Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2a

Athena berdiri kaku, menatap perdebatan sepasang kekasih di depannya. Ia tidak mengerti kenapa harus menjadi saksi pertengkaran mereka. Ia hanya melakukan tugas dan berakhir mengenaskan, dipaksa untuk melihat dua orang yang sedang bertengkar. Athena menghela napas panjang, tidak habis pikir dengan mereka. Bukankah banyak hal bisa dibicarakan secara baik-baik? Kenapa mendramatisir keadaan?

"Tega-teganya kamu meminta pengawal itu untuk menodongkan pistol padaku, Rich?"

"Bukan begitu Savila, dia hanya menjalankan tugas."

"Tugas apa yang membuat seorang tunangan justru terancam nyawa?"

"Oh, please! Itu hanya salah paham. Kalau Drex berniat membunuhmu, aku yakin kita semua tidak akan menyadarinya saat itu terjadi!"

Savila melotot, menatap heran bercampur kesal pada Rich. "Bisa-bisanya kamu mengatakan begitu? Kejam kamu!"

Rich mengibaskan tangan dengan lelah, bertengkar dengan Savila selalu menghabiskan energi. Mereka bertunangan sudah satu tahun dan sama sekali tidak ada perubahan untuk arah hubungan. Rich melirik Athena yang berdiri di dekat pintu. Berniat untuk memintanya pergi tapi Savila menahan lengannya.

"Satu tahun kita bertunangan, kamu sama sekali tidak berubah. Aku yang harus selalu datang mencarimu. Kalau bukan karena kamu, aku tidak akan pernah datang ke kantormu dan menerima todongan pistol!"

Rich mengalihkan pandangan dari pengawalnya pada sang tunangan. Savila yang jelita, cucu dari konglomerat di kota ini. Orang tuanya yang merasa kalau dirinya kesepian tanpa pasangan, tanpa persetujuannya mengajukan lamaran pernikahan pada orang tua Savila. Rich marah saat mengetahuinya, meski begitu keputusan orang tuanya tidak bisa diganggu gugat. Yang membuat heran adalah Savila menerima lamaran itu tanpa pikir panjang.

Mereka bertemu beberapa kali setelah itu. Berstatus sebagai tunangan tidak mengubah apa pun. Rich masih tidak bisa menerima Savila dalam hidupnya, dan berbanding terbalik dengan perempuan itu. Savila yang posesif, manja, dan tidak bisa ditolak, menginginkan Rich untuk dirinya sendiri. Sebuah hubungan yang timpang, dan Rich berniat mengakhirinya.

"Savila, sudah aku katakan itu hanya salah paham!"

Savila menggeleng, melangkah gemulai ke arah Athena dan mendengkus. "Aku sama sekali tidak melihat adanya salah paham di sini. Mata laki-laki ini menunjukkan dendam yang membara."

"Omong kosong!" sergah Rich keras. "Dia baru datang ke rumahku kemarin, dan kalian baru bertemu hari ini. Bagaimana mungkin ada dendam?"

"Nggak tahu. Kenapa kamu nggak tanya dia?"

Athena merasa pembicaraan sepasang kekasih di depannya makin aneh didengar. Ia tidak tahu apakah pasangan yang saling mencintai harus saling mencela seperti itu? Ia mengingat hubungan kedua kakaknya dengan para istri mereka dan tidak ada yang bertindak kasar. Drex yang dingin, memperlakukan Cleora dengan penuh cinta. Begitu pula sebaliknya, Cleora selalu berucap lembut pada suaminya. Dante dan Blossom tidak bisa dibantah lagi. Mereka saling menyayangi, saling mendukung, dan sama sekali tidak pernah berdebat hingga panas. Kalau pun bertengkar, hanya beda pendapat dan selesai dengan cepat. Hubungan kedua kakaknya membuatnya percaya cinta itu ada. Tapi melihat Rich dan Savila, ia merasa kalau menjadi sendiri bukan hal buruk. Tidak selamanya mempunyai kekasih itu menyenangkan.

Rich menghampiri Athena, berdiri tepat di hadapannya. Mata mereka bertemu, bola mata kecoklatan milik Athena, bertemu dengan Rich yang mempunyai bola mata hitam pekat. Mereka saling pandang dengan menilai. Rich menghela napas panjang.

"Drake, apa kamu pernah bertemu Savila sebelumnya?"

"Tidak, Tuan!" Athena menjawab tegas.

"Kalau begitu kenapa kamu ingin membunuhku?" Savila berteriak dramatis.

Rich menggeleng lelah. "Coba katakan alasamu, Drake."

Athena menatap Rich lekat-lekat. "Itu hanya standar pengamanan biasa, Tuan. Ada obyek yang dianggap berbahaya dan mengancam keselamatan, Anda. Semua pengawal akan melakukan hal yang sama. Tidak terkecuali."

Rich terdiam lalu mengangguk puas. Meninggalkan sisi Athena. "Sudah puas Savila? Rasa-rasanya aku bisa gila, menghabiskan waktu hanya untuk melakukan percakapan aneh seperti ini. Kamu jelas tahu aku baru saja mendapatkan dua ancaman pembunuhan. Nyawaku nyaris hilang. Seharusnya kamu bersyukur aku punya pengawal yang bagus!"

Savila membuka mulut lalu menutupnya kembali. Menyugar rambut pirang madu dan menggigit bibir. Rasa bersalah menggelitik dada, tapi egonya justru membuatnya bertingkah menyebalnya. Ia melirik Athena yang masih berdiri di dekat pintu. Ada hal aneh yang tidak dimengertinya terhadap pengawal itu. Tidak biasanya ia bersikap begitu provokatif terhadap laki-laki. Namun, sesuatu dalam diri pengawal baru Drake membuatnya bingung. Apakah karena wajahnya yang cantik atau sikap Rich yang lembut? Savila mengerti kecemburuannya tidak berdasar, tetap saja menolak untuk mengakui.

"Baiklah, aku akan menganggap masalah ini tidak ada. Kita sudahi sampai di sini." Savila mendekati Rich, mengalungkan lengannya di leher laki-laki itu. "Tapi, aku menuntut makan malam romantis akhir Minggu ini."

Rich mengedip. "Sabtu?"

"Ya, Sabtu, Rich. Dan aku tidak terima alasan untuk penolakan. Sudah sering kamu mengabaikanku!"

"Tapi, ada pertemuan di sore harinya."

"Sore, bukan malam. Aku ingin kamu menemaniku makan malam. Tidak ada penolakan."

Savila berjinjit, mengecup sekilas bibir Rich sebelum meraih tas dan bergegas pergi. Saat melewati Athena ia melirik sengit. Keluar dari kantor Rich dengan dagu terangkat.

Rich menatap punggung tunanganya yang menghilang di balik pintu. Menghela napas panjang dan mengendurkan dasinya. Duduk di balik meja ia memanggil Athena untuk mendekat. Menatap pengawalnya yang berdiri tegap dengan air muka tenang, Rich mau tidak mau merasa kagum. Savila mencaci maki, tapi Athena seolah tidak terpengaruh. Ia sendiri akan marah, atau minimal berubah ekpresi karena kesal. Tapi, Athena sama sekali tidak ada tanda-tanda ke arah sana. Bisa jadi karena memang pekerjaannya yang menharuskan bersikap serius seperti itu.

"Drake, soal Savila sebaiknya jangan kamu ambil hati. Dia memang suka mendramatisir keadaan."

Athena mengangguk kecil. "Ya, Tuan!"

"Kalian sudah di sini. Ada baiknya mempelajari situasi dan kondisi. Barangkali, ada yang dicurigai ingin menghabisiku dan orang itu ada di sini."

Athena mengedarkan pandangan ke sekeliling kantor, merencanakan ingin meletakkan berbagai macam senjata, tapi ia harus berunding dulu dengan timnya.

"Baiklah, Tuan. Saya mengerti. Kalau begitu, saya undur diri."

Athena membungkuk kecil, membalikkan tubuh dan bergegas pergi. Langkahnya tertahan saat Rich berteriak.

"Drake, kita akan makan siang di sini dan pulang pukul delapan malam."

"Baik, Tuan!"

Athena keluar dari ruangan disambut oleh empat orang timnya. Mereka bertanya apa yang terjadi dan ia menjawab dengan jelas. Gordon mengernyit mendengar penuturannya.

"Kalau begitu, apa kita harus bertanya dulu pada seseorang yang hendak mendekati Tuan Rich. Dia musuh atau bukan sebelum menembak?"

Samel mendengkus keras. "Kalau begitu cara kerjamu, aku pastikan Tuan Rich tergeletak di tanah baru kamu sadar!"

"Hei, aku hanya berasumsi."

"Dan sangat tidak cerdas!"

Gordon menekan bahu Samel dengan bahunya. "Jadi kamu merasa lebih cerdas dari aku?"

"Tidak, aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Meskipun pekerjaan kita hanya pengawal, cerdas tetap dibutuhkan!"

"Oh, si paling cerdas!"

"Lalu kamu apa? Si paling bodoh?"

Gordon melompat mundur, menarik pistol dari pinggang. Samel pun melakukan hal yang sama. Mereka berdiri berhadapan dengan jarak tiga meter, masing-masing dengan pistol teracung. Athena yang melihat adanya perselisihan tidak berguna, berdiri di antara kedua.

"Sebelum pistol kalian meletus dan membuat otak salah satu dari kalian berhamburan keluar, aku sarankan kalian berpikiran dingin."

"Minggir, Drake! Kalau tidak kepalamu yang akan hancur," geram Gordon.

Athena mengangkat bahu. "Terserah, tapi aku harus mengingatkan. Kita baru saja bekerja di tempat ini. Dari pada buang-buang waktu untuk saling bunuh, lebih baik kalau kita memeriksa keadaan. Ingat, kalian dibayar untuk menjaga keamanan, bukan malah menimbulkan kerusuhan!"

Gordon dan Samel menatap Athena lekat-lekat. Secara bersamaan keduanya kembali menyarungkan pistol. Athena berunding sesaat dengan kedua kakak beradik Ugo dan Ego yang sedari tadi terdiam. Sebelum memutuskan untuk berpencar dan memulai pemeriksaan
.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 5-6.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro