiam, pria itu masih merasa sedih dan khawatir kala melihat sosok gadis di hadapannya.

"Xiōngdì*, maaf meragukan kewarasanmu kemarin." (Bro*)

Kai Wen ikut melemas, bahkan menolak percaya. Gadis itu benar-benar mirip dengan Fa Jia. Meski aura dan penampilannya berbeda.

"D-duduklah," Lian mempersilahkan, pria itu nampak sedikit gemetar.

"Bùyào*!" (Tidak mau*)

"Nona Fuji, saya di sini untuk berbisnis." Lian Zhang mempertahankan nada bicara senormal mungkin.

"Benarkah? Bukannya Anda menguntit saya!" kata Fuji penuh penekanan. "Saya tidak punya urusan dengan Anda, saya pamit!"

Fuji membalikan badannya, berniat untuk pergi dari sana. Persetan dengan klien, ketenangannya terancam kali ini.

"Huh, sayang sekali. Padahal direksi mu tadi sudah antusias terhadap kami. Kalau begitu kita cari perusahaan lain saja, Lian. Dia tak mau bekerja sama." Kai Wen memanaskan suasana.

Langkah Fuji tertahan mendengar kata-kata itu. Direksi? Sial, dia sudah mengobrol dengan orang kantor. Kalau begitu bisa habis karirnya, jika ia pergi masalah lain akan bertambah.

"Bagaimana, Nona? Kapan lagi bisa dapat penalti tanpa pelanggaran?" tanya Kai.

"Aku akan alihkan rencana proyek kalian pada karyawan lain jika benar-benar ingin menggunakan jasa kami." Setelah mempertimbangkan Fuji kembali berbalik badan, ia berharap pria itu bisa menerima tawarannya jika memang serius.

"Tidak perlu, kalau Anda tidak mau biar saya batalkan!" tegas Lian Zhang.

"Kalau orang lain mungkin tadi siang kami sudah deal dengan orang yang bernama Shena, dia yang paling ingin melayani kami." Kai menambahkan.

"Kita akhiri pertemuan ini, besok saya akan datang ke Hu Xiang lagi. Berikan keputusanmu di sana, malam ini silahkan pertimbangkan. Terima kasih untuk kedatangannya."

Lian Zhang berlalu begitu saja, meninggalkan Kai dan Fuji yang masih di dalam.

"Mau pulang bersama kami?" tawar Kai.

"Tidak berminat!"

Setelah itu mereka berdua juga keluar dari cafe. Kai mencari keberadaan Lian yang tak kunjung ia temukan di parkiran. Sedangkan Fuji, ia sudah menemukan taksi dan menaikinya untuk pulang ke rumah.

Bagaimana bisa secepat itu si penguntit mendapatkan informasi pribadinya?pikiran Fuji kini hanya tertuju pada satu hal saat dirinya bertemu dengan pria ini kemarin.

Akira Kenzi.

🍁

Plakkk

Satu tamparan berhasil mendarat di wajah Akira, menciptakan bekas merah dari tangan mungil sang kakak.

"Kenapa harus ikut campur urusanku, hah?" teriaknya pada Akira. Pemuda di hadapannya hanya terdiam, memaklumi sifat pemarah sang kakak. Meskipun ia sendiri tidak tahu salahnya dimana.

"Berani-beraninya kamu memberikan informasi tentangku pada pria asing itu!"

"Tapi dia mengenalmu, Kak."

"Aku tidak mengenalnya! Cukup!"

"Tapi dia tahu soal-"

"Berhenti membicarakan omong kosong itu lagi, berhenti menganggap ku seperti orang gila."

Akira hanya menunduk, tidak lagi berani menjawab sang kakak.

"Kau benar-benar menginginkannya? Jangan harap. Dia tidak akan pernah kembali!"

Gadis itu membanting pintu, sampai tiba-tiba panggilan pria saat di jalan itu terngiang-ngiang dalam benaknya.

Fa Jia.

🍁🍁

To be continued...

🍁🍁

Da jia hao, mari perkenalan salah satu supporting role yang sering ada di part Lian Zhang.

Ta shi ...

|| Kai Wen ||

Chinese boy, 23y.o
Double bass player

Cheerful, humorous, loyal

Part of Lian and Kai (brother)

🍁🍁🍁


Salam Hangat
玫瑰🥀


16/07/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro