Bab 19a
Waktu bergulir cepat dari senja ke malam. Pesta semakin meriah dengan orang-orang mengobrol, makan, dan menari. Martin sesekali terlihat, tapi lebih sering menghilang. Sedangkan istrinya, Africa, sibuk menyapa para tamu. Martin sepertinya satu tipe dengan Rich, yang tidak terlalu suka keramaian. Sedangkan Romeo adalah anak kesayangan mama, hangat, ramah, dan manja.
Athea berdiri di sudut dekat pilar, tersembunyi dari bayang-bayang. Posisi yang bagus untuk melakukan pengamatan. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Rich, mengawasi kemanapun laki-laki itu pergi, dengan siapa bicara, dan apa saja yang dimakannya.
Athena juga menyadari, di antara sekian banyak orang yang datang hanya beberapa yang mengajak Rich mengobrol. Sebagian besar hanya sekedar menyapa atau menganggukan kepala dengan ringan. Ada keengganan yang terlihat jelas dari wajah mereka. Sepertinya Rich memang tipe laki-laki yang tidak mudah didekati atau memang terlalu pendiam untuk berada di pesta yang riuh. Laki-laki itu juga sibuk melepaskan diri dari genggaman Savila. Sang tunangan seolah ingin memamerkan Rich pada semua orang.
Rich menyadari tatapannya dan laki-laki itu menghampiri Athena. Meninggalkan Savila yang sedang mnengobrol serius dengan sepasang tamu."Kenapa kamu di sini sendirian? Di mana pacarmu?"
Athena mengangkat bahu. "Biasa, di toilet. Tuan pasti tahu betapa lamanya perempuan kalau berada di tempat itu."
"Benar juga." Rich menghela napas panjang dan kembali terdiam. Matanya mengawasi Savila yang sedang tertawa. Wajah tunangannya memerah, dengan tawa yang terlalu keras. Ia menduga, Savila sudah setengah mabuk.
Athena melirik laki-laki di sampingnya. "Tuan terlihat lelah."
"Memang, berada di pesta bukan hal yang memmbuatku suka. Kamu tahu bukan, aku lebih senang bekerja."
"Sesekali bersenang-senang bukan dosa."
"Yeah, katakan itu untuk dirimu sendiri. Aku lihat dari tadi kamu justru sendirian di sini dari pada bersenang-senang."
Athena tersenyum. "Saya sedang bertugas, Tuan."
"Memangnya aku melarangmu bersenang-senang, Drake?"
"Tidak, Tuan. Terima kasih tapi saya cukup nyasaman sekarang."
Athena menggeleng saat Rich menawarinya sampanye. Ia sedang bertugas dan tidak ingin lengah karena alkohol. Ia terbiasa disiplin saat bekerja, siaga dalam kondisi apa pun, dan terlatih untuk segala kegiatan. Menjauhi alkohol adalah salah satu kunci untuk tetap waras. Ia melihat teman-temannya berjaga dengan waspada. Sebelumnya mereka sudah berjanji, tidak peduli bagaimana meriahnya hingar bingar pesta, menjaga Rich adalah tugas utama. Athena mengijinkan mereka minum alkohol hanya sampai batas tertentu. Jangan berlebihan, dan kelewat batas. Karena meskipun pesta diadakan di rumah Moreno, bukan berarti tidak ada penyusup. Apalagi, ini malam hari.
"Drake, jangan menolak. Ini perintah!"
Rich meraih tangan Athena dan menyodorkan segelas sampanye dingin.
"Tidak, Tuan. Terima kasih."
"Kamu perlu bersantai."
"Saya sudah cukup santai."
Mereka saling tarik menarik tangan sampai tidak sadar ada Romeo yang berdiri di belakang Rich. Laki-laki berambut abu-abu itu terlihat geli dengan sikap sang kakak dan pengawalnya. Berdehem kecil dan berdiri di antara mereka dengan sengaja.
"Kalau aku tidak tahu Drake adalah pengawalmu, dan juga seorang laki-laki. Aku pasti mengira kalau kalian sedang berpacaran. Katakan, apakah Rich atau Drake yang sedang marah dan kalian perlu saling membujuk?"
Athena menarik tangannya dengan cepat dari genggaman Rich. "Tidak, aku tidak marah!"
Romeo mengangkat sebelah alis. "Benarkah? Atau sebaliknya? Kakakku yang marah?"
"Kamu ini bicara apa?" sergah Rich. "Sana, pergilah! Cari gadis untuk kamu ajak ciuman atau apalah, tinggalkan kami sendiri."
"Kami sendiri? Maksudmu berdua, Kak?"
"Aku malas mengajakmu berdebat seperti bocah!"
Athena terdiam, melihat kakak beradik sedang berdebat di depannya. Ia tidak tahu apa masalahnya dengan mereka tapi sepertinya sangat suka bertentaurungan. Berbagai pertanyaan berkelebat di pikirannya tentang mereka. Apakah pekerjaan Rich benar-benar bersih seperti yang terlihat? Apakah Romeo benar terlibat pencucian uang seperti dugaan Neo? Mereka masih harus menggali informasi tentang ini. Athena juga menduga-duga, apakah Rich tahu tentang sang tuan? Ia tergoda untuk bertanya pada Martin, tentang bagiaman papanya. Apakah laki-laki itu masih mengingat tentang papanya? Banyak sekali yang ingin ditanyakannya dan sekarang harus menyimpan dulu karena penyamarannya.
Athena juga tidak tahu, apa yang diinginkan bossnya dari Matin. Biasanya ia bertugas dengan sesuatu yang berhubungan dengan pemerintah. Tentang teroris, perang, atau pun menghentikan orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata. Untuk Martin, ia bahkan tidak tahu apa hubungannya dengan urusan pemerintahan, karena tugasnya tidak spesifik selain untuk melindungi Rich.
"Kenapa kalian bergerombol di sini?"
Teguran Africa membuat Athena tersentak dari lamunan. Perempuan itu menghampri kedua anak laki-lakinya dan menggelengkan kepala dengan tidak puas.
"Aku mengadakan party agar anak-anakku gembira. Lihat kenyataannya? Kalian justru bertengkar di sini?"
Romeo meraih bahu sang mama. "Tidak, Mama. Kami tidak bertengkar, justru sedang saling memuji. Iya'kan, Kak?"
Rich tidak bereaksi, menyesap minumannya dalam diam.
"Memangnya kalian tidak bisa saling menyayangi meski cuma lima menit?"
"Bisa," jawanb Rich cepat. Meraih bahu Romeo, dengan paksa menekuk leher sang adik agar menyandarkan kepala di bahunya dan mulai berhitung. "Satu, dua, tiga, yeah. Pas semenit." Setelah itu mendorong Romeo menjauh.
Romeo berteriak. "Hei, kasih sayang model apaan itu. Kurang lama. Ayo, ulang!"
"Berani sentuh bahuku, sampanye ini akan menyiram wajahmu," ancam Rich pada Romeo yang membuka lengan untuk memeluknya.
Athena tercengang lalu tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini ia melihat Rich yang bersikap sangat kekanak-kanakan. Rich dan Romeo adalah laki-laki dewasa tapi tingkah mereka seperti anak baru besar. Saling mencela dan memaki satu sama lain. Persis seperti yang dilakukan Drex dan Dante saat keduanya masih sama-sama muda. Bedanya, Drex dan Dante berhenti bersikap sembarangan setelah papa mereka ditemukan meninggal. Mengubah kepribadian mereka yang biasanya ceria menjadi pendiam dan serius.
"Drake, apakah anak-anakku lucu?" tanya Africa.
Athena berusaha menghentikan tawanya tapi sulit. "Ma-maaf, Nyonya."
Africa menggeleng. "Untuk apa minta maaf. Memang anak-anakku mengesalkan. Sebaginya, kamu jangan seperti mereka, Drake."
Athena terdiam, mengamati Africa yang meninggalkan mereka untuk menyapa tamu undangan yang lain. Ia tidak tahu apakah perempuan itu kesal padanya atau tidak. Apakah ia dianggap tidak sopan karena sudah menertawakan Rich dan Romeo. Kuatir dengan itu, Athena bertanya pada Rich.
"Apakah Nyonya marah, Tuan?"
Rich menggeleng. "Tidak, kenapa kamu bilang begitu?"
Athena menghela napas lega. "Takut saja kalau beliau marah. Mungkin memang saya berlebihan."
"Drake, kamu tidak berlebihan. Memang sudah seharusnya kamu menertawakan sikap kami yang konyol."
"Hei, yang konyol itu kamu. Bukan aku! Sudahlah, di sini kurang asyik. Aku akan ke atas, barangkali ada cewek cantik yang menyasar kemari."
Romeo meninggalkan Rich danAthena, menaiki tangga dan hilang di lantai dua. Athena menghela napas panjang, menikmati malam yang beraroma bunga, alkohol yang manis, serta parfum perempuna. Ia menoleh, Savila berdiri di sampingnya.
"Drake, kamu tidak mau mengajakku berdansa?"
.
.
.
Tersedia di google playbook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro