Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5b

Di sebuah gudang besar yang terletak di pinggiran kota, beberapa truk keluar masuk. Gudang itu dijaga banyak orang bersenjata laras panjang. Truk yang masuk pun melalui pemeriksaan yang ketat. Para pekerja menggunakan mesin untuk memindahkan peti dari truk ke dalam gudang. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka.

Dua laki-laki mengobrol di lantai atas, menatap kesibukan di bawah mereka. Asap rokok menyelimuti wajah mereka dengan satu tangan memegang botol berisi bir dingin. Mereka mengisap rokok sambil sesekali meneguk bir. Satu laki-laki berpakaian ala tantara, berperawakan tinggi dengan pistol di pinggang. Sedangkan satu lagi, bertubuh gempal dengan kemeja Armani putih yang tidak cocok dipakai di tempat seperti ini.

"Gagal lagi rencana untuk menghabisi bocah itu?" tanya si kemeja putih.

"Ehm, untuk sekarang kita tidak bertindak dulu."

"Kenapa? Takut?"

"Bukan, masih mengawasi pola pengawalnya. Bocah tengik itu mengganti pengawalnya lama dengan yang baru. Untuk kali ini, agak susah diprediksi karena Rich berada satu mobil dengan pengawalnya."

Si kemeja putih mengernyit. "Apa pengawal baru yang merangkap sopir ini lebih hebat?"

"Tidak tahu, tidak banyak yang bisa digali dari sosoknya. Hanya namanya saja yang kita dapat."

"Siapa? Barangkali aku kenal."

"Drake."

Si kemeja putih menggeleng. "Belum pernah dengar sebelumnya."

"Justru itulah yang membuat curiga sekaligus kuatir, seorang laki-laki tanpa asal usul. Tapi, tenang saja. Serangan akan kita mulai Minggu depan. Kami sudah menyiapkan semua dan menunggu tempat yang sesuai untuk melakukan serangan."

"Bagus! Bunuh bocah tengik itu, atau minimal buat dia cacat seumur hidup. Bahkan untuk berteriak saja susah!"

"Baik, Boss! Aku sudah menempatkan banyak orang untuk mengawasi mereka dan mencari jalan menerobos penjagaan."

Mereka bersulang sebelum menenggak habis bir dalam botol dengan pandangan tetap tertuju pada kesibukan di bawah.

**

Athena tidak habis pikir ada perempuan yang seolah melupakan harga dirinya hanya demi laki-laki. Luisa tidak habis akal untuk mendekati Rich. Tidak peduli kalau sudah ditolak. Di sela jeda rapat, saat orang lainnya istirahat untuk makan dan merokok, Luisa memanggil Athena ke ruang samping. Perempuan itu menyudutkan Athena di dekat meja.

"Mulai kapan kamu jadi pengawal Rich?"

"Beberapa Minggu lalu."

"Masih baru berarti, tapi aku lihat Rich sangat percaya padamu. Begini, siapa namamu?"

"Drake," jawab Athena. Bingung dengan sikap perempuan di depannya.

Luisa mengangguk, menatap Athena tajam. "Drake, aku menawarkan kesepakatan untukmu. Sebuah perjanjian yang akan memberikan keuntungan besar padamu, bisa dibilang akan membuatmu menjadi laki-laki kaya."

Athena hanya mengedip tidak mengerti.

"Begini, aku ingin kamu melakukan sesuatu. Memata-matai Rich, melaporkan setiap tindakannya padaku. Kemana Rich pergi, dengan siapa, dan juga orang-orang yang ditemuinya, terutama saat berkencan dengan Savila. Aku ingin laporan lengkap. Kalau kamu bisa lakukan akan ada imbalan besar."

Luisa mengulurkan kartu nama yang sedari dipegangnya pada Athena.

"Simpan itu Drake, kartu namaku. Hubungi aku kalau kamu sudah berhasil melakukan pekerjaanmu." Luisa menepuk-nepuk pipi Athena. "Yakin saja, perjanjian kita akan membuatmu senang. Ngomong-ngomong, kamu pakai skincare apa? Kenapa pipimu halus sekali?"

Athena menyingkirkan tangan perempuan itu dari pipinya. "Permisi, saya harus menemui Tuan Rich. Nanti dia curiga kalau saya lama menghiilang."

Luisa mengangguk. "Benar juga. See you, Drake."

Athena menghela napas panjang saat Luisa meninggalkannya. Ia bergegas keluar dari ruangan dan jantungnya hampir copot saat melihat Rich berdiri dengan tangan di dalam saku, menatapnya dalam diam. Athena menghampirnya.

"Tuan mencari saya?"

Rich menggeleng. "Apa yang diinginkan perempuan itu darimu, Drake."

Athena tersenyum. "Dia merayu saya."

"Apaa?"

"Agar menjadi informannya. Untuk mematai-matai Tuan."

Rich menghela napas lega. "Imbalannya besar?"

"Entah, saya nggak tanya." Athena memberikan kartu nama Luisa pada Rich. "Saya juga tidak membutuhkan ini. Apa rapatnya akan dimulai, Tuan?"

Rich meremas kartu nama di tangannya dan membuangnya di tong sampah terdekat. "Drake, selama rapat kamu tidak boleh meninggalkan tempat dudukmu. Kecuali untuk ke kamar kecil."

Athena mengeluh dalam hati, merasa sangat sial sekali. Tadinya ia bisa sedikit santai saat mengikuti rapat ini, bisa keluar masuk dengan pelan untuk sekedar minum kopi. Gara-gara Luisa, ia kehilangan kesempatan itu. Athena duduk di kursinya dengan dongkol.

Ia tidak mengerti kenapa orang harus rapat berlama-lama, bukankah masih banyak hal dilakukan dari pada duduk bersama dan berdebat. Namun, ia menyadari sikapnya yang konyoal saat mulai berkonsetrasi dengan jalannya rapat dan menyadari banyaknya uang yang mengalir antara keluarga Idris dan keluarga Moreno kalau kerja sama mereka berjalan lancar. Athena memasukkan nama keluarga Idris, termasuk Luisa ke dalam daftar tersangka. Tentu saja harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam saat rapat berakhir. Dimulai dari pukul dua sore dan selesai setelah delapan jam lamanya. Luisa menawari Rich untuk minum di lounge hotel tapi ditolak.

"Aku lelah sekali, ingin pulang dan istirahat."

Luisa tidak memaksa. Mengedipkan sebelah mata pada Athena saat melewatinya. Seolah-olah ingin menegaskan kalau mereka punya perjanjian rahasia. Athena merasa dirinya sedang diawasi dan bergidik karenanya.

Seperti biasa Athena menjadi sopir Rich. Ia menjalankan kendaraan dengan santai sambil mendengarkan radio. Riuch terlihat lelah dengan menyandarkan kepala pada jok. Melewati tiga tikungan dan dua lampu merah, Athena menatap spion dan merasa ada yang tidak beres.

"Tuan, tolong kencangkan sabuk pengaman," perintahnya.

Rich mengerjap. "Kenapa?"

"Kita diikuti, ada dua mobil di belakang Kita." Athena membuka ponsel dan melakukan panggilan. "Samel!"

"Yo, Drake."

"Kami diikuti! Aku akan mencari jalan untuk mengecoh mereka. Sepertinya ada lebih dari dua mobil. Kalian atasi sisanya."

"Roger!"

Athena menutup panggilan dan menatap heran pada Rich yang kini duduk di sebelahnya. "Tuan?"

Rich tersenyum. "Akan lebih nyaman kalau aku duduk di depan sementara kamu mengebut. Ayo, kita kecoh mereka, Drake!"

Athena tersenyum. "Maaf kalau perjalanannya kurang nyaman, Tuan.

"Tidak masalah. Kalahkan saja mereka."

Athena menatap spion, mengamati dua mobil di belakangnya. Ia juga melihat mobil yang dikendarai Samel dan ada mobil lain juga mengikuti mereka. Ia menginjak gas dan menambah kecepata. Pukul 10 malam, tidak banyak kendaraan berlalu lalang. Athena melarikan kendaraannyua dengan berzig-zag di antara mobil-mobil lain. Penguntitnya tertinggal di belakang, ia tidak mengurangi kecepatan. Dari kejauhan ia melihat lampu lalu lintas. Ia mengurangi kecepatan, seolah hendak berhenti dan saat lampu merah menyala, ia mengerem mendadak. Satu mobil penguntit tidak dapat menghentikan laju, lurus menerjang lampu merah.

Athena berbelok tajam ke kanan, meninggalkan perempatan dengan satu mobil penguntit di belakang.

"Wow, skill berkendaramu memang sangat hebat Drake!" teriak Rich dengan tangan berpegangan pada pintu.

Athena tidak menjawab, menatap truk besar yang melaju kencang di depannya. Truk menyalakan sen kanan, Athena menambah kecepatan. Saat truk akan berbelok, ia melesat cepat, memotong jalan di depan truk, sedikit melikuk untuk menghadapi benturan dan tersenyum saat berhasil melewati truk. Mereka tetap melesat saat terdengar suara benturan. Athena yakin itu adalah mobil penguntitnya menabrak truk.

"Drake, kamu keren. Bravoo! Kamu bisa mengoceh mereka. Jantungku hampir copot karena kamu membawa mobil dengan kecepatan cahaya, tapi kita selamat. Itu yang terpenting." Rich mencondongkan tubuh untuk mengguncang bahu Athena dan melepaskan seketika saat melihat lesung pipi samar di wajah Athena.

Rich mengejap, menatap jalan. Ia merasa dirinya sudah gila, karena membayangkan ada laki-laki berlesung pipi. Ia mengatakan pada diri sendiri, terlalu shock karena baru lolos dari maut.

**

Extra

Mereka berkumpul di ruang belakang, bercerita tentang kejadian hari ini. Athena mendengarkan dengan tekun penuturan Samel, dan mereka berencana untuk menyelidiki masalah ini lebih lanjut. Athena menguap lelah dan hendak berpamitan tidur tapi Gordon menahannya.

"Tunggu, Drake. Aku mau tanya, kenapa perempuan cantik dan kaya itu mengedip padamu."

Athena mengernyit. "Siapa?"

"Halah, jangan sok nggak ngerti. Nyonya Luisa maksudku."

"Oh, dia minta aku melakukan sesuatu tapi aku tolak," jawab Athena."

"Kenapa kamu tolak?" tanya Ego.

"Athena mengangkat bahu. "Tidak tertarik saja."

Gordon menendang angin dengan kaki kanan. "Kenapa harus kamu yang ditawari pekerjaan itu, Drake. Kenapa bukan aku?"

Yang menjawab pertanyaan Gordon adalah Samel. "Kamu tahu arti kata beauty privilege? Keistimewaan karena tampan atau cantik? Drake memilikinya, sedang kamu tidak."

Gordon melotot ke arah Samel lalu berteriak keras. "Tuhaaan, aku juga ingin menjadi tampaan!"


.
.
Di Karyakarsa sudah bab 19-20.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro