Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Do You Trust Me?

nb : hybrid au. Aku masih sangat awam dalam menulis hybrid jadi mohon dikoreksi bila ada kesalahan 🙏

[ San X Seonghwa ]

Seonghwa ingat ketika tubuh kurusnya dibawa masuk ke dalam mobil sedan berwarna hitam. Di sisinya terdapat seorang pria dengan senyum manis dan menenangkan. Baik Seonghwa maupun pria itu tidak mengatakan apapun selama di perjalanan.

Tunggu, perjalanan? Seonghwa akan dibawa kemana?

"Kau boleh turun." Pria itu mengulurkan tangannya pada Seonghwa, karena tidak dapat balasan ia menarik tangannya kembali.

"Kita di mana?" Tanya Seonghwa, telinga kelincinya merunduk ketakutan. Ia menatap bangunan minimalis di hadapannya.

"Di rumah."

*****

Dalam hidupnya, Seonghwa selalu berharap dapat tinggal di tempat yang layak. Ia tidak perlu diberi makan tiga kali sehari, cukup beri saja ia bantal dan Seonghwa akan sangat bersyukur.

Seonghwa selalu bermimpi dapat tidur di atas ranjang empuk, bukan kandang sempit dimana Seonghwa dapat mencium bau air seninya sendiri. Dan kali ini, ia mendapatkannya. Pria asing itu memberinya kamar pribadi yang luas.

"Mulai sekarang, ini adalah kamarmu. Semua pakaianmu ada di dalam lemari dan pintu di pojok itu adalah kamar mandi. Kau mengerti?"

Seonghwa mengangguk, telinga kelincinya ikut bergoyang, membuat pria itu terkekeh.

"Sebaiknya kau membersihkan diri, setelah itu temui aku di ruang makan, oke?"

"Baiklah." Seonghwa maju selangkah lalu mengecup pipi pria asing itu, ia selalu diajarkan untuk berterima kasih dengan memberi kontak fisik seperti ciuman. "Terima kasih." Setelahnya, Seonghwa masuk ke dalam kamar mandi sambil menutupi wajahnya yang memerah malu.

*****

Butuh waktu lima belas menit untuk Seonghwa menemukan letak ruang makan. Ia sudah mandi, tubuhnya wangi berkat sabun beraroma melon yang ia gunakan. Seonghwa cukup terlena ketika melihat banyaknya busa yang dihasilkan dari botol sabun tersebut tapi ia cukup tahu diri untuk tidak membuat pria asing itu menunggu.

"Permisi." Seonghwa sudah berdiri di hadapan pria itu, jemarinya memilin ujung sweater yang ia pakai.

"Duduklah."

Seonghwa mengangguk mengiyakan dan segera duduk.

"Eh? Kenapa di lantai?"

"Bukankah Tuan menyuruh saya duduk?"

Pria itu melongo, "Duduk di kursi, bukan di lantai."

Ampun, Seonghwa malu sekali. Ia segera bangkit lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Siapa namamu?"

"Bunny."

"Hanya Bunny?"

Seonghwa tampak ragu namun ia tetap menjawab, "Pemilik saya dahulu selalu memanggil saya dengan Bunny, mungkin karena saya hybrid kelinci. Tapi nama saya yang sebenarnya adalah Seonghwa."

"Baiklah, Seonghwa kalau begitu."

"Eh? Tuan akan memanggil saya dengan nama Seonghwa?"

"Kau keberatan?"

Sudah lama sekali sejak dirinya dipanggil dengan nama asli, Seonghwa merasa nyaman dan dilindungi. "Tidak."

Pria itu tersenyum, "Namaku Choi San, kau bisa memanggilku San."

"Kenapa San? Kenapa tidak dengan Tuan? Atau Master?"

"Karena aku lebih nyaman dipanggil dengan San."

Seonghwa tidak pernah memanggil pemiliknya dengan nama langsung, selalu dengan embel-embel tuan atau master. Seperti ketika Seonghwa memanggil Tuan Wonho dan Master Seungcheol, pemiliknya yang dulu.

"Baiklah, San."

"Satu lagi, santai saja denganku, tidak usah terlalu formal."

Seonghwa mengangguk.

Seorang pelayan datang dan menyajikan segelas susu hangat serta makanan aneh berbentuk bola berwarna coklat.

"Makanlah, Seonghwa."

Bentuknya aneh, Seonghwa jadi ragu. Ia tidak pernah melihat makanan ini sebelumnya. "Ini apa?"

"Namanya chocolate truffle."

"Apakah enak?"

San tersenyum sambil menopang dagunya dengan satu tangan, "Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya."

Seonghwa mengambil satu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Rasanya luar biasa.

"Enak kan?"

Seonghwa mengangguk semangat, membuat telinga kelincinya bergerak-gerak, "Boleh ambil satu lagi?"

Seharusnya Seonghwa tidak perlu bertanya, San dengan senang hati akan memberi segalanya untuk hybrid kelinci dihadapannya ini.

*****

Sudah larut malam, seharusnya Seonghwa sudah terlelap ke alam mimpi, namun entah mengapa matanya tidak mau terpejam. Pikirannya berlarian kesana kemari. Seonghwa bangkit dan melangkah keluar dari kamarnya.

Seonghwa sampai di depan kamar San, ia ragu apakah harus masuk atau menunggu sampai besok pagi saja. Tapi Seonghwa benar-benar penasaran dan pikirannya mendesak untuk dipecahkan segera.

Maka Seonghwa mengetuk pintu kamar di hadapannya, pintu kamar San. Detik berikutnya, pintu tersebut terbuka, menampakkan San yang berdiri menjulang dengan kacamata membingkai di wajahnya.

"Kenapa, Seonghwa?"

"Aku..." Mendadak Seonghwa tidak tahu ingin bicara apa, "Maaf."

San mengernyitkan dahinya, tapi ia paham bahwa Seonghwa mungkin belum terbiasa berada di sini. "Ingin masuk?"

"Boleh, San?"

San tersenyum, "Boleh, masuklah. Aku akan ke dapur untuk mengambil cemilan."

Ini pertama kalinya Seonghwa masuk ke dalam kamar San, kamarnya lebih luas daripada milik Seonghwa. Banyak kertas-kertas berserakan di atas meja, pasti pekerjaan milik San.

San kembali dengan sepiring buah-buahan di genggamannya, ia lalu mengajak Seonghwa untuk duduk di atas ranjang besar miliknya.

"Tidak apa-apa jika aku duduk di sini?" Tanya Seonghwa.

"Jangan sungkan, Seonghwa."

Seonghwa mendudukkan dirinya, sementara San menyodorkan sepiring buah-buahan berwarna merah padanya.

"Kenapa San membeliku?"

San mengerjap, "Apa?"

"Kenapa San membeliku dari Master Seungcheol?"

"Aku menyelamatkanmu."

"Dengan cara membeliku?"

"Ya, benar."

"Berapa harga yang Master Seungcheol tawarkan untuk seorang hybrid kelinci sepertiku?"

"Seonghwa, itu tidak penting."

"Itu penting." Suara Seonghwa bergetar, "Aku harus tahu apa tujuan San membeliku. Aku juga harus tahu San akan menggunakanku untuk apa."

Seonghwa beringsut mendekati San, "Kau ingin dipuaskan?"

"Astaga, tidak. Aku membeli--bukan, aku menyelamatkanmu dari Seungcheol karena aku tahu ia tidak memperlakukanmu dengan layak."

"Semua hybrid tidak diperlakukan dengan layak oleh manusia." Seonghwa menundukkan kepalanya, "Tuan Wonho membeliku untuk dijadikan budak seks, begitu juga dengan Master Seungcheol. Mereka selalu ingin dipuaskan tanpa memberiku hidup yang layak."

Seonghwa mengangkat sweater yang melekat di tubuhnya, menampakkan goresan luka di area perut dan dadanya. "Mereka melukaiku dengan tetesan lilin dan cambuk. Aku bukanlah hybrid kelinci yang menggemaskan, aku mengenaskan."

Kedua netra Seonghwa sudah basah karena air mata, "Tapi tiba-tiba San datang. San memberiku hidup yang jauh lebih layak. San memperlakukan aku layaknya seorang manusia, bukan hybrid yang hanya digunakan sebagai alat pemuas napsu."

San menatap tubuh ringkih dengan banyak bekas luka dan sayatan itu, hatinya remuk mendengar cerita dari mulut Seonghwa.

Ia meraih pinggang Seonghwa agar semakin menempel padanya, "Aku minta maaf atas apa yang terjadi padamu. Tapi maukah kau percaya padaku? Cukup percaya saja bahwa Choi San tidak akan memperlakukan Seonghwa seperti pemiliknya yang dulu."

Seonghwa mengangguk, "Aku percaya, San."

Jawaban itu membuat San tersenyum dan menundukkan kepalanya, lalu mengecup bekas luka di perut Seonghwa, "Kau berharga." Selanjutnya, tubuh Seonghwa sudah berada dalam rengkuhan hangat San.

Dulu, Seonghwa hanya makan sup labu menjijikkan, sekarang ia tahu rasa manis buah persik dan stroberi.

Dulu, Seonghwa selalu mandi dengan air dingin yang disemprot dari selang, tapi kini ia mandi dengan air hangat di dalam bathub.

Seonghwa hampir terlelap namun teringat bahwa ia harus mengucapkan terima kasih pada San. Seonghwa melepas rengkuhan itu lalu menangkup wajah San, menyatukan bibir keduanya dalam ciuman yang manis.

"Aku selalu diajarkan untuk berterima kasih dengan memberi kontak fisik." Ucap Seonghwa ketika bibir keduanya terlepas.

"Itu sebabnya kau menciumku?"

Seonghwa mengangguk, "Apakah San keberatan?"

"Tidak."

Hybrid kelinci itu tersenyum, ia merasa begitu dicintai.

*****

A/N :

ini panjang bgt aku harap gak ngebosenin ya 🙃

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro