Bab 13a
Suasana pesta terlihat formal tanpa banyak kemeriahan. Orang-orang bercakap dengan sopan, berdiri di sudut, ataupun duduk di kursi yang tersebar di ruangan. Tawa yang terdengarpun hanya lirih tanpa suara berlebihan. Musik yangmengiringi pun hanya piano dan biola, tanpa penyanyi. Pesta yang membosankan tapi tidak ada orang yang ingin keluar dari ruangan. Semua mata melirik ke arah laki-laki usia 61 tahun dengan rambut hitum, tubuh gempal dan tidak terlalu tinggi. Penampilannya sekilas terlihat seperti laki-laki dewasa biasa, yang membedakan hanya orang-orang yang mengerumuninya dan sibuk mengajak bicara.
Orang-orang itu, tidak hentinya ingin menyapa, berfoto, atau mencari perhatian laki-laki berjas hitam. Mereka adalah kalangan politisi, pebisnis, dan juga pejabat. Bisa bicara dengan laki-laki berjas hitam dengan pin emas di dada sepertinya sebuah penghargaan.
Berdiri di sudut, Dante dalam balutan jas abu-abu bersama istrinya. Malam ini Blossom memakai gaun merah marun semata kaki dengan bagian atas berbentuk sabrina. Membuat lekuk tubuhnya terlihat sangat menggoda. Tidak ada yang tahu kalau Blossom sedang hamil. Dante mengusap bagian belakang punggung sang istri, tersenyum samar dan berbisik.
"Siapa saja yang kamu lihat malam ini, Sayang?"
Blossom membalas pelukan suaminya. "Beberapa menteri dan juga pengusaha yang kita kenal. Aku juga melihat Celine."
"Siapa Celine?"
"Penyanyi muda yang diisukan sebagai selingkuhan sang perdana menteri."
"Bukankah Nyonya Perdana Menteri ada di sini?"
"Oh yeah, sedang berakting kalau isu itu bukan apa-apa tapi nyatanya?"
"Nyatanya apa?"
"Memang ada sesuatu antara Perdana Menteri dengan penyanyi cantik itu. Mereka saling bertukar senyum dengan diam-diam."
Dante melepaskan pelukannya, menatap istrinya dengan heran. "Bagaiamana kamu bisa tahu hal semacam itu dengan sangat jelas?"
Blossom tertawa lirih. "Radar perempuan, Sayang. Kalian para laki-laki tidak akan mengerti."
Dante tercengang sampai tidak mampu bicara. Ia meninggalkan istrinya untuk berkeliling hanya 15 menit dan Blossom sudah tahu begitu banyak informasi. Mau tidak mau ia mengakui kalau kemampuan istrinya dalam mencari celah berita memang luar biasa. Jangan-jangan semua perempuan memang punya bakat seperti itu? Terbukti adiknya mahir dalam penyamaran.
"Lihat, Sayang. Celine ingin bernyanyi."
Terdengar tepuk tangan sopan saat perempuan sangat cantik dengan penampilan glamour bergaun keemasan, mendekati pianis dan bercaka-cakap sebentar. Tak lama terdengar alunan suara merdu dari penyanyi itu. Blossom memberi tanda pada suaminya untuk melihat ke arah sang perdana menteri berada dan Dante hanya menghela napas panjang. Terlihat jelas, pandangan penuh pemujaan sang perdana menteri pada perempuan yang sedang bernyanyi. Sedangkan sang istri, berdiri tidak jauh dari mereka. Perempuan yang sudah mendampingi perdana menteri selama puluhan tahu itu bersikap cukup tenang, dan seakan tidak terpengaruh oleh sikap suaminya.
"Sayang, kalau kamu harus memilih. Kamu ingin berada di kubu yang mana?" tanya Dante pada istrinya.
Blossom diam sejenak. "Sepertinya kubu sang nyonya. Berteman dengan orang yang sedang tertekan biasa mendapatkan banyak informasi yang kita tidak sangka."
"Bagus, kalian akan makan siang besok?"
"Iya, undangan khusus hanya untuk para nyonya.
"Artinya, aku bisa menjenguk Athena?"
Blossom mengangguk. "Tentu saja, Sayang. Sampaikan salamku dan semoga dia cepat sembuh."
"Pasti. Kamu hati-hati juga."
"Tenang, yang akan kami lakukan hanya memaki-maki para suami."
Dante mengerang dan Blossom tertawa lirih. Bagaimana ia bisa memaki suaminya yang luar biasa baik dan menawan? Hanya istri bodoh dan tidak bahagia yang akan memaki pasangan hidup sendiri. Blossom tidak akan pernah melakukan itu. Ia memuja Dante sepenuh hati, dan suaminya adalah belahan jiwanya.
**
Athena berada di rumah perawatan sudah hampir dua Minggu. Selain memulihkan luka-luka juga kesehatannya. Tim dokter memantaunya 24 jam, memastikan kalau keadaannya membaik. Peluru sudah diambil, dan kini Athena tinggal memulihkan stamina. Meski begitu ketua tim masih tidak mengijinkan Athena kembali ke rumah Rich. Padahal, ia sudah bosan berbaring terus menerus dan mendengar celoteh Neo tentang keadaan rumah Rich. Ia merindukan Gordon dan yang lain. Tentu saja, ia juga merindukan Rich.
Ia berpikir, apa yang sedang dilakukan Rich sekarang? Biasanya sore di hari libur, laki-laki itu akan tetap bekerja. Seolah seumur hidup waktunya hanya untuk mencari uang. Jarang sekali Rich pergi ke tempat hiburan, ke klub pun biasanya karena ada undangan seseorang. Apakah Rich tidak pernah lelah bekerja? Athena ingat pernah bertanya soal itu dan jawabannya sungguh membuat termenung.
"Menjadi anak seorang miliarder, bukan hanya soal kesenangan. Melainkan juga tangguh jawab yang besar untuk harta, dan jutaan pekerjaan. Aku tidak ingin orang mengecapku sebagai anak yang hanya bisa berfoya-foya menghabiskan uang keluarga. Lagi pula ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada kami."
Sebuah pemikiran hebat dan Athena di luar kesadarannya merasa sangat kagum. Ia banyak menyamar di berbagai belahan dunia. Menangani banyak kasus, bertemu dengan macam-macam manusia termasuk miliarder tapi Rich termasuk salah satu orang kaya yang hebat. Mengerti benar arti tanggung jawab. Tanpa sadar Athena tersenyum saat mengingat Rich.
Ia duduk di kursi kayu, menatap halaman kecil yang teduh dengan banyak bunga. Tidak seindah dan seluas taman Rich tapi cukup membuatnya nyaman. Rumah kecil ini memang dibuat khusus untuknya saat sedang istirahat, tidak ada pekerjaan atau seperti sekarang, sedang pemulihan. Koki tersedia 24 jam, memasak apa pun yang diinginkannya. Termasuk juga para pegawai yang akan melakukan apa pun yang dimintanya. Kecuali satu hal yang tidak bisa dilakukannya adalah keluar dari rumah mungil ini tanpa ijin.
"Athena, ada tamu untukmu."
Athena terkesiap, saat pintu pagar dibuka dan seorang pengawas perempuan berseragam hitam memberitahunya tentang kedatangan tamu. Seingatnya tidak sembarangan orang bisa datang ke tempat ini, kecuali yang mempunya hubungan khusus dengannya. Ia berdiri dari kursi, menatap penuh harap ke arah pagar yang terbuka. Kemunculan sosok laki-laki dengan rambut dikuncir membuatnya terbelalak.
"Kakak!"
Dante menghampiri Athena dan membiarkan tubuhnya ditubruk. Ia mengangkat tubuh Athena dan memutar di udara.
"Adik kecilku, bagaimana luka-lukamu?" tanya Dante setelah melepaskan diri dari pelukan Athena.
Athena tergelak, menggerakkan bahunya. "Lihat sendiri, Kak. Aku sudah sehat."
Dante mengusap bahu Athena, tanpa diduga menekan sekuat tenaga dan membuat Athena berteriak. "Lihat, itu artinya kamu belum sembuh dan masih membutuhkan istirahat."
Athena mencebik, menatap Dante dengan kesal. Mesk begitu kekesalan yang dirasakannya hanya sesaat. Pertemuan dengan sang kakak adalah sesuatu yang menggembirakan setelah terkurung di rumah ini.
"Kenapa Kakak bisa kemari? Aku nggak nyangka mereka akan mengijinkanmu datang."
Dante tergelak, mengamati wajah adiknya yang pucat. "Tentu saja mereka harus mengijinkanku. Tidak akan ada seorang kakak yang diam saja saat mendengar adiknya terluka. Sebenarnya bukan seorang tapi dua orang, aku yakin Drex akan meratakan tempat ini kalau mereka tidak mengijinkan aku datang menjenguk."
Athena tergelak, tidak meragukan perkataan Dante. Siapa pun yang mengenal Drex pasti tahu bagaimana karakternya. Harus diakui, Athena merasa sangat bahagia punya dua kakak yang begitu perhatian dan penuh cinta dengannya. Tidak pernah melupakan apalagi mengabaikannya, bahkan saat mereka berjauhan sekalipun.
Sering kali Athena harus berada di luar negeri selama berbulan-bulan, dan sambutan hangat selalu diterima saat kembali. Kedua kakaknya tidak akan segan menolongnya saat ia membutuhkan bantuan.
"Kak Drex tidak bisa kemana-mana sekarang, karena harus menjaga bayinya."
"Memang, tapi bukan berarti dia tidak punya kemampuan untuk marah bukan?"
"Tidak bisa diragukan lagi. Bagaimana kabar Kakak Ipar? Kehamilannya lancar?"
Dante mengangguk. "Sejauh ini lancar. Sekarang Blossom sedang menemani istri perdana menteri minum teh sambil memaki para suami."
.
.
.
Di Karyakarsa sudah tamat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro