Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Janji Di Musim Gugur

[ Jongho X Yeosang ]

Memasuki bulan September, udara menjadi semakin dingin. Yeosang berencana mengeluarkan persediaan selimut lamanya guna menghangatkan tubuhnya di malam hari. Yeosang benci udara dingin, Yeosang benci ketika tubunya menggigil, Yeosang benci tubuhnya yang lemah.

"Suster, semalam selimutku masih ada tapi pagi ini kok sudah hilang ya?" tanya Yeosang pada Perawat Kim yang kebetulan lewat di depan kamarnya.

"Lho, Yeosang tidak tahu? Nanti akan dibagikan selimut baru untuk semua pasien."

Yeosang mengangguk paham, "Oh, begitu. Tapi kenapa?''

"Ada sumbangan dari seorang donatur, kalau Yeosang beruntung mungkin nanti bisa lihat orangnya. Aku pergi dulu, sampai jumpa, Yeosang."

Yeosang melambaikan tangannya ketika Perawat Kim berlalu dari hadapannya, Yeosang berbalik namun dikejutkan oleh kehadiran seseorang. "Kau siapa?" tanya Yeosang, lelaki di hadapannya ini begitu aneh, berdiri dengan setangkai mawar merah digenggamannya.

"Untukmu." ucapnya sambil menyodorkan mawar tersebut pada Yeosang.

"Aku tidak--"

"Ambil saja."

Walaupun ragu, Yeosang menerima pemberian pria itu. "Terima kasih."

Pria di hadapannya tersenyum lantas melangkah pergi menjauh dari Yeosang.

"Orang aneh." gumamnya.

*****

Pagi ini, Yeosang terbangun dengan kondisi segar. Walaupun udara sudah mulai menusuk sampai ke tulang, Yeosang sama sekali tidak merasakannya. Semua berkat selimut baru yang diberikan dari rumah sakit. Warnanya hijau tua dan luar biasa hangat. Yeosang tidak perlu lagi mengeluarkan koleksi selimut lamanya untuk menutupi tubuh.

Selesai mandi dan sarapan, Yeosang memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman, ia bosan jika harus berdiam diri di kamar sepanjang hari.

Dengan tertatih, Yeosang meraih mantel biru miliknya, tak lupa sepasang sarung tangan hitam dan topi rajut. Selesai bersiap, Yeosang meraih tiang infusnya dan berjalan keluar kamar. Kakinya melangkah sampai ke taman rumah sakit dan duduk di salah satu bangku kayu disana. Udara benar-benar dingin, tapi Yeosang senang karena ia merasa lebih segar pagi ini.

"Kau mau?"

Yeosang menoleh, mendapati pria aneh tempo hari tengah menyodorkan segelas minuman dengan asap mengepul padanya.

"Ini cokelat panas, tidak beracun."

Yeosang mengerjap lalu menerima segelas cokelat panas itu, ''Terima kasih.''

Pria itu tersenyum, "Aku duduk disini ya." Padahal Yeosang belum mengizinkan tapi terlambat karena pria itu sudah mendudukkan diri di sebelah Yeosang.

"Namaku Jongho." Pria itu mengulurkan tangannya, "Bagaimana denganmu?"

"A-Aku Yeosang." Dengan kaku, Yeosang membalas uluran tangan Jongho. "Terima kasih untuk cokelat panasnya."

"Jangan berterima kasih terus."

"Lalu apa yang harus kukatakan?"

Jongho tampak berpikir, "Hmmm, mungkin seperti 'sampai jumpa besok'? Itu terdengar lebih baik."

Yeosang belum sempat menjawab ketika Jongho beranjak dari duduknya.

"Jadi, sampai jumpa besok, Yeosang-ssi."

''Ya, sampai jumpa besok." ucap Yeosang sambil mengukir senyum kecil di bibirnya.

*****

Mereka kembali bertemu pada pagi berikutnya dan seterusnya. Jongho selalu membawa hadiah kecil seperti ubi kukus atau roti keju, walaupun Yeosang bersikeras bahwa hal itu tidak perlu namun Jongho tetap melakukannya.

"Apa kegiatan Hyung hari ini?" tanya Jongho sambil menyeruput teh hijaunya. Setelah beberapa pertemuan yang membuat keduanya semakin dekat, terucap fakta bahwa Yeosang lebih tua satu tahun dari Jongho, oleh sebab itu yang lebih muda memanggilnya hyung.

"Perawat Kim memberiku novel baru jadi aku membacanya, bagaimana denganmu?''

"Hari ini aku minum teh hijau bersama Hyung."

"Hanya itu?"

Jongho mengangguk, "Kegiatanku yang lain tidak berarti, yang penting kan bersama Hyung."

Diam-diam, pipi Yeosang memanas karena perkataan Jongho.

*****

Yeosang sudah hampir terlelap ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya. Dengan malas, dirinya membuka pintu dan mendapati Jongho berdiri dengan senyum dihadapannya.

"Selamat malam, Hyung!"

"Jongho, apa yang kau lakukan disini?"

"Ke taman yuk, Hyung!"

"Ini sudah larut, Jongho."

"Tapi aku sudah menyiapkan kejutan."

Tidak tega, Yeosang mengangguk menyanggupi. Ia memakai mantel lalu keluar dari kamar dengan Jongho di sisinya.

Kejutan yang Jongho maksud adalah sebungkus bungeoppang dengan coklat panas. Yeosang tersenyum melihatnya, jadi ia menerima uluran tangan Jongho dan duduk di sampingnya

"Suka dengan kejutannya?"

Yeosang mengangguk sambil mengunyah bungeoppang di genggamannya.

"Lain kali, aku akan beri Hyung kejutan lagi."

"Seperti apa?"

Jongho tampak berpikir, "Apa ya? Hyung tahu kedai es krim di ujung jalan itu? Ayo ke sana saat musim panas nanti!"

Melihat keantusiasan Jongho membuat Yeosang tersenyum, "Baiklah."

Keduanya terdiam sampai Jongho memanggil yang lebih tua.

"Hyung."

"Ya?"

"Maaf membuatmu terjaga karena aku."

"Tidak apa-apa, aku suka kejutannya kok." Yeosang tersenyum, "Aku juga suka bungeoppang-nya."

"Aku juga suka."

"Bungeoppang-nya?"

"Bukan," Jongho menoleh, "Aku suka Hyung."

Yeosang tidak menyesal menerima ajakan Jongho untuk duduk di taman malam ini. Yeosang tidak menyesal memakan kue berbentuk ikan itu banyak-banyak.

Terlebih, Yeosang tidak menyesal ketika Jongho menciumnya tepat dibibir.

*****

Perawat Kim datang sambil membawa troli makanan berisi sarapan untuk Yeosang. Lelaki itu tersenyum sambil mengucek matanya yang masih setengah mengantuk.

"Biasanya sudah mandi kok sekarang baru bangun?"

Yeosang baru akan menjelaskan tetapi Perawat Kim sudah lebih dahulu menyela. "Tenang, aku sudah tahu kok."

"Eh?"

"Semalam aku melihat kalian berdua di taman, wah romantis sekali ya. Apalagi saat Jongho--"

"Jangan dilanjutkan, aku malu."

Perawat Kim terkekeh lalu menghidangkan sepiring roti lapis dan apel untuk Yeosang. "Jongho anak yang baik, aku percaya padanya."

"Suster tahu dengan Jongho?"

Wanita itu mengangguk, "Ia dulu pasien di sini sebelum memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatannya."

"Pasien?"

"Yeosang tidak tahu?"

Lelaki itu menggeleng, "Memang Jongho sakit apa?"

Yeosang tidak ingat kapan terakhir kali ia menangis, tapi hari ini air matanya jatuh lagi.

*****

Malam ini, mereka kembali bertemu. Yeosanglah yang meminta lebih dahulu yang langsung dibalas anggukan semangat dari Jongho.

"Hyung, maaf aku terlambat." Jongho datang dengan dua coklat panas di genggamannya. Yeosang baru sadar lelaki itu terlihat pucat namun tertutupi oleh senyumnya yang menawan seperti biasa.

"Tidak apa." Yeosang sebisa mungkin terlihat tegar dan tetap tersenyum meskipun sulit.

Keduanya duduk dalam keheningan. Pikiran Yeosang melayang pada percakapannya dengan Perawat Kim tadi pagi.

"Jongho."

"Ya, Hyung?"

"Sudah berapa lama kau sakit?"

"Hyung...tahu?"

Yeosang mengangguk, "Kau ingin membicarakannya?"

Jongho menggeleng, "Lagipula aku yakin Hyung sudah tahu secara garis besarnya bukan?"

Yeosang diam, sebelah tangannya yang bebas menggenggam tangan Jongho.

"Hyung."

"Hmm?"

"Berjanjilah padaku kau akan sembuh."

Yeosang memberi Jongho tatapan teduhnya, "Berjanjilah padaku kau akan selalu ada di sini."

Jongho mendekatkan wajahnya, mengusap pipi Yeosang dengan ibu jarinya yang dingin. Jongho tidak akan pernah bosan memandang wajah lelaki dihadapannya ini. Yeosang cantik, namun bukan cantik yang biasa. Kecantikan Yeosang membuat orang lain merinding, kecantikan itu membuat mereka bermimpi pada pelukan hangat.

"Aku berjanji."

Janji itu terucap bersamaan dengan mendaratnya bibir Jongho di dahi Yeosang.

*****

Sepuluh bulan kemudian....

"Ini pesananmu."

"Terima kasih." Yeosang menerima es krim cone dengan dua rasa tersebut dan mulai mencicipinya.

Yeosang tidak pernah suka selai kacang, tapi ia mulai membiasakan lidahnya karena ini adalah rasa favorit Jongho.

Musim panas di Korea benar-benar ekstrim, tapi bukan masalah berkat es krim yang manis dan menyegarkan. Jongho benar, kedai es krim di ujung jalan itu memang enak. Tapi sayang, Yeosang harus datang sendirian.

Pada suatu malam, mereka berdua kembali menghabiskan waktu di taman rumah sakit kemudian Jongho menyenderkan kepalanya di bahu Yeosang.

"Hyung."

"Hmm?"

"I'm tired."

"Then sleep."

"Okay." Jongho menyamankan posisi kepalanya. "I want to sleep for a long time."

"It's okay, I won't wake you up."

Dan Jongho tidak pernah membuka matanya lagi sejak saat itu.

Jongho menjanjikan es krim dan langit biru, tapi yang tersisa hanyalah angan-angan kelabu.

Jongho belum sempat menepati janjinya, tapi ia sudah berusaha. Ia berusaha bernapas dan tersenyum di tengah penyakit kanker darah yang menggorogoti dirinya. Ia berusaha datang ketika Yeosang memintanya untuk bertemu di malam hari walaupun ia harus menyeka mimisannya berkali-kali.

One day, Jongho said, "I want to protect Hyung with my life." But Jongho doesn't have a life anymore. That's okay.
Jongho will protect Yeosang with his soul.

*****

A/N :

kali ini aku buat Yeosang tetap hidup karena ia menepati janjinya untuk sembuh, tapi aku harus membuat Jongho pergi huhu 🥺

(Yang bertanya-tanya Yeosang sakit apa, aku biarkan kalian berimajinasi sendiri 😚)

By the way aku belum pernah bilang terima kasih ke kalian yang udah dukung book ini, baik untuk pembaca lama dan baru 🥰

Terima kasih untuk vote, komen dan dukungannya. Semoga selalu suka dengan imagine yang aku tulis ya.

(Janji habis ini aku kasih imagine gemes happy ending kasian kalian baca angst mulu)

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro