Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12b

Dua tubuh telanjang menyatu di atas ranjang yang berantakan. Si laki-laki bergerak cepat, menyentak dan menghujam ke dalam tubuh perempuan yang sedang menelungkup di bawahnya. Ia menarik rambut pasangannya, mencium leher dan mendesiskan kata-kata kotor penuh makian. Selalu seperti ini, ioa dibuat tidak berdaya pada perempuan yang ditidurinya.

"Kenapa kamu begitu binal, dan jalang, hah! Sudah lama tidak ditiduri, heh!"

Desahan laki-laki di atasnya membuat si perempuan makin bergairah.

"Hanya kamu yang meniduriku. Bilang saja kalau sudah tidak sanggup, biar aku mencari yang lain."

"Jalang! Rupanya ingin diperkosa!"

Si laki-laki menggulingkan tubuh perempuan itu, membuka paha lebar-lebar dan kembali mendesak dengan keras dan kuat. Tidak memberikan kesempatan pada perempuan itu untuk bernapas. Ia ingin menunjukkan kemampuannya, kekuasaannya, dan juga caranya menundukkan perempuan dengan hasrat menggebu. Harus diakui, kalau teman bermain sex-nya kali ini sangat luas biasa. Selalu panas, sedikit pemberontak tapi sangat liar di ranjang. Rupanya, ia mendapatkan pasangan yang sepadan di ranjang.

"Ini yang kamu inginkan? hah!"

"Yaah, terus. Lebih keras lagi."

"Laki-laki itu tidak pernah menyetubuhimu seperti ini?"

"Tidaak, karena itu kamu yang harus melakukannya."

"Jalang!"

"Bajingan!"

Keduanya saling memaki dan sex berakhir memuaskan. Si laki-laki bergegas ke kamar mandi, untuk mencuci muka, dan merokok. Sedangkan si perempuan menutupi tubuhnya dengan jubah.

"Bagaimana dengan Rich. Dapat kabar terbaru?" tanya laki-laki itu.

"Ehm, laporan sudah aku email padamu. Baca dan pelajari."

"Apakah itu informasi akurat?"

Perempuan itu mendongak. "Masih meragukanku?"

"Tidak, tapi aku ingin berhati-hati. Jangan sampai gagal lagi."

"Kegagalan itu bukan karena aku tapi karena orang-orangmu yang tidak becus bekerja!"

Si laki-laki mengepalkan tangan kiri demi menahan amarah. Meskipun tidak suka tapi apa yang dikatakan kekasihnya memang benar. Kegagalan dalam membunuh Rich, lebih banyak dikarenakan oleh kebodohan anak buahnya. Ia mengakui itu.

"Aku harus pergi."

Si perempuan menghampiri laki-laki yang berdiri di dekat jendela dan mengecupnya.

"Jangan lupa tranferannya."

Setelah si perempuan menghilang di balik pintu, ia meraih ponsel dan mengirim sejumlah uang untuk perempuan itu. Tidak ada yang gratis di dunia, bahkan untuk mencari informasi ia harus memuaskan perempuan itu dulu lalu memberikan sejumlah uang. Tidak murah memang. Namun ia menganggap selalu ada harga untuk leher Rich yang berharga.

"Sang tuan akan senang kalau aku berhasil membunuh bocah itu," gumamnya dengan bibir menyunggingkan senyum.

**

Rumah sakit ramai oleh pengunjung. Rich datang bersama tim pengawal melalui pintu samping menuju ruang VVIP. Chek up kesehatan menjadi agenda rutin untuk Rich. Dengan begitu ia bisa mengatisipasi kalau dirasa ada yang salah dengan tubuh Rich. Beberapa dokter dan suster membantu Rich dari mulai pemeriksaan darah, suhu tubuh, detak jantung, dan banyak lagi. Membutuhkan waktu kurang lebih satu jam sampai semuanya selesai.

"Apakah ini berarti kondisiku dalam keadaan sehat, Dok?" Rich bertanya pada dokter yang baru saja memeriksa tubuhnya.

Si dokter adalah laki-laki berumur lima puluhan tahun dengan tubuh kurus dan kacamata bergagang emas. Menatap Rich dengan senyum hangat.

"Sejauh ini Tuan berhasil menjaga kesehatan. Begitu pula Papa Anda. Beliau juga hebat menjaga stamina."

"Hahaha, orang tua itu memang kurang ajar dalam menjaga kesehatan."

"Kamu mencontoh papamu dengan sangat baik, Rich."

Selesai memeriksa, Rich membeli roti di lobi rumah sakit. Membagikan pada Athena dan yang lain. Tidak berhenti menerima panggilan yang membuat langkahnya tertahan. Athena meminta pada timnya untuk waspada. Mereka berada di keramaian dan tidak ada yang tahu siapa yang benar-benar pasien, dan siapa yang menyamar sebagai pasien. Mereka mekangkah beriringan dan sesekali memutari Rich.

"Kalian bisa nggak sedikit santai?" tegur Rich sambil memandang Athena yang menegang. "Kita di rumah sakit ini, bukan di klub."

"Tuan, penyerangan bisa terjadi di mana saja. Saat di tempat umum seperti ini, sangat menakutkan."

"Baiklah, kita pulang sekarang. Bisa-bisa kalian semua kena stroke karena terlalu tegang."

Tiba di teras rumah sakit, Gordon dan Athena bergegas mengambil mobil. Yang lain menjaga Rich yang masih sibuk menelepon. Athena membawa mobil perlahan menghampiri Rich. Mengantri karena ada beberapa mobil di depannya.

Rich yang sedang mendapatkan telepon dari klien, merasa terganggu dengan banyaknya orang di teras. Ia mundur, mencari tempat yang sedikit sepi agar pembicaraan terdengar jelas. Orang-orang berlalu lalang, ramai sekali. Rich menatap Athena yang berdiri di dekat mobil. Membuka pintu belakang dan memberinya tanda untuk masuk. Masih dengan ponsel di tangan, Rich bergegas menghampiri kendaraan.

Saat itulah terdengar suara letusan. Athena bergerak cepat menghampiri Rich dan membanting tubuhnya ke lantai. Terjadi kepanikan yang luar biasa saat orang-orang berteriak dan berhamburan keluar. Tim menyebar, melindungi Rich dan Athena.

"Jangan di sini. Gordon, Samel, arah angka sembilan! Cepaat!" teriak Athena.

Gordon mengangguk, mengacungkan pistol begitu pula Samel. Mereka berusaha mencari pelaku. Terdengar tembakan kedua, menyasar pada pengunjung.

"Tuan, tetap di sini. Jangan bergerak!" perintah Athena.

"Ya." Rich terdiam, memiringkan wajah.

Athena bangkit, memandang arah datangnya letusan dan berteriak dengan pistol teracung ke atas. Ia menembak dua kali ke udara. "SEMUA TIARAP!"

Orang-orang merunduk di lantai, dan kini terlihat jelas dua laki-laki di depan Athena. Ia menembak cepat, memberondongi mereka dengan peluru. Satu terkapar, satu lagi bersembunyi di balik pilar.

"Ugo, jaga Tuan!"

Ia tidak menunggu perintahnya dipatuhi, di belakangnya terdengar letusan. Athena menoleh untuk memastikan Rich tidak tertembak. Hanya sedetik berpaling dan satu peluru bersarang di bahunya.

"Drakee!"

Rich berteriak saat melihat Athena tertembak. Ingin berlari menghampiri tapi Ugo menahan tubuhnya.

"Drake tertembak!"

"Saya tahu, Tuan. Tapi Tuan tetap harus di sini."

Athena menahan sakit, merunduk untuk menghindari berondongan peluru dan sekali lagi menarik pelatuk. Penembak terakhir ambruk ke lantai. Ia menghela napas panjang, meraih ponsel dan melakukan panggilan cepat.

"Neo, aku tertembak. Jemput aku sekarang di rumah sakit."

"Noted!"

Sunyi, tidak ada lagi suara tembakan. Gordon dan Samel dibantu Ego memeriksa keadaan dan memastikan penembak lima orang semuanya tewas. Rich menyingkirkan Ugo dari atas tubuhnya, berlari menghampiri Athena.

"Drake, kamu nggak apa-apa? Darahnya banyaak. DOKTER! SUSTER!" Drake berteriak panik.

Teriakan tidak membuahkan hasil, para petugas medis sedang sibuk menenangkan orang-orang dan mengobati yang terluka. Athena meremas jemari Rich tanpa sadar dan berkata dengan suara parau.

"Tuan, bantuan sedang kemari. Kita tidak akan kemana-mana sampai mereka datang."

"Tapi, kamu terluka?"

"Memang, dan pihak agency yang akan membantu saya. Bukan di rumah sakit ini."

Dokter datang memberikan pertolongan pertama, menghentikan darah di bahu Athena. Meski begitu Athena tidak mau dipindah ke dalam. Dua mobil berhenti di dekat mereka, beberap laki-laki berpakaian serba hitam keluar. Mereka menghampiri Athena.

"Tuan, saya pergi dulu untuk menyembuhkan luka-luka."

"Tapi—"

"Saya akan kembali, segera!"

Rich berdiri tidak berdaya saat melihat Athena dipapah masuk ke mobil hitam. Dua laki-laki berpakaian hitam tetap tinggal untuk menjaganya. Saat mobil yang membawa Athena meninggalkan halaman, Rich merasa dadanya sangat berat. Seolah dipaksa berpisah dengan Athena dan tidak akan bertemu lagi.

"Drake, kamu harus kuat dan kembali ke sisiku."

**

Extra

Dua hari sudah dari semenjak Athena pergi dan sama sekali belum ada kabar. Gordon dan yang lain merasa sangat kuatir. Rich memutuskan untuk sementara tidak keluar rumah, sampai Athena kembali. Selain itu polisi dan detektif datang silih bergantituk meminta keterangan.

Gordon menatap dua laki-laki berpakain hitam yang menjadi pengganti Athena. Keduanya bersikap seperti robot yang kaku dan bukan manusia.

"Aku heran, apa mereka tidak capek duduk begitu?" gumam Gordon pada Ego.

"Entahlah, aku sendiri pun heran. Tadi aku menawari kopi dan mereka hanya menatap sekilas."

"Mereka seperti bukan manusia."

"Ehm, aku merindukan Drake."

"Yeah, aku juga."

Samel yang mendengar percakapan mereka hanya menghela napas panjang. Secara otomatis kepalanya terangkat dan memandang ke arah balkon. Ada Rich yang berdiri mematung dengan minuman di tangan. Bukan hanya mereka yang merindukan Athena. Rich bahkan terlihat lebih sengsara.
.
.
.
Di Karyakarsa sebentar lagi ending.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro