Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asyifa - 4

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Mungkin hari ini kau masih bisa bercanda tawa bersamaku. Tapi mungkin esok hari, kau akan bercanda tawa dengan orang lain lalu melupakanku."

Asyifa PoV

Sampai di taman kota, setelah acara dakwah di mobil tadi. Aku dan kak Hafidz duduk di bangku taman yang baru selesai dibangun. Ada bangku yang berjajar rapi juga warna-warni di samping taman kota nan indah ini. Banyak juga pengunjung yang datang kesini.

"Kesana yuk kak" tunjukku pada air mancur ditengah taman.

"Iya, ayo" ucap Hafidz menurutinya.

"Kakak rindu suasana ini gak?" Tanyaku saat berada didekat air mancur yang menjulang tinggi dan air yang segar. Kak Hafidz menoleh dan tersenyum.

"Rindu lah Kai, kakak kan jarang kesini karena tamatin pendidikan" ucap Hafidz.

"Kakak kan udah lulus S2, rencana kedepannya apa kak?" Tanyaku seperti wartawan.

"Cari kerjaan dulu" ucap Hafidz singkat.

"Lalu?" Tanyaku lagi.

"Menabung untuk masa depan" Ucap Hafidz.

"Masa depan? Misalnya?" Aku bertanya-tanya lebih lanjut. Aku memang seperti ini pada kak Hafidz. Tak terkesan manja apalagi merengek.

"Misalnya beli rumah, motor, mobil, dll" Jawab Hafidz dan aku mangut-mangut.

"Lalu setelah itu?" Tanyaku lagi.

"Kamu kayak wartawan tanya terus" Cibir Hafidz.

"Jawab dong kak" paksaku.

"Membahagiakan orang tua" Ucap Hafidz membuatku gemas, maksutku kan menikah. Dasar gak peka.

"Lalu setelah itu kak, yang lain bisa sambil jalan" ucapku kesal.

"Hmm apa ya" ucap Hafidz sambil menyentuh dagunya.

"Haish" aku manyun.

"Menikah mungkin" ucap Hafidz membuatku menoleh.

"Menikah sama siapa?" Tanyaku.

"Sama jodohku nanti lah" ucap Hafidz santai. Aku terdiam

"Jangan mengharap Sif, itu tak kan terjadi." Akal sehatku berbicara.

"Orang itu pasti kamu Sif, aku yakin." Ucap hatiku yang paling dalam.

"Kafia!!" Ucap seseorang menyadarkanku.

"Eh iya" ucapku sedikit terkejut.

"Aku mau beli es krim, kamu mau nitip?" Tanya Hafidz.

"Boleh kak, rasa seperti biasa ya!! Rasah mbayar (ga usah bayar)" Ucapku sambil tertawa.

"Iya-iya kayak gak ngerti kamu aja" Ucap Hafidz lalu pergi ke kedai es krim.

Aku menatap air mancur didepanku. Airnya pasti dingin kan. Air itu berjalan sesuai jalan yang diberikan pembuatnya.

"Hidup terkadang seperti air mancur, dimana air telah ditentukan akan pergi ke arah yang mana. Seperti kehidupanku yang telah dirancang menurut kehendak-NYA"

Aku kembali duduk di bangku tadi, kak Hafidz berjalan ke arahku dengan dua mangkuk es krim (menggiurkan).

"Beneran gratis kan kak. Kakak ikhlas kan?" ucapku saat kak Hafidz memberikan mangkuk es krim. Aku langsung menyendokkan es krim itu ke mulutku. Dingin dan lembut.

"Iya tenang aja, kalo misal kakak gak ikhlas mungkin sampai rumah kamu mules" Ucap Hafidz.

"Uhuk-uhuk" aku terbatuk mendengar ucapan Hafidz. Sementara orangnya makan es krim dengan santainya.

"Enggak kok tenang aja, sampai batuk gitu. Uluh-uluh kacian" ucap Hafidz seperti anak kecil.

"Hish" aku mendesis kesal lalu menyendokkan es krim ke mulut dengan sendok penuh. Alhasil, mulutku bagian atas terkena krim.

"Hahaha" tawa Hafidz pecah yang terdengar merdu untukku. Lesung pipitnya. Ya Tuhan, kenapa ada mahluk manis di depanku.

"Ketawa aja terus, bukannya bantuin ambil tissue" ucapku.

"Nih" sodor Hafidz. Sebuah sapu tangan.

"Engga usah kak, aku lap pakai-" ucapku terhenti juga gerakanku berhenti ketika sapu tangan didepanku terulur ke arah bibir dan hidungku. Meski tidak dekat tapi tetap saja aku grogi.

"Udah bersih, gitu aja susah" ucap Hafidz seolah tak terjadi apa-apa. Tapi aku yang mematung.

"Cepet dihabisin. Mencair nanti!" Peringat Hafidz.

"Iya-iya" ucapku.

Sekitar 10 menit kami ngobrol-ngobrol mengobati kerinduan selama kurang lebih 4 tahunan.

"Oh iya Kai, kamu sekarang kerja dimana?" Tanya Hafidz setelah aku bertanya-tanya tentang dirinya.

"Di Bank Syariah kak, dekat dari pasar Rayung" ucapku sekenanya.

"Oh, kapan-kapan aku jemput ya kalo gak sibuk" Ucapnya membuatku menoleh.

"Terserah kakak saja" ucapku.

"Ok deh, Kai rasanya waktu pengen aku berhentiin" ucap Hafidz tiba-tiba sambil menghadap kearah langit yang berubah sinarnya menjadi jingga.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Gpp" Ucapnya.

"Eh kak mau apa? Jangan buat anak orang kepo ih" ucapku kesal.

"Kerjamu libur hari apa?" Tanya Hafidz.

"Eh, hari Sabtu dan Ahad kak. Kenapa?" Tanyaku.

"Gapapa" ucapnya singkat.

Aku menghembuskan nafas. Makhluk disampingku ini bisa membuat naik darah.

"Ayo pulang, udah petang" Ucapnya lagi. Dan akhirnya aku masuk mobil dan diantar pulang.

Sampai dirumah.

"Makasih sudah diantar selamat sampai tujuan ya kak" ucapku dan Hafidz mengangguk.

"Ibu mana?" Tanya Hafidz.

"Bentar kak, aku panggilin" ucapku.

Aku masuk rumah dan memanggil ibu.

"Ibu, kak Hafidz pamit pulang" ucapku. Ibu langsung keluar rumah dan Hafidz dengan sigap menyalami ibuku.

"Hati-hati pulangnya fid" ucap Ibuku

"Iya bu, Hafidz pamit dulu" ucap Hafidz.

"Wassalamualaikum" ucap Hafidz

"Walaikusalam" ucapku kompak dengan ibu.

Mobil hitam dan sopirnya alias Hafidz itu sudah berlalu.

"Sopan banget ya nak, kriteria camen ibu banget" ucap Ibu berbinar.

"Camen?" Tanyaku.

"Calon menantu Sif, kurang gaol sih kamu" ucap ibu.

"Ayo masuk sudah malam" ucap ibu dan aku mengikutinya.

Di dalam kamar, Syifa sedang bergelut dengan pekerjaannya. Ia menulis beberapa laporan mengenai pendapatan bulan lalu.

"Drrt-Drrt" getar handpone.

Kak Hafidz. (nama kontaknya)

"Assalamualaikum" ucapku.

"Walaikumsalam" jawab seseorang dari telpon.

"Ada apa kak?" Tanyaku to the point.

"Besok pagi aku anterin kamu bekerja ya Kai, nanti pulangnya aku jemput" Ucap Hafidz membuatku mengernyit.

"Emang kenapa kak? Pasti ada apa-apa" ucapku.

"Kamu ini suudzon banget. Niat aku baik loh Kai" ucap Hafidz.

"Terserah kakak aja, aku banyak kerjaan kak. Aku matikan dulu handponenya. Assalamualaikum" ucapku. Belum sempat dijawab aku mematikan tombol merah itu.

"Jangan baper Sif, hanya nganter jemput kamu doang" batinku.

Daripada pusing-pusing mending aku lanjutin buat laporan aja.

Keesokan harinya.

"Ibu, Syifa berangkat dulu ya, ada Kak Hafidz" pamitku buru-buru.

"Telat terus, gajimu kepotong tau rasa" ucap ibu. Aku sudah kebal dengan ucapan sarkas ibu. Meski begitu aku menyayangi ibu, ia wanita hebat menurutku.

"Ayo kak, ini sudah hampir telat"
Ucapku buru-buru.

"Sebentar Kai, pakai seatbelt dulu!" Peringat Hafidz dan aku langsung memakainya.

"Ayo kak, cuss" ucapku memerintah. Mobil Hafidz melaju membelah jalanan yang sedang lengang. Baru kali ini aku terlambat. Aku kan pegawai teladan, mana bisa terlambat.

Sampai di kantor.

"Makasih tumpangannya kak, nanti aku hubungi" lambai ku dan aku langsung masuk kantor.

Hafidz menggelengkan kepala.

Aku langsung menuju kursi CS ku tepat di sebelah Ila. Ia berbisik.

"Bisa-bisanya kamu terlambat Sif, lihat nasabah pada ngantri di aku" ucap Ila sedikit tidak jelas tapi aku mengerti. Aku nyengir.

"Ya maap Il" ucapku sambil mengangkat 2 jariku 'peace'.

Aku mempersiapkan diri untuk melayani nasabah yang sudah penuh disini. Dengan senyuman dan sopan santun aku mempersilakan nasabah untuk bercerita tentang permasalahannya.

Siang hari-

Rasanya pipiku kaku karena terlalu sering tersenyum. Tapi bagaimana lagi, tuntutan pekerjaan.

Akhirnya satu persatu nasabah telah keluar dari ruangan. Aku menghembuskan nafas lega sekaligus lelah untuh hari ini.

"Sif, tadi kamu terlambat ya?" Ucap Nawang disampingku.

"Iya mbak, gara-gara lembur tugas laporan" ucapku.

"Oh" ucap Nawang singkat.

"Sif, aku liat diparkiran gak ada motor kamu. Kamu dianter kakakmu ya?" Tanya Ila.

Aku menggeleng, lalu ia nampak berpikir.

"Dianterin siapa? Pacarmu pasti" tebak Ila dengan raut wajah menggoda.

"Apaan sih, aku ini anti sama yang namanya pacaran tau" ucapku.

"Gak per-ca-ya" ucap Ila.

"Yaudah, orang aku tadi dianterin-" ucapku terpotong saat ada nasabah yang masuk ke ruangan karena ini masih jam kerja, dan seperti biasanya kami melayani nasabah sebaik mungkin.


Jam pulang kerja

To : Kak Hafidz.

Kak, jemput aku sekarang!.

Send.


Setelah mengetik pesan. Aku menunggu Kak Hafidz menjemputku. Aku masih berada di area kantor dan masih ada satpam juga tukang parkir disini.

"Lho Sif, kamu belum pulang?" Tanya Nawang yang ternyata masih disini.

"Mbak kan liat aku masih disini, jadi ya belum pulang" ucapku.

"Yee, nungguin siapa sih? Gak bawa motor?" Tanya Nawang.

"Nunggu Kak Hafidz mbak" ucapku santai.

"Cieee, sang pangeran berkopiah udah pulang. Udah langsung antar jemput aja kayak tukang anter galon" Nawang menggoda ku.

Aku mendelik masak iya disamain tukang anter galon.

"Perumpamaan yang enak dikit kenapa mbak?" Ucapku.

"Itu cocok tau, eh kamu manggilnya kok masih kakak, enggak honey, sweetheart, atau yang lain" Nawang semakin menggodaku.

"Mbak ini ngomong apa sih? Orang Kak Hafidz kan emang aku panggil Kak dari dulu, dia kan abangku" ucapku.

"Dulu Friendzone sekarang adik kakakzone ngenes banget Sif" Aku melotot mendengar ucapan Nawang.

Sebuah sedan hitam melintas di depan kantor. Lalu pengemudi mobil itu membuka kaca dan keluar lalu berjalan menuju ke arahku.

"Ayo Kai" Ucap Hafidz setelah berada di depanku.

"Iya kak" ucapku.

"Fid, lo gak kenal sama gue?" Ucap Nawang tiba-tiba.

"Kenal, Nawang kan? Bendahara paling galak di kelas" Ucap Hafidz sambil tersenyum.

"Bukan galak, tapi tegas" ucap Nawang tak terima.

"Iya tegas, yang dikit-dikit ngadu sama wali kelas" ucap Hafidz yang merupakan cibiran.

"Yee, salah siapa gak bisa diatur"
Ucap Nawang dengan wajah kesal.

"Udah-udah, nostalgia nya kapan-kapan aja ya bapak ibu" aku melerai.

"Ayo kak pulang sekarang, kesorean nanti" ucapku.

"Iya ayo. Duluan ya Wang, jangan galak-galak sulit jodoh nanti" Canda Hafidz. Dan ia menerima pelototan dari Nawang.

"Awas kamu Fid, aku aduin sama Bu Izza" ucap Nawang yang masih terdengar.

"Siapa itu Bu Izza?" Batinku bertanya gaje.

Bersambung..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro