Asyifa - 9
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Yusuf menjauh darinya. Tetapi saat ia mengejar cinta Allah. Allah datangkan Yusuf untuknya."
Author pov.
Syifa mematikan handphonenya dan berjalan menuju ruang keluarga. Syifa melihat keluarganya yang tengah berbincang hangat.
"Habis isya' ya bu, nanti ibu bonceng Syifa" tutur Rian.
"Iya, asal traktir beneran" ucap ibu sambil memakan kue kering.
"Ibu mah maunya yang gratisan" cibir Syifa lalu duduk di depan televisi.
"Kalo ada yang gratis, kenapa harus beli?" Jawab ibu Narsih sambil mengunyah kue kering.
"Iya bu iya, ibu selalu benar dan Syifa selalu salah" ucap Syifa sok sedih.
"Iya dong, eh Yan kamu kapan pulang? Berapa hari disini?" Tanya ibu kepada anak laki-lakinya.
"Besok pagi bu, sorenya Rian langsung berangkat ke Sulawesi" jawab Rian sambil menciumi pipi Ara.
"Kok besok pagi? Kamu baru sampai disini lho!" Jawab ibu tak suka.
"Gimana lagi bu? Sorenya Rian harus pergi" jawab Rian.
"Kalo gitu pulangnya besok sore aja!" Perintah ibu.
"Enggak bisa bu, besok Rian harus pulang dan pamitan dengan keluarganya Dian" terang Rian.
"Rian! Kamu itu jarang kesini, kamu jarang menjenguk ibu dan adikmu. Ibu tau kalau kamu sudah berkeluarga, tapi apa salahnya kamu lebih lama disini" ucap ibu pelan.
"Ibu bahkan sampai lupa kalau ibu punya anak laki-laki saking lamanya tidak bertemu" ucap ibu lagi.
Sementara Rian bingung, disatu sisi ia merasa bersalah. Ia sadar, ia terlalu fokus pada anak dan istrinya hingga melupakan ibu dan adiknya.
Rian menarik nafas, ibunya benar, ia jarang sekali berkunjung.
"Baik bu, tapi sepertinya Rian pulang siang, soalnya belum packing" jawab Rian.
Sekarang ibunya menghembuskan nafas bersalah, seharusnya ia mengerti dan membiarkan Rian pulang saja, Rian pasti lelah jika harus pulang ke rumahnya lalu berangkat ke Bandara. Ibunya benar-benar plin-plan.
"Terserah kamu sajalah, yang penting jadi jalan-jalan kan?" Tanya ibu antusias melupakan obrolan tadi. Ibu Narsih benar-benar ekspresif
"Iya, jadi bu" jawab Rian sambil geleng-geleng kepala. Ia paham betul tingkah ibunya.
***
Disinilah Asyifa dan keluarganya berada. Di alun-alun kota, lebih tepatnya di taman lampion yang dipenuhi warna-warni cahaya yang terang.
Syifa duduk di kursi berbentuk jamur besar. Ia duduk sendirian disini karena ibunya beli martabak dan kakaknya mengajak anak-anaknya main, Syifa baru ingat ini adalah malam minggu. Pantas saja taman ini ramai.
Kata para jomblo. Malam minggu adalah malam keramat. Memang benar terjadi dan Syifa yang mengalaminya sendiri. Banyak pemuda-pemudi berpasangan hilir mudik dengan canda tawanya. Bukan itu yang membuat Syifa iri.
Tapi, seorang pasangan yang berada di depan tempat duduk Syifa. Mereka terlihat sangat bahagia dengan balita di pangkuan perempuan tersebut.
Syifa mengamati keharmonisan pasangan tersebut, perempuan berhijab soft pink itu nampak cantik dan juga lelaki disampingnya yang tampan. Syifa melihat balita di gendongan perempuan itu. Wajah balita itu persis sekali dengan mereka, dan Syifa paham kalau balita itu anak mereka.
Syifa terus mengamati mereka. Mereka saling memancarkan cinta dan kasih sayang yang tulus kepada pasangannya.
"Syifa boleh iri gak sih?" Batin Syifa.
Melihat mereka saja Syifa sudah baper, apalagi ada di posisi seperti perempuan itu. Diperlakukan lembut dan penuh kasih sayang seperti pasangan itu nanti.
Dan Syifa lebih berharap bahwa lelaki yang akan menjaganya tak lain adalah Hafidz, lelaki yang baru pulang setelah 4 tahun menempuh pendidikannya.
Rasa rindu itu membuncah di dada Syifa kala seseorang itu muncul di hadapannya tapi Syifa menutupinya dengan bersikap biasa saja.
Bahkan diakhir doa, Syifa selalu menyelipkan nama Hafidz dan memohon kepada Allah agar mengabulkan dan membuka hati Hafidz juga meminta kepada Allah agar ia menjadi jodoh Syifa.
Ia ingin kisah cintanya seperti Fatimah Az-Zahra yang mencintai Sayyidina Ali dalam diam. Dan akhirnya mereka berdua dipersatukan.
Dan ia pernah mendengar kisah Zulaikha dan Yusuf yang bisa diambil pelajaran. Kata-kata paling berkesan saat Syifa mendengar kisah mereka adalah.
Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Yusuf menjauh darinya. Tetapi saat ia mengejar cinta Allah. Allah datangkan Yusuf untuknya.
Kisah mereka sama-sama cocok untuk Syifa, dan Syifa menyimpulkan bahwa
"Cinta tak harus diungkapkan, tapi cukup doakan saja. Agar ia yang kau maksud segera dibukakan hatinya oleh Allah dan mengetahui perasaanmu dibalik arti doamu"
Taman lampion semakin ramai dikunjungi. Pasangan tersebut juga sudah beranjak pergi.
Syifa membuka handphonenya untuk menghilangkan kejenuhan.
"Syifa" teriak seseorang membuat Syifa menoleh. Nampak wanita itu berlari.
"Lho, Ila" ucap Syifa kaget melihat sahabatnya yang tiba-tiba duduk disampingnya
"Iya Sif, eh pesan minum dong" ucap Ila terengah-engah.
"Pesan aja, aku gak pesan" jawab Syifa.
Ila memanggil pelayan dan menyuruhnya membawakan strawberry milk juice.
"Tumben nongkrong Sif! Biasanya gak mau" celetuk Ila saat nafasnya mulai stabil.
"Siapa yang nongkrong?" Jawab Syifa.
"Ya kamu lah, ini malam minggu lho Sif. Mau cari pacar ya?" Ucap Ila sambil mengedipkan mata.
"Enggak lah, emang situ?" Sinis Syifa.
"Terus apa dong? Cari cogan atau cuci mata?" Tanya Ila.
Syifa mendengus, apa ya yang ada di otak cantik sahabatnya selain cogan.
"Aku kesini sama ibu dan Mas Rian" terang Syifa.
"Eh, kakakmu udah pulang?" Tanya Ila.
"Udah" jawab Syifa singkat.
"Eh, aku kemarin ketemu lelaki di pasar malam itu lagi lho Sif!" Ucap Ila antusias.
"Udah tau, kamu ketemu lagi kan? Di masjid dan di maret-maret?" Jawab Syifa lengkap membuat Ila terdiam.
"Eh kok kamu tau? Jadinya kan enggak surprise" Ila murung.
"Orang yang nyeritain kamu sendiri" jawab Syifa tak suka.
"Eh, iyakah? Kapan?" Tanya Ila dengan wajah bloon membuat Syifa gemas.
"Kamu baru ngechat aku tadi maghrib lho! Dan kamu udah lupa?" Syifa berkacak pinggang.
"Iyakah? Oh, aku baru ingat! Iya, aku bertemu pemuda itu lagi" jawaban Ila membuat Syifa menggelengkan kepala.
"Hem" jawab Syifa.
Syifa tak mendengarkan ocehan Ila disampingnya. Namun, ia melihat beberapa pasangan menggandeng tangan pacarnya mesra. Bahkan Syifa melihat anak kecil yang mungkin masih di bangku SMP dirangkul mesra dengan pacarnya.
Syifa meringis, melihatnya saja Syifa risih. Lalu ia mengalihkan pandangannya kala ibunya berjalan mendekati Syifa sambil menenteng kantong kresek yang lumayan banyak.
"Kamu mau cari masmu atau disini saja Sif?" ucap ibu Narsih saat melihat Ila duduk disampingnya.
"Mau cari mas aja bu, lagian ini udah larut" jawab Syifa bohong, ini baru jam 8. Ia malas dengan Ila yang bahasannya tak jauh dari lelaki, nongkrong, pemuda pasar malam atau apalah itu.
"Il, aku mau cari mas, kamu disini sendiri gapapa?" Ucap Syifa kalem.
"Biasanya juga sendiri Sif, kamu pergi aja" jawab Ila.
Syifa mengangguk dan meninggalkan Ila setelah berpamitan.
Syifa dan ibunya berkeliling mencari Rian dan istrinya. Namun deringan ponsel membuat Syifa terhenti dan mempersilakan ibunya jalan duluan.
"Walaikumussalam" jawab Syifa.
".."
"Besok? Jam berapa ya kak?" Tanya Syifa pada penelpon.
".."
"Iya kak, walaikumussalam" ucap Syifa sambil menatap handphone. Senyum Syifa mengembang.
"Ya Allah, bolehkah aku berharap? Aku ingin kisah cintaku berakhir bahagia seperti kisah cintanya Fatimah Az-Zahra"
Bersambung..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro