Bab 6b
Menepati janjinya pada sang papa, Rich datang ke klub sesuai permintaan. Tentu saja dengan kelima pengawalanya. Sengaja memberi libur pada Ghita karena asistennya itu sama sekali tidak pernah beristirahat. Mereka pergi pukul tujuh, Rich berharap pukul sebelas sudah di rumah. Senin adalah hari yang sibuk dan tidak ingin terlalu kelelahan di Minggu malam.
Ia menghampiri orag tuanya yang duduk berdekatan di meja tinggi, menghadap langsung pada bartender. Ia memeluk sang mama dari belakang dan mengecup pipinya.
"Maa, tumben keluar mengajakku."
Africa memeluk anak sulungnya. "Mama lihat kamu bekerja terlalu serius. Sesekali bersenang-senanglah, Dear."
"Sudah, Ma. Kemarin aku membeli banyak kendaraan."
"Yaaa, itu bukan jenis kesenangan yang mama inginkan tapinya."
"Terpenting aku senang menghabisakn waktuku untuk mencari kendaraan. Mereka mulai berani menguntitku."
Africa mengusap rambut anaknya. Perasaannya berdesir tidak nyaman setiap kali mendengar soal ancaman keselamatan anaknya. Ia sudah meminta suaminya menyelidiki kasus ini dan sampai sekarang belum ada titik terang. Setiap hari anaknya hidup dalam ketakutan.
"Ayo, berdansa dengan mama."
Mengabaikan rasa enggan Rich, Africa meraih lengan sang anak dan mengajaknya ke lantai dansa. Martin menatap Rich dan istrinya yang sedang berdansa, lalu memanggil Athena datang.
"Kemarilah, duduk di sini dan ceritakan, apa yang kamu ketahui tentang penguntit itu."
Athena bercerita sejelas-jelasnya tentang apa yang diketahuinya termasuk soal plat palsu. Ia mengatakan yang diketahuinya ditambah informasi dari tim yang lain.
"Mereka licin rupanya. Terlalu sulit untuk dilacak," gumam Martin. "Tapi, kerja kalian sangat bagus. Aku berharap setelah ini kalian makin waspada. Aku titip anakku pada kalian. Ayo, sekarang pesan makanan dan minuman apa pun yang kalian mau, aku yang bayar. Ingat, jangan sampai mabuk."
Tim yang lain memesan minuman, Athena mengajak Samel berkeliling. Klub memang privat tapi tidak menutup kemungkinan ada bahaya tersembunyi. Di pintu ia hampir bertabrakan dengan Savila. Perempuan cantik itu melotot padanya.
"Jalan pakai mata!"
Athena bisa mengatakan hal yang sama, tapi memilih untuk bungkam. Tidak perlu meladeni pertengkaran yang kenak-kanakan dengan Savila. Perempuan itu bergegas menghampiri Africa dan Rich yang sedang berdansa. Dari raut wajahnya, Athena bisa melihat kalau Rich tidak suka dengan kedatangan sang tunangan. Sebuah hubungan yang aneh, pikirnya.
"Aunty, aku senang diundang datang kemari." Savila mengecup pipi Africa.
"Sayangku, senang kamu bisa datang. Ayo, kita duduk. Hari libur, kamu dan Rich ada di rumah. Apa-apan kalian."
Savila tersenyum malu-malu, melirik Rich yang terdiam. Sikapnya yang biasa ketus, berubah 180 derajat saat berhadapan dengan calon mertuanya.
"Rich tidak pernah mengajakku keluar Aunty. Aku malu kalau terus menerus mendesak."
Africa menatap anak laki-lakinya dengan galak. "Harusnya kamu tidak memperlakukan tunanganmu sembarangan, Rich."
Rich mengangkat bahu, menyambar minuman. Mendengarkan dengan bisan percakapan orang tuanya dengan Savila. Kalau tahu akan bertemu perempuan itu di sini, lebih baik kalau dirinya tidak datang. Sudah lelah dengan pekerjaan, lelah memikirkan tentang ancaman pembunuhan, dan berhadapan dengan Savila yang manja, Rich tidak punya tenaga sehebat itu.
"Sudahlah, Ma."
Martin menyenggol rusuk anakanya. "Mamamu benar, bersikap baiklah pada tunanganmu. Kalian akan menikah tapi bersikap asing satu sama lain. Bagaimana kelak menjalani pernikahan?"
Savila tertawa lirih. "Rich masih banyak pekerjaan, Uncle. Tidak mungkin kami menikah terburu-buru."
Rich mengangkat gelasnya ke arah Savila. "Untuk kali ini, aku setuju denganmu.!"
"Ah, sudahlah. Kalian orang muda sama saja. Susah diatur. Ayo, Ma. Kita pergi."
Rich sudah menduga ending dari pertemuan ini saat melihat Savila datang. Orang tuanya pergi tanpa dosa, meninggalkannya berdua dengan si tunangan. Mereka duduk berdampingan tanpa bicara, dengan Rich asyik merokok serta minum.
"Aku nggak tahu kamu suka merokok," ucap Savila.
Rich mengangkat bahu. "Banyak yang kamu nggak tahu tentang aku. Ngomong-ngomong, kenapa kamu mau diminta kemari? Memangnya kamu nggak bisa nebak apa motif orang tuaku?"
Savila tersenyum. "Tentu saja tahu. Aku datang karena ingin menunjukkan pada mereka kalau aku calon menantu yang baik."
Senyum Savila terhenti saat melihat Athena mendekat. Entah kenapa ia sama sekali tidak menyukai pengawal Rich yang itu. Ada sesuatu dalam diri Athena yang membuatnya kesal.
"Lain kali kalau ingin berakting cukup di depan orang tuaku saja, tidak perlu menunjukkan padaku."
Athena yang melintas di belakang mereka, melihat ada sesuatu yang aneh di antara para pengunjung. Ia melihat dua laki-laki berjas hitam bertukar kode. Dengan perlahan Athena mengarahkan pandangan pada Samel yang berdiri tepat di belakang Rich. Menggerak sedikit kepala dan mengedipkan sebelah mata.
"Satu, dua, tigaa!" Athena berteriak.
Ia mencabut pistol. meraih tubuh Savila dan menyembunyikannya di bawah meja. Menembak dua laki-laki berjas hingga jatuh. Begitu pula Samel yang merangkul tubuh Rich. Gordon dan kakak beradik, berada di depan, mengejar laki-laki berjas yang kini menembaki mereka.
"Gordon, Samel! Bawa Tuan keluar, aku akan menghadapi mereka!" teriak Athena.
Samel mengangguk tanpa kata, membawa Rich keluar dari pintu samping klub. Dilindungi oleh Gordon. Athena menembak jatuh siapa pun yang mencoba menyerang. Mendengar Savila berteriak keras dari bawah meja, ia merunduk dan bicara dengan perempuan itu.
"Aku akan membawamu keluar dari sini hidup-hidup tapi tutup mulutmu!"
Savila ternganga dengan wajah pucat dan akhirnya mengangguk perlahan. Para penyerangn mulai berkurang, dsan beberapa kekurangan peluru. Athena menembaki yang tersisa, sedangkan. Ego dan Ugo melawan dengan tangan kosong.
Saat dirasa sudah aman. Athena meraih lengan Savila. Membuka jas dan menutupi kepala perempuan itu lalu merangkulnya keluar. Tidak mudah melakukannya karena ada banyak orang yang menyerang. Athena melumpuhkan dua laki-laki dengann sabetan di kaki, satu dengan menembah bahu, dan tiga terakhir dengan menendang mereka hingga jatuh tak berdaya. Selama bertarung, Savila tidak melepaskan cengkeramannya, membuat Athena bertarung dengan satu tangan.
Ugo dan Ego menyusul, memberikan bantuan pada Athena yang akhirnya bebas dari penyerang. Memeluk Savila di antara orang yang berlarian karena panik dan memasukkan perempuan itu ke mobil Rich yang sudah menunggu. Tanpa kata, ia masuk ke balik kemudi. Melajukan kendaraan dengan cepat meninggalkan klub.
**
Extra
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Rich pada Savila yang duduk di sebelahnya. Ia ingin menenangkan perempuan itu tapi merasa canggung memegang tangannya.
Savila mengangguk. "Aku baik-baik saja."
Savila menatap Athena yang duduk di balik kemudi. Membawa kendaraan dengan cepat. Mengingat bagaimana Athena melindunginya dari serangan dan tidak peduli dengan nyawanya sendiri, membuat dada Savila berdebar keras.
Savila menghela napas panjang, meraba jas Athena yang masih menutupi bahunya. Ia tidak mengerti perasaan aneh yang mendadak mengusiknya. Tentang dirinya, Rich, dan sang pengawal bernama Drake.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 23-24.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro