
Asyifa - 5
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
" Tempat yang paling Allah cintai adalah masjid. Dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar” (HR. Muslim)
Author PoV
Didalam mobil, Asyifa bertanya pada Hafidz tentang Nawang.
"Emang bener kak, Nawang dulu bendahara galak?" Tanya Syifa.
"Heem, waktu ada iuran atau bayar kas selalu gebrak meja" Ucap Hafidz. Syifa terkekeh.
"Masak sih kak? Aku kenal Mbak Nawang tuh orangnya kalem dan sabar loh, yah kadang usil juga" ucap Syifa.
"Kenal Nawang udah berapa tahun?" Tanya Hafidz.
"Kira-kira 1 tahunan lah, waktu aku ketrima jadi CS aku langsung berkenalan dengan pegawai satu ruangan" ucap Syifa.
"Oh, padahal kamu dan Nawang berbeda 3 tahun. Bisa akrab gitu" ucap Hafidz yang tatapannya masih lurus ke jalanan.
"Berteman tuh gak pandang usia kak, yang penting hatinya baik dan mau berteman sama kita" ucap Syifa.
"Iya sih" balas Hafidz singkat.
"Bu Izza tuh siapa kak? Kok katanya bakal diaduin bu Izza" Tanya Syifa yang kepo. Hafidz terkekeh.
"Nawang tuh orangnya gitu, dikit-dikit bilang ngadu Bu Izza. Bu Izza itu wali kelas saat SMA dulu" penjelasan Hafidz membuat Syifa mengangguk paham.
"Kamu bekerja di bidang jasa kan? Berarti CS gak kamu aja?" Tanya Hafidz.
"Iya kak, ada 3 CS di Bank. Aku, Ila, sama Erwin" ucap Syifa sambil menoleh.
"Kapan-kapan aku kenalin sama Ila ya!" Ucap Syifa yang dapat anggukan dari Hafidz.
Tak lama mobil Hafidz telah terparkir di halaman depan rumah Syifa.
"Terima kasih tumpangannya kak, mau mampir dulu?" Tanya Syifa.
"Lain kali saja ya Kai, aku pulang dulu!" Ucap Hafidz.
"Assalamualaikum" ucap Hafidz.
"Walaikumsalam" balas Syifa.
Mobil Hafidz telah menghilang dari pandangan Syifa. Syifa menarik nafas dan menghembuskan panjang.
"Entah mengapa rasanya sulit sekali menghilangkan perasaan ini" Batin Syifa.
Syifa masuk kedalam rumahnya dan membersihkan diri lalu sholat. Selepas sholat, Syifa berniat membantu ibunya di warung seberang jalan.
Hanya berjarak beberapa meter dari rumah Syifa. Syifa naik motor, kasian kalo ibunya pulang jalan kaki.
"Ibu, biar Syifa yang ganti jaga" ucap Syifa saat sampai di warung.
"Ga usah Sif, sebentar lagi ibu tutup warung kok" ucap ibu sambil menghitung persediaan warung.
"Eh Sif, ibu minta tolong kamu pergi ke pasar! Belikan ibu tepung terigu, telur, sama minyak goreng untuk persediaan besok" ucap ibu sambil menghitung. Syifa menghembuskan nafas.
"Gini aja bu, Syifa yang jaga warung, ibu yang ke pasar" Tawar Syifa.
Ia malas jika harus ke pasar, selain ada kejadian yang sedikit membuatnya trauma, juga Syifa tau bahwa ada dalil yang menceritakan tentang keburukan pasar.
َحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا“
Tempat yang paling Allah cintai adalah masjid. Dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar” (HR. Muslim)
"Yaudah deh, nyuruh kamu itu gak bisa diandelin. Disuruh beli brambang (bawang merah) malah beli bawang putih" gerutu ibunya.
Syifa nyengir, ia ini bisa mendadak pikun diwaktu tertentu.
"Beli gitu aja lupa! Apalagi kalau nanti punya suami, lupa sama suaminya kali ya!" Ucap ibu dengan nada bicara yang kasar.
"Ya Allah bu, lupa itu sifat manusia juga, ibu juga kadang lupa taruh kunci rumah, dan harus panggil tukang kunci. Hayo mau ngelak" ucap Syifa.
"Pinter ya bicaranya" ibu tergelak.
Ibu keluar dari warung dan menaiki motor matic Syifa.
"SYIFAA" teriak ibunya. Syifa yang terkejut pun langsung keluar.
"Ada apa bu?" tanya Syifa saat melihat ibunya.
"Kunci motornya mana?" Tanya ibunya dengan wajah polos.
"Ini bu" ucap Syifa saat mengeluarkan kunci dari saku bajunya.
"Makanya bu, jangan suka bilang pikun sama Syifa, ibu pikun sendiri kan" Ucap Syifa sambil terkekeh.
"Ibu pikun karena faktor U, wajar dong. Ibu juga udah punya cucu" ucap ibu.
"Lah? Apa hubungannya" tanya Syifa.
"Udah-udah, ngomong sama kamu bikin mulut ibu capek" ucap ibu dongkol.
"Kalau capek ya dipijitin buu" Jawab Syifa lagi.
"Udah, ibu mau ke pasar. Jaga warungnya jangan ditinggal- tinggal" perintah ibu.
"Siap" ucap Syifa sambil hormat.
Ibunya melengang pergi dengan motor maticnya.
Syifa masuk kedalam warung lagi. Ia membereskan barang-barang warung yang sempat terbengkalai.
"Bu Narsih, beli mie goreng dong" ucap ibu-ibu pembeli.
''Berapa bu?" Tanya Syifa.
"Eh, ternyata kamu to Sif. Beli 3 bungkus ya!" Ucap ibu itu.
"Iya Mbak Yanti" balas Syifa. Syifa mengambil mie goreng di rak.
"Ini Mbak Yanti" ucap Syifa sambil memberi bungkusan plastik.
"Ini uangnya Sif, dihitung dulu uangnya, pas kan?" Tanya ibu itu.
"Iya mbak, pas kok" balas Syifa.
"Makasih ya Sif, mbak pulang dulu" ucap Mbak Yanti.
"Iya mbak" balas Syifa.
Tak lama, ibu Syifa datang dengan belanjaan yang penuh. Syifa mendekat dan membantu ibunya membawa belanjaan.
"Tadi ada yang beli Sif?" Tanya ibunya.
"Ada bu" ucap Syifa.
"Yaudah, ini susun didalam dulu. Setelah itu kita pulang!" Ucap ibu.
"Iya bu" ucap Syifa.
Dengan cekatan, Syifa dan ibunya membongkar belanjaannya dan menaruhnya ditempat yang sama dengan produknya.
Pukul 18.00
Setelah semua selesai, Syifa dan ibunya pulang ke rumah dengan motornya.
Sementara di tempat lain
Hafidz dan keluarganya berada di area pasar malam yang lumayan ramai. Ia dan adik perempuannya sedang mengantri tiket masuk rumah hantu.
Sebenarnya Hafidz tak ingin masuk ke rumah hantu karena menurutnya membosankan, tapi demi adiknya ia akhirnya ikut masuk. Kakak yang baik dan pengertian.
Antrian yang lumayan panjang membuat Hafidz sedikit bosan, banyak riuh orang yang berada disekitarnya juga membuatnya sedikit pusing.
"Kakak, sebentar lagi giliran kita" ucap adik perempuannya yang berusia sekitar 15 tahun.
"Iya May" balas Hafidz pada adiknya yang bernama Maira.
Tatapan Hafidz lurus ke depan, melihat gadis berjilbab pink juga sedang mengantri tiket masuk rumah hantu beserta teman perempuannya.
"Ayo kak masuk" ajak Maira adiknya.
Hafidz hanya mengikuti langkah adiknya, didalam rumah hantu ini suasana sangat mencekam dan gelap. Adiknya yang awalnya sok berani di depan sekarang berpindah disampingnya dan berpegangan dilengan tangan Hafidz.
"Kakak ayo keluar, Mai takuut" rengek adiknya membuat Hafidz menarik nafas.
"Makanya jangan sok berani. Mana boleh keluar, harus cari jalan keluar dulu" ucap Hafidz.
"Yaudah, tapi jangan cepet-cepet jalannya" ucap Maira.
"Nanti gak sampai-sampai Mai" ucap Hafidz.
"AAAAAA" teriak para gadis di depan Hafidz dan mereka berhamburan lari menjauh.
Dugh.
Lengan Hafidz disenggol gadis berjilbab pink yang antri tiket tadi. Raut wajah ketakutan tercetak jelas di wajah gadis itu.
"Ma-maaf mas. Saya ngi-ngikut masnya jalan yah, kayaknya temen saya udah lari jauh" ucap wanita itu terbata-bata.
"Iya, tapi tolong jangan disamping saya. Disamping adik saya saja" perintah Hafidz.
Wanita itu langsung berpindah disamping Maira yang juga ketakutan.
Mereka terus berjalan, di sekeliling mereka suasana semakin mencekam dan tiba-tiba lilin menyala berderetan di meja kayu membentuk tulisan MATI.
Wanita yang tidak diketahui namanya itu dan juga Maira tentu saja merinding dan berteriak histeris.
"Dek, jangan teriak. Itu bukan hantu beneran" ucap Hafidz yang sedikit kesal. Ia membutuhkan kesabaran extra menghadapi 2 perempuan disini.
Setelah beberapa menit mencari jalan keluar, akhirnya Hafidz bisa bernafas lega karena sudah menemukan penghujung jalan rumah hantu ini. Adiknya itu juga langsung meninggalkannya.
Sorot lampu di pasar malam yang terang ini membuat wanita yang tadi ketakutan setengah mati terlihat cantik. Jujur, Hafidz sedikit tertarik pada wanita itu. Dan juga wajah orang itu familiar di ingatannya.
"Terima kasih sudah ngebolehin saya jalan sama masnya dan adiknya" ucap wanita tadi.
Hafidz mengangguk sambil melihat ke arah lain, ia takut akan zina mata jika terus-terusan melihatnya.
"Nama saya Novila mas, saya sangat berterima kasih, saya permisi ya mas sudah ditunggu teman" ucap Novila yang dibalas anggukan dari Hafidz.
Wanita yang bernama Novila tadi pergi menjauh dari pandangan Hafidz. Seulas senyum terbit dari bibir Hafidz menampakkan lesung pipitnya. Ia tersenyum manis yang jarang sekali diperlihatkan, kecuali sama keluarganya dan juga sahabatnya, Asyifa.
Bersambung..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro