Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

📷 Bab 9. Damai Jalan Terjauh

Jangan memendam, karena kita tak tau, kapan semua itu akan meledak.

✨📷✨

Pertemuan antara Gevan dan Dero kini bukanlah pemandangan yang biasa saja. Mereka saling tatap dengan tangan Gevan yang masih betah menggenggam erat kerah cowok di hadapannya.

Melihat hal itu, banyak anak yang tak mau kalah mengabadikan momen langka itu. Apalagi gosip yang beredar mengenai hubungan keduanya membuat setiap orang yang melihat pasti terheran-heran.

Tak terkecuali Fani. Si ratu gosip itu kini sudah stand by dengan ponsel hp dan membuka kameranya agar dapat merekam setiap hal yang akan terjadi di detik berikutnya.

Nara yang melihat itu sontak menurunkan paksa ponsel Fani dan beberapa ponsel temannya yang lain. Ia tak ingin trauma Gevan hadir kembali karena kelakuan teman-temannya yang ingin membuat viral kejadian sekarang.

"Turunin hp kalian semua! Jangan ada yang berani videoin ataupun ngambil gambar!" seru Nara sambil sibuk menurunkan beberapa ponsel. Tapi tetep saja, mereka semua keras kepala. Mereka tetap tak mau kehilangan momen berharga.

Gevan mendengar ucapan Nara. Ia pun menyisir sekitar. Benar dugaannya, semua kamera ponsel tertuju kearahnya. Tubuhnya mulai bergetar. Ia kembali menatap Dero.

"Pulang sekolah, gue tunggu lo di lapangan basket Sanjaya," ucap Gevan penuh penekanan. Tanpa menunggu respon dari Dero, ia pun meninggalkan kelas Nara secepat mungkin.

Nara terdiam mengamati Gevan yang kini sudah menghilang di ujung pintu. Ia lalu menatap Dero yang sedang tertunduk entah sedang memikirkan apa.

***

"Gue pengen balikan," ucap seorang gadis bertubuh model itu menghalangi motor Dero yang hendak keluar dari parkiran.

Dero menatap gadis itu tak suka. Ia melihat sekitar, untungnya sedang tak ada orang di sini.

"Pergi lo!" bentak Dero.

"Enggak! Gue cuma mau kita balikan."

"Buat apa, Sya? Lo yang udah ninggalin gue. Kenapa sekarang lo yang minta balikan?"

Gadis bernama Sasya itu terlihat hendak menangis. Matanya memerah. "Gevan ternyata bukan orang yang gampang gue kejar."

"Gue dulu sayang banget sama lo, Sya. Gue kasih semua yang lo mau. Dan tiba-tiba dalam semalam lo berubah setelah kenal tuh cowok. Lo banding-bandingin gue sama dia, lo pojokin gue, dan lo tinggalin gue tanpa alasan yang jelas cuma gara-gara cowok brengsek itu!"

Sasya masih tertunduk. Air matanya perlahan menetes. "Iya gue tau gue salah. Gevan selalu menjauh dari gue. Kalo bukan ke elo, gue nggak tau harus ke mana lagi. Please, lo mau ya balikan sama gue?"

Dero memalingkan muka. Enggan menaruh rasa kasihan melihat air mata gadis itu. "Maaf, gue bukan pelabuhan. Gue ini cuma rumah yang yang butuh pemilik baru," ucap Dero seraya menghidupkan motor dan mulai berjalan meninggalkan Sasya.

***

Setelah tiba di parkiran pinggir lapangan basket, Dero turun dari motor.

Matanya kini memicing, menatap tajam Gevan yang sedang berdiri di tengah lapangan dengan kedua tangan masuk ke saku celana.

Dero tersenyum sinis.  Kali ini misinya telah berhasil. Setelah sekian la ia gagal membuat cowok itu marah dan menderita, kini cowok itu sudah seperti singa yang hendak memangsanya.

"Akhirnya lo bisa kepancing juga," ucap Dero saat tiba di hadapan Gevan.

"Lo cari masalah sama gue?"

"Haha," Dero terkekeh geli namun itu hanyalah sarkas. Sedetik kemudian wajahnya berubah masam. "Bukannya lo yang cari masalah sama gue?"

"Maksud lo apa?"

"Lo yang bikin hubungan gue sama Sasya hancur, Anjing!" Dero melayangkan sebuah tinju ke rahang Gevan. Membuat Cowok itu tersentak sedikit ke belakang.

Gevan memegang rahangnya yang sedikit nyeri. Setelah itu ia balik meninju hidung Dero dengan sangat kuat.

"Gue nggak ada hubungannya sama Sasya!" teriak Gevan tak mau kalah.

Kini Dero yang jatuh tersungkur. Ia mengelap hidungnya yang sudah keluar darah.

"Nggak ada hubungannya?" Dero bangkit berdiri. "Jelas-jelas gara-gara lo, cewek gue ninggalin gue!"

Gevan terdiam. Ia berusaha mengingat masa lalu. Ya, dulu sekali ia pernah membantu Sasya mengerjakan tugas matematikanya. Dan itu terjadi setiap hari. Apa ternyata selama ini Sasya memendam rasa padanya?

Gevan tersenyum getir. Ia merasa menjadi cowok paling tidak peka. Pantas saja Sasya selalu memintanya mengantar dan menjemput, Sasya selalu memintanya ke kantin bersama, rupanya gadis itu menaruh rasa padanya. Tapi tentu saja semua itu ia tolak. Ia merasa sangat risih dengan Sasya yang terlalu genit.

Dero terkekeh kecil. "Ternyata dia lebih suka gue daripada lo."

Dero melotot tajam lalu mendorong Gevan hingga terjatuh. Setelah cowok itu jatuh, dengan cepat tangan Dero mengepal dan meninju Gevan berkali-kali. "Brengsek lo!"

Dengan sekuat tenaga cowok itu berusaha membalikan keadaan. Ia dengan segera menggulingkan badan dan membuatnya menjadi di atas sedangkan Dero di bawah. Beberapa pukulan pun kini tiba di bibir, hidung dan pelipis cowok itu. Hingga akhirnya Dero memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Gevan.

Mereka terdiam selama beberapa detik sambil merasakan seluruh tubuh mereka yang mulai terasa patah. Tapi hati masing-masing tahu, perdebatan ini belum selesai.

"Jangan macem-macem sama gue," tukas Gevan berusaha sabar.

"Dasar lemah. Lo takut sama kamera?" Dero masih memancing.

"Lo yang lemah. Lo dendam sama gue cuma karena masalah sepele?"

Tepat setelah kalimat itu terucap, Dero kembali tersulut amarah dan berlari melayangkan sebuah kepalan tinju ke arah Gevan.

Tapi tanpa di duga, Nara tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka. Membuat Dero tak sengaja melayangkan tinjunya ke pipi tirus gadis itu. Nara lalu jatuh tersungkur ke kanan, membuat kedua cowok itu terkejut dan berlari menolong Nara.

"Nara, kamu nggak kenapa-napa 'kan?" tanya Gevan langsung bergerak cepat memegangi punggung Nara.

"Ra lo nggak apa-apa 'kan?" Disusul Dero yang nampak khawatir.

Gadis itu masih memegangi pipinya yang sakit dan perih. Ia lalu mengangguk, berusaha mengurangi kekhawatiran keduanya.

Ia lalu menatap Dero kecewa. "Jadi maksud dare dari lo waktu itu ... untuk bikin Gevan menderita?" tanya Nara lesu.

Dero sontak melirik Gevan sekilas lalu balik menatap Nara. "Bukan gitu, ma-maksud gue...."

Nara lalu tersenyum getir. "Gue udah denger semuanya. Lo balas dendam karena mantan lo ninggalin lo kan?" tanya Nara. "Lo masih belum bisa move on dari dia?"

Dero menggeleng tegas. "Enggak, Ra. Gue udah move on. Gue cuma ... cuma mau ngasih pelajaran aja ke dia." Dero kembali menatap Gevan dingin.

Nara perlahan berdiri. Ia lalu mengelus pipinya yang masih memerah. "Gue nggak nyangka ternyata lo bisa sekasar ini," ucapnya lalu melangkah keluar lapangan.

"Nara! Lo udah lupa sama truth waktu itu?" Teriak Dero yang sedetik kemudian membuat Nara berhenti. "Lo waktu itu tanya kan siapa cewek yang ada di hati gue. Dan jawabannya yaitu ... lo, Ra. Gue suka sama lo."

Nara sontak membalikan badan. Ia menatap Dero selama beberapa detik. Setelah sekian lama, ternyata cintanya berbalas. Ternyata ia tak terjebak selamanya dalam hubungan friendzone dengan Dero.

"Nara, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Dero tiba-tiba menembak Nara yang membuat gadis itu sempurna mematung di tempat. Keheningan melanda di antara mereka. Lapangan basket seketika menjadi lengang.

"Nara," panggil Gevan memecahkan keheningan. Membuat Nara beralih menatap cowok itu. "Aku juga suka sama kamu. Mau jadi pacarku?" ajak Gevan diluar dugaan Nara dan Dero.

Nara kini tak dapat berkata-kata lagi. Ia tak pernah membayangkan akan berada pada situasi seperti ini. Dihadapkan dengan pengakuan cinta dua orang cowok, mana yang harus gadis itu pilih?


Author Note

Makasih sudah membaca sampai sini. Jangan lupa vote, comment, follow, dan masukin cerita ini ke library kalian ya supaya nggak ketinggalan bab terakhir besok😘
Terima kasih, selamat malam🌌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro