Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

He's A Vampire, duh

Happy Halloween🎃 Let's enjoy this night with vampire Mingi and human Seonghwa, 2k++ words, a little bit spicy tapi gak sampe smut kok 😅 Selamat membaca.

[ Mingi X Seonghwa ]

Beberapa botol cat air tergeletak di sisi kiri tangan Seonghwa, sementara tangan kanannya tengah sibuk melukis warna-warna tersebut di atas kanvas. Park Seonghwa begitu fokus sampai tak sadar bahwa ia menyenggol salah satu botol cat air yang terbuka.

Tetapi sebelum botol berisikan cat warna hijau itu menyentuh lantai, sebuah tangan telah lebih dulu menangkapnya.

"Lain kali hati-hati."

Seonghwa tersenyum dan kembali menaruh botol cat itu di meja. "Nice catch."

Sosok di hadapan Seonghwa menyeringai jail, ia yang tadinya bermaksud untuk duduk di pinggiran jendela kamar Seonghwa, menjadi duduk di tepian tempat tidur sang lelaki Park.

"Apa yang kau gambar?"

"Hutan."

"Apakah ada aku di dalamnya?"

Song Mingi memang selalu begitu, tidak ada habisnya ia menggoda Seonghwa. Dan Mingi dengan senang hati akan melakukannya terus menerus agar dapat melihat gurat kemerahan pada pipi Seonghwa yang tersipu.

"Tidak ada," jawab Seonghwa acuh. "Kau mampir ke sini hampir setiap malam, untuk apa aku melukismu?"

Mingi terkekeh, ia menggenggam tangan Seonghwa dengan lembut. Kontras dari kedua suhu tubuh yang berbeda membuat Seonghwa berjengit sebentar untuk beradaptasi.

"Mau melihat bintang bersamaku?"

Tawaran yang tidak bisa Seonghwa tolak adalah melihat bintang. Bukan sekedar melihat lewat balkon atau tepi jendela, melainkan di puncak pohon pinus yang tinggi di mana Mingi membawa dirinya ke atas sana. Dan Seonghwa bisa merasakan sensasi menyentuh bintang secara langsung.

Privilege karena berteman dengan seorang vampir.

"Bagaimana jika aku menolak?" Kali ini, Seonghwa yang balik menggoda.

Mingi tidak menjawab, ia menarik kursi yang Seonghwa duduki dan mendekatkan bibirnya pada leher lelaki itu. "I'm going to bite you."

Itu hanya gurauan, tentu saja. Tetapi ketika bibir Mingi menyentuh leher Seonghwa disertai sensasi dingin dari taringnya, Seonghwa hanya mampu menutup mata. Sang vampir bergerak menjauh dengan kurang ajarnya, menatap wajah Seonghwa yang memerah malu.

"Jadi?"

Seonghwa mengangguk, "Baiklah, aku ambil jaket dulu."

Tidak butuh waktu lama bagi Mingi untuk menggendong tubuh Seonghwa dan mendekapnya erat ketika kakinya berlari dengan kencang. Menembus gelapnya hutan dan pepohonan yang menjulang.

Mingi melakukannya agar Seonghwa dapat melihat bintang.

*****

Seonghwa mengerjap ketika Mingi mengusap pipinya perlahan. "Aku ketiduran ya?" Ia menyadari bahwa tubuhnya sudah terbaring di kasur dengan Mingi yang duduk di sisinya.

"Hmm hmm, kurasa kau kelelahan." Mingi tersenyum. "Tidurlah."

"Bagaimana denganmu?"

"Vampir tidak pernah tidur, Seonghwa."

Seonghwa tahu itu, tapi ia hanya ingin Mingi berbaring di sisinya sedikit lebih lama.

"Kau tahu aku bisa membaca pikiranmu bukan?"

Dengusan kasar terlontar dari bibir Seonghwa. "Hentikan."

Mingi terkekeh lalu menunduk untuk memberi kecupan ringan pada pelipis Seonghwa, "Selamat malam."

Lalu Mingi melangkah pergi atau lebih tepatnya melompat keluar dari jendela kamar tidur Seonghwa. Ia selalu begitu, datang mendadak dan pergi sesuka hati. Namun, Seonghwa tahu ia tak punya kuasa untuk melarang. Bukan karena ia takut, tetapi karena Seonghwa sudah jatuh pada pesona sang vampir.

*****

Lukisan Seonghwa sudah jadi. Ternyata butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyelesaikannya. Tiga hari. Entah apa yang membuat Seonghwa menjadi kehilangan fokus akhir-akhir ini sehingga lukisannya menjadi terbengkalai.

Mungkin karena sang vampir tak pernah mengunjunginya lagi.

Sudah tiga hari Mingi tidak datang. Biasanya hampir setiap hari ia menampakkan diri di tepi jendela Seonghwa dan sudah tiga hari ini Seonghwa menunggunya seperti orang bodoh.

Suara ketukan lemah terdengar di jendela kamar Seonghwa, ia menoleh dan mendapati Mingi tersenyum kecil padanya.

"Hai."

Seonghwa tidak menjawab dan memperhatikan Mingi yang terlihat kesakitan, sampai ia sadar bahwa kaos putih yang Mingi kenakan bebercak kemerahan. Cepat-cepat Seonghwa menyuruh Mingi untuk duduk di tepi kasurnya sementara ia mengambil kotak P3K. Jemari Seonghwa bergerak untuk melepas kaos Mingi dan ia terkejut. Terdapat goresan panjang mulai dari bahu sampai ke dadanya, seperti dicakar oleh hewan buas.

"Mingi, apa yang terjadi?"

"Jongho." Jawab Mingi. "Aku bertarung dengannya."

Seonghwa masih kebingungan sampai Mingi menjelaskan bahwa Jongho adalah seorang werewolf yang merupakan musuh bebuyutannya dan kemudian mereka bertarung.

"Ternyata, vampir bertarung dengan manusia serigala itu benar adanya ya." Gumam Seonghwa. Ia berdiri di hadapan lelaki itu dan mulai mengobati lukanya. "Katakan saja jika terasa sakit."

Sepertinya baru kali ini Mingi benar-benar memperhatikan Seonghwa. Poninya yang jatuh sampai ke dahi, wajahnya yang indah dan bibirnya yang kemerahan.

Tangan kanan Mingi membingkai wajah Seonghwa, hidung keduanya bersentuhan dan Mingi mengusak kecil disana. Ia menarik tubuh Seonghwa mendekat, merasakan hangat yang menjalar dan bercampur dengan suhu tubuhnya yang dingin.

Seonghwa begitu hangat dan Mingi begitu pucat.

"Aku merindukanmu." Bisik Seonghwa di depan bibir Mingi, jemarinya tersemat dihelaian rambut sang vampir. Menciptakan afeksi candu yang membuat Mingi melayang.

Lalu bibir keduanya bertemu. Tangan kokoh Mingi membawa tubuh Seonghwa ke atas pangkuannya. Seonghwa tak tinggal diam, telapak tangannya yang bebas mengusap punggung telanjang Mingi sementara sang vampir mencumbunya semakin dalam. Mereka tidak pernah sejauh ini sebelumnya, tetapi Seonghwa tahu bahwa Mingi telah menginginkan ini sejak lama.

Seonghwa sedikit meringis ketika taring Mingi mengenai lidahnya, tapi itu bukan masalah. Sang lelaki Park menyukainya. Ciuman Mingi beralih ke leher Seonghwa, membawa taringnya untuk merasakan kulit lelaki itu lebih dalam. Tetapi sebelum Mingi kehilangan akal sehat, ia bergerak menjauh.

"Kau seharusnya takut padaku." Bisik Mingi sambil mengusap lembut pinggang Seonghwa, kontras sekali dengan ucapannya barusan.

"Kenapa aku harus takut?" Tangan Seonghwa menangkup wajah Mingi, wajah tampan yang tak pernah membuatnya bosan.

"Kita berbeda, Hwa."

"Itu bukan suatu masalah, Mingi." Seonghwa berusaha meyakinkan vampir di hadapannya ini, "Kau tidak akan menyakitiku."

"Tetapi kau akan meninggalkanku." Mingi bangkit dari duduknya, membuat Seonghwa mau tak mau ikut berdiri, "Kau akan kembali ke kota."

Itu benar. Seonghwa tinggal dirumah ini hanya untuk sementara, lebih tepatnya saat liburan musim panas dan musim dingin tiba. Karena sesungguhnya, Seonghwa adalah seorang mahasiswa yang tinggal jauh di tengah kota, di apartemen kecil yang ia sewa. Bukan di pinggiran kota tempat orangtuanya tinggal.

"Kau telah meninggalkanku lebih dulu, Mingi."

Sang vampir menatap Seonghwa dengan nyalang, "Apa maksudmu?"

"Kau selalu datang dan pergi sesuka hatimu, kau tidak pernah mau menemaniku untuk melukis atau berbaring walau hanya sebentar, kau tidak serius denganku." Seonghwa meremat ujung kaosnya, "Aku bukan tempat persinggahanmu, Mingi."

Mingi terdiam dan ia tahu bahwa ia telah memberi harapan pada seorang manusia yang menaruh hati padanya.

"Sudah semakin malam dan kurasa kau harus pergi." Ujar Seonghwa, ia memungut kaos Mingi yang tergeletak di lantai lalu menyerahkannya pada sang pemilik.

"Kau benar, aku harus pergi. Terima kasih, Seonghwa."

Detik berikutnya, Mingi menghilang dengan kecepatan cahaya. Ia pergi tanpa memakai kaosnya, ia pergi dengan lukanya yang masih basah, ia pergi tanpa meniggalkan kecupan untuk Seonghwa.

*****

Sudah satu bulan lamanya dan Seonghwa harus kembali beradaptasi pada cuaca panas di sini, berbeda dengan udara dingin di pinggiran kota tempat kedua orangtuanya tinggal.

"Kau melamun lagi."

Seonghwa mengerjap lalu menatap Yunho yang berdiri dihadapannya.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, tentu. Hanya saja, kembali masuk kuliah setelah liburan membuatku sedikit bingung." Jawab Seonghwa, berusaha seramah mungkin.

"I know right," Yunho memutar bola matanya malas, "San mengadakan pesta malam ini, kau mau ikut?"

Pesta terdengar menyenangkan tetapi Seonghwa memilih untuk menggeleng, "Aku sibuk."

"Jika sibuk yang kau maksud adalah melukis di dalam apartemenmu yang menyedihkan, maka aku akan menyeretmu ke rumah San!"

Seonghwa terkekeh, "Apartemenku tidak menyedihkan dan aku tidak melukis lagi."

"Kenapa?"

Karena ketika Seonghwa kembali ke kota dan mencoba melukis lagi, ia berilusi bahwa Mingi tengah menatapnya di tepi jendela dan berakhir Seonghwa merobek lukisannya dengan marah.

"Tidak apa-apa, hanya sedang bosan." Seonghwa melirik jam tangannya, "Aku harus segera pulang, sampai jumpa lagi, Yunho!"

Yunho melambaikan tangannya, ia tahu Seonghwa tidak baik-baik saja setelah liburan di kediaman orangtuanya. Tetapi Yunho tidak bertanya, Seonghwa pasti akan bercerita jika ia sudah siap.

*****

Antara langsung pulang ke apartemen atau membeli segelas jus jeruk, Seonghwa kebingungan dengan pilihan di dalam otaknya. Disatu sisi, ia lelah dan ingin cepat-cepat tidur, tetapi ia juga kepanasan dan butuh minuman menyegarkan. Sambil berjalan di halaman kampusnya, Seonghwa menimbang-nimbang mana keputusan yang paling tepat. Sampai netranya jatuh pada sosok yang tengah berdiri di bawah pohon. Semuanya serba hitam, mulai dari celana, hoodie, dan kacamata. Dan pandangan keduanya bertemu. Seonghwa jelas mengenalnya, meski dengan pakaian serba hitam dan tudung hoodie yang menutupi separuh wajahnya.

Apa yang Mingi lakukan disini? Di kampusnya? Di bawah terik matahari?

"Mingi?" Seonghwa berjalan mendekatinya dan benar saja itu adalah sang vampir yang ia kenal, "Apa yang kau lakukan di sini? Kau bisa terbakar--"

"Senang bertemu denganmu lagi, Seonghwa."

Tanpa mengatakan apapun, Seonghwa segera menarik Mingi untuk pergi dari sana. Tentu saja dengan buru-buru, Seonghwa tidak ingin Mingi menjadi tontonan orang-orang karena kulitnya yang mungkin sudah terbakar.

*****

Sesudah mengunci pintu apartemen dan menutup seluruh tirai jendela, Seonghwa menyuruh Mingi untuk masuk ke dalam kamar. Dalam hati, Seonghwa bersyukur karena ia menolak ajakan Yunho untuk datang ke pesta milik San malam ini.

"Buka bajumu, aku harus melihat apakah kau terluka, terbakar, atau semacamnya."

Mingi tersenyum kecil, ia menyadari bahwa ia begitu merindukan omelan dari mulut Seonghwa. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir."

"Aku tidak khawatir, aku marah."

Pemandangan Seonghwa yang berkacak pinggang di hadapannya membuat Mingi merasa bersalah.

"Apa yang kau pikirkan dengan mendatangiku ke kota? Jika orang-orang tahu kau adalah vampir, kau bisa dibunuh. Tidakkah kau takut akan hal itu?"

"Aku lebih takut kehilanganmu."

Seonghwa terdiam.

"Kau pergi tanpa berpamitan, Hwa."

Seonghwa mengalihkan pandangannya, menahan air mata yang akan jatuh.

"Aku tahu aku pergi dengan kurang ajar malam itu, aku menunggu lukaku untuk sembuh selama beberapa hari. Dan ketika aku kembali, jendelamu tertutup. Aku mengetuknya beberapa kali tetapi kau tidak keluar. Aku kira kau marah, sampai aku menyadari bahwa jendelamu terkunci dan lampu di dalam kamarmu tidak pernah menyala lagi. Dan ternyata, kau sudah pergi."

"Kau sendiri yang bilang bahwa seharusnya aku takut padamu."

Kedua tangan Mingi sudah merengkuh pinggang Seonghwa, tak lupa hidungnya mengusak leher sang lelaki Park. Merasakan kehangatan yang sudah lama ia rindukan. "Aku tahu." Bisik Mingi, "Aku sadar bahwa aku tak bisa hidup tanpamu."

"Usiamu seratus tahun lebih tua dariku, Mingi. Kita berbeda dalam banyak hal dan aku pikir kita tidak bisa bersama--"

"Aku mencintaimu, Seonghwa." Gumam Mingi. "Oleh sebab itu aku datang kemari, untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu. Tak peduli kita berbeda, tak peduli aku seratus tahun lebih tua, tak peduli bahwa kau tinggal jauh di tengah kota."

Setetes air mata mengalir di pipi Seonghwa dan jemari Mingi mengusapnya dengan lembut. Hatinya melemah, Seonghwa tahu ia benar-benar telah jatuh cinta pada sang vampir.

"Bagaimana denganmu? Kita tinggal di tempat yang berbeda."

"Aku rasa kita bisa melakukannya, seperti yang manusia katakan... emmm hubungan jarak jauh?"

Seonghwa tersenyum, "Benar. Tetapi bagaimana jika kau berkelahi dan tubuhmu terluka?"

"Aku akan datang ke kota dan memintamu untuk mengobatinya."

Kekehan ringan mengalir dari bibir Seonghwa, Mingi bernapas lega dan menyatukan dahi keduanya.

"Aku akan selalu datang kepadamu, Seonghwa."

"Kau berjanji?"

Mingi mengangguk, "Aku berjanji."

Dan Seonghwa memilih untuk percaya.

*****

Berat.

Mingi merasakan sesuatu menimpa tubuhnya dan ketika ia mengerjap, itu adalah Seonghwa yang tengah terlelap. Hal terakhir yang Mingi ingat adalah ia mencium Seonghwa setelah percakapan melelahkan keduanya. Lalu Seonghwa membalas ciumannya dan Mingi merapatkan tubuh mereka pada dinding.

Dan keduanya berakhir di atas ranjang.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, sepertinya mereka bercinta terlalu lama hingga lupa waktu dan Seonghwa kelelahan seperti ini. Mingi tersenyum, mengusap rambut Seonghwa dengan sayang dan menatap hembusan napas kekasihnya yang teratur. Bahkan dengan rambut acak-acakan pun Seonghwa tetap terlihat luar biasa.

"Hmm, Mingi.."

"Ya, Sayang?"

"Hentikan, aku masih ingin tidur." Seonghwa berdecak pelan. "Kau beringas sekali tadi."

"Benarkah? Lalu siapa tadi yang berkata 'I want to ride your coc--"

"MINGI!"

Sang vampir terbahak dan merengkuh tubuh Seonghwa lebih erat. "Kau hangat."

"Dan kau dingin." Balas Seonghwa, "Tapi aku menyukainya."

"Kalau begitu, aku tidak akan pergi."

Seonghwa mengerjap, "Benarkah?"

"Ya, karena kau bukan sekedar tempat persinggahanku, Seonghwa." Jemari Mingi menyentuh ujung dagu kekasihnya, "Apakah kau keberatan?"

Gelengan kepala Seonghwa berikan sebagai jawaban, "Tidak sama sekali. Tapi, bagaimana dengan hubungan jarak jauh yang kita bicarakan?"

"Kita bisa melakukannya nanti, besok, atau mungkin tidak sama sekali? Kau tahu sendiri bahwa aku tidak bisa jauh darimu." Mingi tersenyum ketika gurat kemerahan itu muncul lagi dikedua pipi Seonghwa, "Pikirkan hal itu nanti. Sekarang, aku masih ingin memelukmu lebih lama."

Seonghwa tersenyum lalu menyamankan pelukannya pada tubuh Mingi. I love you.

"I love you more, Hwa."

---

A/N :

Pertama kalinya nulis vampire au dan semoga saja imagine ini tidak aneh. Terima kasih sudah mau baca ☺


Bonus vampire Mingi because he looks so goddamn hot😩💀

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro