Bab 8b
Athena menunduk di sela tempat sampah saat terdengar langkah kaki. Dua petugas keamanan berjalan ke arahnya sambil mengobrol. Setelah mereka tidak terlihat, Athena kembali melanjutkan pencarian. Membuka pintu pertama yang ternyata terkunci. Ia mengambil pisau, membuka paksa dan menemukan gudang minuman. Ia memperhatikan satu per satu, mengambil ponsel dan merekam cepat. Sebelum keluar ia kembali mengunci pintu.
Di lorong kedua, ia hampir berpapasan dengan sepasang laki-laki dan perempuan dalam balutan seragam. Athena menatap sekitar untuk mencari tempat bersembunyi. Meraih besi yang menggelantung di dinding dan merayap naik. Ada plafon yang terbuka. Athena duduk di atasnya, mendengar percakapn mereka.
"Tamu malam ini banyak sekali. Semoga kita mendapat tips yang banyak."
"Iya, beruntung Pak Andre tidak melarang kita masuk hari ini."
"Dia melarang kalau ada tamu VVIP. Hari ini bebas."
Setelah dua orang itu menjauh, Athena melompat turun. Kembali menyusuri lorong hingga menemukan pintu dengan tulisan ruang keamanan. Ia menggenggam pisau, membuka pintu dan tiga orang yang berada di dalam, tertegun menatapnya.
"Siapa kamu?" tanya petugas bertubuh gemuk yang berdiri dekat pintu.
Athena bergerak cepat, melumpuhkan laki-laki itu dengan pukulan di perut dan tengkuk. Dua lainnya bangkit, dan ia membuat pingsan satu lagi dengan tendangan di wajah. Sisa satu ia tarik leher, menekuk lengan ke belaang dan mengancam dengan pisau di leher.
"Apa ma-maumu?" tanya laki-laki itu gemetar. Lehernya perih karena goresan pisau.
Athena berbisik. "Aku ingin rekaman klub."
"Apa? Re-rekaman apa?"
"Penembakan Rich Moreno. Kamu pasti merekamnya bukan?"
Laki-laki itu menggeleng cepat. "Tidak ada, Pak Andre menghapus semuanya. Bu-bukan menghapus tapi mengambil rekaman itu."
"Bagaimana aku tahu kamu tidak berbohong?" Athena menggores lengan laki-laki itu dengan pisau.
"Akuu tidak bohong, bisa aku buktikan."
Athena melepaskan cengkeramannya, mendorong laki-laki itu ke arah kursi. "Buktikan sekarang!"
Petugas yang tersisa menahan sakit karena lengamennya yang terluka. Melirik ke arah walki talkie dan Athena membuang benda itu. "Jangan coba-coba!"
Laki-laki itu mulai mengetik sesuatu di komputer dan menunjukkan pada Athena. "Penembakan terjadi di tanggal 15 dan lihat, tidak ada file yang tersedia. Sudah dipindah oleh Pak Andre."
"Bagaimana kami bisa mendapat rekamannya?"
"Aku ti-tidak tahu, benar-benar tidak tahu. Semuanya yang mengatur Pak Andre."
"Bukakah kalian ada kepala keamanan, di mana dia?"
"Cuti, sakit. Dari sebulan yang lalu."
Athena menghela napas panjang, sungguh sebuah kebetulan yang sangat luar bisa. Terjadi penembakan saat kepala keamanan klub sedang cuti. Athena meneggakkan tubuh, memukul cepat petugas yang tersisa dan membuat laki-laki tidak sadarkan diri. Ia membungkuk di atas komputer, memasukkan USB yang dibawanya. Mengcopy semua file dengan cepat, sebelum bergegas meninggalkan ruang kemanan.
Perjalanan kembali ke lorong yang gelap cukup mudah, tanpa gangguan. Athena membuka balaclava, memasang rambut palsu dan kembali memakai gaunnya. Ia setengah berlari ke toilet terdekat, masuk untuk membasahi gaun dan wignya. Setelah itu bergegas keluar menuju ruang dansa.
"Ah, itu dia. Kekasihku kembali." Rich membuka lengan saat melihat Athena. "Kenapa lama sekali di toilet, Sayang."
Athena masuk dalam pelukan Rich. "Aku mual dan pusing, gaunku basah. Bisa nggak kita pulang sekarang?"
"Tentu saja, kita pulang sekarang." Rich menatap Andre yang masih berdiri bingung. "Pak, kami pulang. Kalau ada masalah atau perlu ganti rugi, aku sudah meninggalkan nomorku."
Andre membungkuk, wajahnya menyiratkan kelegaan. "Tentu saja Tuan Romeo. Semoga perjalanan Anda dan Nyonya menyenangkan. Maaf untuk kejadian yang tidak mengenakkan tadi."
Rich memeluk Athena menuju pintu keluar. Mereka berjalan dengan mesra seperti pasangan kekasih. Memberi tips yang banyak pada petugas valet dan tersenyum lega saat kendaraan meluncur di jalanan. Rich merenggut janggut palsunya dan mendesah lega.
"Kenapa kamu lama sekali? Kemana saja tadi?" tanya Rich.
"Kantor keamana?" Athena mencopot rambut palsunya.
"Lalu, apa yang kamu dapatkan?"
"Rekaman saat terjadi penembakan sudah dihapus oleh Andre. Kebetulan juga, kepala keamanan sedang cuti saat itu terjadi."
"Andre berarti tahu sesuatu?"
"Benar, dan kita akan mencari tahu siapa laki-laki itu."
"Bagaimana caranya?" Rich bertanya heran. "Kita tidak mengenal, berarti aku harus meminta detektif menyelidikinya?"
Athena menggeleng, tersenyum kecil. Merogoh tas dan mengeluarkan ponsel keluaran terbaru. "Milik Andre."
Rich tercengang. "Kamu mengambilnya?"
"Di saat kita sedang bertengkar di lantai dansa."
"Wow, kamu hebat Drake. Kalau tidak sedang menyetir, aku ingin menciummu."
Athena tercengang dan menggeleng cepat. "Jangan membuat saya takut, Tuan."
Rich terbahak-bahak hingga membungkuk. "Baiklah, aku tidak akan menciummu. Lalu, akan kita apakan ponsel itu"
Athena menatap ponsel di tangannya. "Saya punya teman, yang akan dengan mudah membongkar ponsel ini. Saya akan kirimkan bend aini padanya melalui kurir khusus."
"Benar-benar hebat kamu, Drake. Tidak sia-sia kita menyamar malam ini. Ngomong-ngomong, aku belum mengatakan satu hal penting."
Rich menoleh ke arah Athena yang menunggu kelanjutan perkataannya. "Kamu benar-benar cantik malam ini, Drake."
Athena mengerang keras dan Rich kembali tertawa. Kendaraan mereka meluncur cepat menuju rumah. Rich mengakui, kalau kata-kata yang baru saja diucapkan adalah benar adanya. Athena malam ini sangat cantik dan kegilaan muncul di benaknya saat ingin mencium laki-laki.
**
Extra
Gordon yang berada di balik kemudi, menunjuk mobil Rich yang meluncur keluar dari dalam klub. "Itu mereka, akhirnya keluar juga."
"Kita menunggu hampir empat jam," gumam Samel.
"Padahalaku ingin ikut masuk dan menyamar. Kenapa Tuan Rich melarang kita? Padahal, kita bisa membantu." Ugo menyahut dari jok belakang.
"Mungkin, mereka merasa Drake bisa menangani." Gordon bersikap bijaksana. "Terbukti bukan?"
Ego menyandarkan kepala pada kursi. "Apa kalian sadar, kalau Drake malam ini sangat cantik? Jauh lebih cantik dari perempuan mana pun yang aku kenal."
Ugo memukul kepala suadaranya. "Simpan kata-katamu, jangan sampai Drake mendengar pujian itu. Tentunya kamu sudah merasakan sakitnya pukulan dia?"
Semua sepakat untuk tidak memuji kecantikan Athena atau nyawa mereka akan melayang.
Di ruang kemanan klub, Andre mengamuk saat melihat tiga pertugasnya tergeletak tak sadarkan diri. Ia kecolongan, ada penyusup masuk. Saat hendak menelepon atas, ia menyadari kalau ponselnya hilang.
"KEPARAAAT!" Andre melolong, dengan gusar memukuli tiga anak buahnya yang baru saja sadar.
.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 31-32
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro