0
A/n: Aku yakin kalian pembaca baik yang suka vote comment :)
...
Siapa bilang waktu tidak bisa diputar?
-Nano, time traveler-
***
Aura tidak tahu jika Sin1 adalah kelompok yang paling dipuja di SMA Dirgakusuma. Dan kini, ia menjadi tahu bahwa murid-murid di sekolah ini sangat pro terhadap mereka. Tak boleh ada yang membicarakan keburukan mereka atau salah satu dari mereka. Jika ada, nasibnya takkan jauh seperti yang dialami Aura kemarin.
Masih beruntung jika yang membicarakan keburukan mereka adalah murid biasa, karena hanya akan berurusan sekali. Sialnya, Aura terpilih menjadi calon anggota Sin1 yang langsung ditunjuk kepala sekolah karena Aura mendapat nilai tertinggi saat mengikuti tes Extraordinary Selection atau yang lebih dikenal dengan sebutan EOS di SMA Dirgakusuma.
"Lo sih, berani-beraninya ngatain Kak Raksa," cibir Tira, teman sebangku Aura.
"Ya mana gue tau, yang gue liat kan gitu. Di kantin kemarin, dia belaga banget."
"Stt...!" Tira mengisyaratkan Aura berhenti.
"Apa sih lo, gue lagi cerita juga. Gue liat sendiri kalau dia gak antri beli makan, dateng paling telat tapi jadi dapet paling pertama, itukan namanya penindas!" Aura bercerita dengan menggebu-gebu, menumpahkan kekesalannya.
"Selain penindas, dia juga..?"
"Belagu!" jawab Aura, kemudian menengok siapa pemilik suara di belakang punggungnya itu.
"Gue gak ikutan!" Tira memejamkan matanya.
Dan Aura? Ia mematung ketika tahu siapa orang di belakangnya itu. "Kak Deo?"
"Semua tau gue Deo. Gue dikasih mandat buat nyusul lo ke ruang Sin1 sama Pak Willis."
Aura gelagapan. "Ngapain?"
"Nanti juga lo tau ngapain."
Dalam hati Aura sedikit tenang, yang menyusulnya bukanlah Raksa. Deo berjalan terlebih dahulu keluar kelas. Aura menyusul di belakang.
Saat melangkahkan kaki ke luar, betapa terkejutnya Aura. Ia melihat Raksa tengah berdiri menyandar di samping pintu, dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.
Tatapan Raksa langsung jatuh tepat pada manik mata Aura. Perempuan itu berubah pasi, rasanya ingin kabur saja.
Raksa berdiri tegap, memasukkan tangannya ke saku celana sambil berjalan, bersampingan dengan Deo.
Langkah Aura tak cukup untuk mengimbangi langkah kedua kakak kelasnya. Ia tertinggal jauh. Deo dan Raksa sampai duluan di ruang Sin1.
Ruangan sebesar kelas, ada tujuh kursi dan tujuh meja di dalamnya. Ada kulkas, dispenser, tembusan cahaya matahari yang instagramable, sekarang Aura tahu tempat berpose foto instagram Raya. Intinya, ruangan ini memiliki fasilitas yang mumpuni.
Aura masuk, semua tatapan orang di dalam tertuju padanya. Tapi, tak ada Pak Willis di sana.
***
"See?" Raya memperlihatkan kertas di tangannya pada empat orang anggota Sin1. "Kalau dia nyontek waktu tes EOS, gak mungkin dia dapet 100 lagi di tes yang sekarang."
"Jadi, kita tetep terima dia?" Deo mengalihkan pandangan pada Raksa.
"Aturan, kita gak boleh terima orang yang ngomongin kejelekan kita di belakang.." Nano tersenyum.
"Tapi kepala sekolah turun tangan langsung buat tunjuk dia, karena sepanjang sejarah, cuma dia yang dapet nilai sempurna." Raya menatap lagi kertas di tangannya, ada coretan tangan Aura di sana.
"Kalau emang kita harus terima dia, oke." Raksa tersenyum, "Kalau kita gak mau dia join Sin1, gue bisa bikin dia mengundurkan diri, setelah selesai olimpiade."
"Kita bukan orang jahat yang suka manfaatin kemampuan orang lain," ucap Arsan yang langsung menyedot atensi.
"Emang bukan kita, tapi gue." Raksa memahat Arsan di tempatnya. "Gue ketua Sin1, gue berhak bikin siapa pun mengundurkan diri, termasuk lo."
Raya menganga, suasananya memanas, tapi pemantik baranya telah keluar. Ya, Raksa keluar ruangan. Ia tak pernah merasa bersalah atas ucapannya. Karena sebelum Aura datang, ia yang mendapat nilai EOS tertinggi, senilai 9,9.
Pergi ke Sussex, Inggris, merupakan salah satu mimpi dari Sin1. Dan olimpiade yang mereka tunggu-tunggu telah datang. Sekitar dua bulan lagi mereka akan diterbangkan ke sana. Tapi, sebelum pergi ke sana mereka akan ditraining terlebih dahulu.
Dan masa training inilah yang menyebabkan mereka menerima Aura sebagai anggota tambahan. Pak Willis, guru pembimbing olimpide mereka meminta satu orang lagi. Sin1 tidak ingin anggotanya berasal dari satu angkatan, dan tidak bisa dari kelas 12 atau purna Sin1. Jadi mereka melaksanakan EOS untuk adik tingkatnya.
"Dan Aura terpilih." Raksa menghela napasnya. Ia sedang berbicara bersama Nano di rooftop, hanya mereka yang satu kelas. "Lo bisa liat apa yang bakal terjadi ke depan seandainya dia gabung?"
"Gak lah gila, cuma bisa balik ke masa lalu dan itu butuh effort tinggi. Gak bakal dipake buat hal gapenting. Projek mesin waktu aja gak tau diterusin kapan, profesor dunia gila lagi pada sibuk."
Raksa menyandarkan bahunya pada pilar rooftop. "Sebenernya, Aura gak salah sih dia mengemukakan pendapatnya tentang gue." Raksa menatap langit, "Oke, dia bakal ikut kita ke Sussex."
***
Pulang jam belajar Aura kembali dipinta menuju ruang Sin1.
Ruangannya masih sama, tujuh kursi. Kali ini, tidak diisi berenam. Di ruangan itu hanya ada Raksa dan Aura.
Tegasnya, Raksa hanya mengundang Aura.
"Lo tau kan kalau lo bakal join Sin1?" ujar Raksa berdiri di depan meja Aura.
"Gue tau lo tau jawaban gue, pertanyaan basi."
Raksa mendesah pelan, "Oke, gue bukan musuh lo. Jadi, stop bersikap seolah lo jahatin gue."
Aura terkekeh kecil, "Lo mau kita temenan, Kak? Gue gak temenan sama berengsek."
Tangan Raksa terkepal, "Lo inget waktu di rooftop? kalau lo cuma denger dari orang lain, gue cuma kebagian berengseknya aja."
"Itu fungsi telinga buat ngedenger, Kak," jawab Aura.
Raksa tersenyum, "Tapi lo masih punya otak, buat kontrol apa yang lo denger."
Aura terdiam, tapi ekspresinya menunjukkan ia tenang.
"Terserah lo mau mengenal gue sebagai apa, yang jelas, tolong jangan kacaukan semua rencana yang udah Sin1 buat. Lo cukup belajar buat olimpiade itu, berangkat bareng kita ke Sussex dan raih pialanya, setelah itu lo cabut juga gak masalah." Lanjut Raksa.
"Gak bisa gitu," respon Aura. "Setelah menang, gue bakal gantiin lo jadi ketua Sin1 dan dipuja satu SMA Dirgakusuma, setelah itu, gue bikin lo mengundurkan diri."
Raksa mengangguk, "Setuju."
"Eh?" Mata Aura membulat, ia kira Raksa akan meradang karena cowok itu tampak haus kuasa.
"Satu ekspektasi lo tentang gue, patah, Aura. Sampai ketemu besok, di mana ekspektasi-ekspektasi lo yang lain tentang gue dan temen-temen gue juga akan patah satu persatu. Selamat bergabung di Sin1." Raksa mengetuk pulpen pada meja tiga kali, kemudian menyampirkan tas pada bahunya. Ia berjalan keluar ruangan.
Di ambang pintu, ia kembali berbalik pada Aura yang masih duduk di tempatnya. Raksa melempar sesatu, refleks, Aura menangkapnya.
"Besok, buka pintu sebelum jam lima pagi. Lo yang pegang kunci."
Setelah itu, Raksa menghilang di balik pintu.
Aura melihat sekeliling, pukul lima sore dan cahaya matahari masih masuk melalui celah jendela. Ia melihat kursi satu per satu. Di setiap kursi ada nama masing-masing anggota Sin1. Nama Aura pun sudah ada di sana. Tujuh kursi yang berjejer rapi.
Tapi kemudian, tiba-tiba saja perasaan Aura tidak enak. tangannya mendingin, ia merinding. Sin1 hanya berenam di sana, dan hanya akan tetap berenam sampai kapan pun. Guru juga tak boleh memasuki ruang Sin1 tanpa izin termasuk Pak Willis, jika ada maka akan menduduki kursi khusus guru.
Tapi kenapa di ruangan ini kursi anggota Sin1 ada tujuh?
Aura mendekati kursi tersebut perlahan, kemudian membaca nama yang tercetak di sana 'The Hidden' (Indonesia: yang tersembunyi)
Perempuan itu memejamkan matanya, kemudian berlari ke arah pintu, menguncinya, kemudian pulang. Yang ada di pikirannya sekarang hanya satu.
Siapa sosok yang tersembunyi?
***
Yuhuuu 2K commentsfor next chapter.
Spam komen ga aku lirik.
Follow instagram aku @bellaanjni dan instagram khusus kepenulisan aku
Salam, Author jahat emang
Bellaanjni
BTW, aku mau kasih visual anggota Sin1 nanti
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro