Tidak kah kau sadari?

Aku menunggumu disini.

Menunggumu dalam ketidakpastian.

Aku bodoh..

Aku bodoh telah mengharap lebih dari seorang sahabat.

Bahkan dengan terang-terangan aku memintamu di hadapan Rabb-ku.

Dan juga cintaku padamu mengalahkan cintaku pada Rabb-ku.

Aku tau ini salah.

Tapi aku juga manusia, jadi wajar jika aku mempunyai rasa suka.

Apalagi kita saling mengenal dari kecil. Tau segalanya daripada kita sendiri.

Tapi harapan itu pupus. Memang benar cinta tak harus memiliki. Lalu kenyataan pahit mendobrak pola pikirku.

Dia bahagia jika aku melepaskannya, tapi aku tak merasa menggenggamnya.

Aku salah karena aku terlalu percaya diri akan menjadi pendamping hidupnya.

Nyatanya harapan memang lebih indah dari kenyataan.

Bukan hanya aku saja yang bisa membuatmu tertawa bahagia.

Bukan hanya aku saja yang bisa membuatmu melupakan masalah.

Tapi sekarang ada 'DIA'.

Sosok pengganti yang perlahan menghapus namaku di hatimu.
Sosok yang akan menjadi pendampingmu. Di awal dan akhirmu.

Aku hanya bisa tersenyum, melihat betapa bahagianya dirimu saat bercerita tentangnya.

Hingga kau tak sadar telah melukai hati seseorang, karena kau terlalu fokus pada sumber kebahagiaanmu saat ini.

Dan secara tak langsung, kebahagiaanmu itu mengiris-iris hatiku menjadi potongan kecil tak berharga...

"Jika Allah menghendaki kita sebagai pasangan, mengapa Allah menghadirkan ia jika akhirnya memisahkan?"

-Asyifa Kafia Maharani-