Nobody Gotta Know (pt.2)
disarankan baca yang part 1 dulu ya :D
[ Wooyoung X San ]
Hari itu, Wooyoung mengantar San pulang ke rumah, walaupun San bilang Wooyoung tidak perlu melakukan itu namun lelaki apatis tersebut tetap bersikeras dan San hanya mampu menghela napas.
Keduanya dekat, sangat dekat. San juga punya teman baru bernama Yunho. Lelaki jangkung itu merupakan teman Wooyoung, orangnya baik dan suka melucu, dapat membuat San terbahak dan melupakan masalahnya sejenak.
"Wooyoung."
"Ya?"
San mengulas senyum, "Terima kasih sudah mengantarku pulang, lagi."
"Tidak masalah."
Kemudian Wooyoung melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan, lantas berbalik meninggalkan San yang masih mengulas senyum manisnya serta detak jantung yang tanpa sadar meningkat dua kali lipat.
*****
Sejak kejadian dimana Wooyoung menyelamatkan San di tengah koridor, kehidupannya berubah 180 derajat. Sekarang, semua orang menyadari keberadaan dirinya. Wooyoung yang tadinya bukan siapa-siapa, mendadak jadi buah bibir di semua kalangan. Ia bahkan disebut-sebut sebagai kekasih San.
Tapi Wooyoung tidak ambil pusing, toh, itu semua hanya rumor, lagipula persahabatannya dengan San jauh lebih penting. Ah, sahabat ya? Mereka bahkan baru dekat selama dua minggu, namun Wooyoung sudah menyebut San sahabatnya. Memalukan.
Pernah di suatu sore, San menahan Wooyoung untuk tidak langsung pulang. Lelaki itu membawa Wooyoung ke dalam kamarnya, kemudian menumpahkan semua isi hatinya. San bercerita tentang jati dirinya, bagaimana ketika ia mengetahui bahwa dirinya menyimpang hingga ketika dirinya menjadi bahan taruhan Hongjoong si kakak kelas. Lelaki itu rapuh, membuat Wooyoung mendekat untuk merengkuh. San menangis, terisak di bahu Wooyoung.
Pertahanan diri Wooyoung diuji, ia melepas rengkuhannya dan membingkai wajah San dengan kedua tangannya. Wooyoung mendekatkan wajahnya, sangat dekat, hingga bibir keduanya hampir bersentuhan.
Hampir.
Pada akhirnya, Wooyoung hanya mengusap sisa air mata di pipi San. Ia merapal kata maaf di dalam hati, karena dirinya nyaris lepas kendali.
Sabar, jangan sekarang, belum waktunya.
*****
Yunho melangkah mendekati Wooyoung yang sedang berbincang dengan San di koridor. "Hari ini kita jadi kerja kelompok kan?"
San mengangguk antusias, "Terima kasih sudah mengajakku berkelompok, Yunho."
Pria jangkung itu terkekeh, "Ey, santai saja. Wooyoung juga tidak keberatan, bukan begitu Woo?''
Wooyoung mengangguk, "Aku mengambil buku biologi dulu." Wooyoung berjalan sampai ke depan loker dan membukanya. Ia mengerjap, mendapati isi lokernya yang dipenuhi cairan cat berwarna merah. Dirinya berbalik, menatap San dan lokernya yang mengalami hal serupa. Apa-apaan ini?
"Jung Wooyoung yang malang, kau ikut-ikutan jadi umpan karena berteman dengan San." Hongjoong menepuk bahu Wooyoung sambil tersenyum sinis. "Kenapa kau masih mau berteman dengan makhluk hina itu? Choi San itu parasit, dia hanya bisa merugikan dirimu."
"Berhenti mengganggu San."
Hongjoong mengernyitkan dahinya, "Oh, kau menjadi pengawalnya sekarang?"
Tangan Wooyoung mengepal, Hongjoong sudah di luar batas. Maka ia melayangkan satu tinjuan karena Wooyoung menolak untuk diremehkan. "Berhenti menjadi seorang keparat, Hongjoong." Wooyoung meninggalkan Hongjoong yang mengerang sambil menyentuh wajahnya.
"Maaf Yunho, kerja kelompok hari ini batal." Wooyoung segera menarik lengan San untuk pergi dari sana.
"Wooyoung." San berusaha untuk memanggil Wooyoung yang terlihat menahan amarah itu.
"Wooyoung."
"Jung Wooyoung, berhenti."
Wooyoung berbalik, menatap nyalang lelaki di hadapannya, "Kenapa kau diam saja? Tidak bisakkah kau melawan atau setidaknya--"
"Kenapa kau melakukan itu?''
Wooyoung mengerjap, "Apa?''
"Kenapa kau meninju Hongjoong?"
"Karena ia meremehkan dirimu, San! Tidakkah kau sadar akan hal itu? Aku tidak suka, maka aku meninjunya agar ia--"
"Hentikan, Wooyoung. Hentikan sikapmu yang seperti ini."
"Aku hanya ingin melindungimu."
San tersenyum tipis, "Maka dari itu aku ingin kau berhenti."
"Kenapa?"
"Karena aku semakin tidak bisa menahan perasaanku. Perlakuanmu yang manis dan selalu berada disisiku, membuat aku sadar akan sesuatu." San tersenyum tipis, "Aku menyukaimu, Wooyoung.''
Semuanya terasa semu bagi Wooyoung, ia masih berusaha mencerna perkataan lelaki dihadapannya ini. Perlahan hatinya menghangat dan Wooyoung menghabiskan sisa ruang yang ada diantara ia dan San. Wooyoung mencium San, ciuman yang sudah lama ia impikan. Rasanya seperti mimpi, terlebih ketika kedua lengan San melingkari lehernya, memperdalam ciuman mereka. Jadi, ini waktu yang tepat untuk keduanya? Wooyoung tahu, sabar akan selalu berbuah baik.
Wooyoung tidak ingin melepas, tapi ia tahu San butuh napas, dengan berat hati Wooyoung menyudahi ciuman mereka.
"San."
"Ya?"
"Aku tidak menyesal ketika waktu itu mengajak dirimu berlari untuk pertama kali, aku tidak menyesal telah meninju wajah Hongjoong. Tidak sedetikpun aku menyesal ketika bersamamu."
"Aku mengagumimu, sejak dulu, sejak kita belum saling mengenal. Aku mengagumimu, tapi aku bukan siapa-siapa. Ketika kau menghampiriku di perpustakaan, aku berharap kita akan menjadi teman setelahnya. Tapi kau tak mengingatku dan aku memilih mundur."
"Setiap waktu kuhabiskan untuk mengagumimu." Wooyoung mengusap pipi San dengan ibu jarinya, "Aku menyukaimu, San. Selalu."
Sepanjang hidupnya, San tidak pernah mendengar perkataan setulus ini. San memeluk Wooyoung, terisak kecil di bahu lelaki itu, terharu. Tak lama, ia melepas pelukannya. Senyumnya mengembang, senyum termanis yang pernah ia tunjukkan, hanya untuk Wooyoung.
Keduanya saling mencinta, hanya saja butuh waktu yang tepat untuk mengakuinya. Pada akhirnya, mereka berdua lega, karena kini sudah bisa melaluinya.
---
A/N :
selamat ulang tahun anak ganteng <3
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro