Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asyifa - 3

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Aku bahagia melihatmu tersenyum. Aku bahagia melihatmu sebagai sosok yang tidak berubah dari dulu. Jangan pernah berubah, apapun itu alasannya.."
-

Asyifa-

Asyifa pov

Hari ini Bank sangat ramai. Entah itu transaksi ataupun konsultasi karena permasalahan yang berkaitan dengan produk Bank.

Letih sekali melayani banyak nasabah hari ini. Meski kita letih tapi kita selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Bagaimanapun nasabah itu raja, jadi kita harus melayani dengan maksimal.

Kita mengutamakan 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun) seperti etika profesi yang pernah diajarkan pada masa Kuliah dan SMK dulu.

Dan itu benar, setiap hari Customer Service harus sering-sering tersenyum. Dari 1 jari sampai 3 jari tangan kalau tersenyum.

Aku bersyukur dapat bekerja di dalam ruangan. Tak seperti dulu yang harus keluar kantor cari nasabah yang sudah ditargetkan. Sama sajalah menurutku, pekerjaan tak ada yang enak. Bahkan ibu rumah tangga pun juga harus siap capek.

Yah, berbagai macam pekerjaan telah kucoba. Pekerjaan halal pastinya! Dari menjadi AO, Sales, dan kerja di warung makan juga pernah aku lakoni.

Itu semua aku lakukan untuk menamatkan pendidikan agar aku mendapat gelar Sarjana dan bekerja di tempat yang lumayan nyaman. Meski ibu melarangku untuk bekerja tapi aku tetap belerja. Penghasilan ibu tak akan cukup untuk membayar biaya per-semesterku yang menguras kantong, aku tak memilih jalur beasiswa karena aku ingin berjuang sendiri. Makanya aku pilih bekerja.

Memang tak mudah harus membagi waktu antara belajar dan bekerja. Tapi hidup itu penuh perjuangan bukan? Pasti ada jalan jika kita terus berjuang dan berdoa.

Intinya kita harus banyak-banyak bersyukur. Meski dalam kondisi yang menurut kita tak enak tapi kita harus tetap menjalaninya.

Author pov

Selepas jam kerja, Syifa dan Ila pergi ke pasar. Mereka mencari toko beras yang dimaksud ibu Syifa.

"Yang mana Sif tokonya? Jangan muter-muter ih, ada 3 toko disini" Ucap Ila kesal.

"Diem Il, aku juga gak tau jika ada 3 toko" Syifa pun kebingungan.

"Yang manapun terserah Sif, daripada kayak orang ilang" Ila suntuk sekali.

"Yaudah deh" Syifa pun menyerah

Akhirnya Syifa membeli beras di toko bernama 'Jaya Beras Kios'. Syifa yang kesulitan membawa beras 10 kg menuju kantor karena motornya masih terparkir disana pun ngedumel.

"Bantuin dong Il !!" Syifa kesal karena Ila hanya menonton sambil meminum es gempol yang sudah ditraktir Syifa.

"Jangan ngangkat beras, itu berat, aku gak akan kuat biar kamu saja" Ucapan Ila menirukan Dilan membuat Syifa naik darah.

"Kalo tau gini mending gak usah ngajak kamu, lebih baik aku bawa motor sendiri langsung pulang" Syifa pun emosi.

"Yaudah sana pulang, es ini harganya berapa sih? Ikhlas gak sih kamu traktir aku!" Ucap Ila.

"Ini bukan tentang es Il, aku mau kamu bantuin aku" ucap Syifa menenangkan diri.

Dari jarak dekat ada pemuda yang melihat dan mendengar percakapan 2 orang sahabat yang bertengkar.

"Maaf mbak, bukannya saya ikut campur. Tapi sebaiknya mbak jangan marah2, disini pasar mbak. Takutnya ada hantu pasar yang berseliweran dan merasuki mbak yang emosinya tinggi" Peringat pemuda itu pada Ila.

"Kamu itu siapa?! Dateng-dateng ceramahin orangGak usah ngurusin hidup orang deh" Ucap Ila tak suka.

"Il !! Maaf mas, teman saya ini emosian" ucap Syifa.

"Mbak ngangkut beras mau dibawa kemana?" Tanya pemuda itu pada Syifa.

"Saya mau pulang mas, motor saya masih di kantor jadi saya harus ngangkut beras sampai kantor" terang Syifa.

"Boleh saya bantu mbak? Setidaknya saya anter berasnya kekantor" Tawar Pemuda itu.

"Boleh mas. Terima kasih sebelumnya" ucap syifa.

Pemuda itu mengangguk lalu membawa beras 10 kg menuju parkiran motor di kantor Syifa. Sementara Ila membuntutinya.

"Aku pulang dulu Il, aku buru-buru" ucap Syifa.

"Kamu marah sama aku Sif?" Tanya Ila dengan wajah nelongso.

"Enggak kok, hanya bete" ucap Syifa lalu menstater motornya, tak lupa ia berterima kasih pada pemuda didepannya.

"Makasih bantuannya mas" ucap Syifa tulus.

"Iya mbak, lain kali jangan bertengkar lagi! Kalau butuh bantuan di pasar saya siap membantu" ucap pemuda itu.

Pemuda dengan rambut ikal nan hitam pekat itu pergi menjauh dari kantor.

"Aku lupa bertanya namanya" seru Syifa sambil memegang kepalanya.

"Gak penting juga kali Sif, pemuda culun gitu" ucap Ila merendahkan pemuda itu. Padahal pemuda tadi cukup manis lho tahi lalat tipis diatas bibirnya juga alis tebalnya memberi kesan tersendiri.

Ila ini pengagum cogan alias cowok ganteng. Jadi kriterianya harus ganteng, makanya diusia segini ia masih single.

"Culun gimana sih? Jangan ragukan cowok culun karna kalau udah dandan kelar idup lo" peringat Syifa lalu berlalu dengan motornya meninggalkan Ila yang mematung.
--

Sampai dirumah, Syifa langsung membawa beras 10 kg menuju dalam rumahnya. Tapi di ruang tamu Syifa disuguhi lelaki tampan yang sedang bercengkrama dengan ibunya. Lelaki itu adalah Hafidz.

"Kak Hafidz!" Syifa terkejut.

"Maaf Syifa lupa kalau mau pergi" ucap Syifa tak enak.

Lelaki yang bernama Hafidz tersenyum maklum.

"Gak papa kok. Aku tunggu" ucap Hafidz.

"Aku mandi dulu ya kak, bu berasnya aku bawa ke dapur ya" ucap Syifa pada ibunya lalu ibu Narsih mengangguk. Setelah itu Syifa mandi karena merasa tubuhnya lengket dan asem ditambah beras yang dibawanya.

Sekitar 15 menitan Syifa mandi dan dandan. Ia keluar dari kamarnya dengan tubuh yang sudah terpoles make up dengan baju panjang beserta jilbab warna kuning kunyit.

"Syifa sudah siap kak" ucap Syifa.

"Mau kemana Sif?" Tanya ibu.

"Ke taman kota bu jalan2 sore" ucap Syifa.

"Yaudah pulang jangan kemaleman" peringat ibunya. Ibunya tau Hafidz adalah sosok yang amanah alias dapat dipercaya.

"Syifa pergi dulu bu" ucap Syifa lalu salaman tangan dengan ibunya, begitu juga dengan Hafidz.

"Assalamualaikum" ucap mereka berdua.

"Walaikumsalam" balas ibunya sambil tersenyum.

***

Didalam mobil, kecanggungan semakin terasa karna tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Syifa maupun Hafidz.

Syifa berinisiatif untuk membuka pembicaraan.

"Ehm, kak" Panggil Syifa.

"Kenapa Kai?" Sahut Hafidz.

"Gak papa kak, hanya senang kakak kembali" ucap Syifa pelan.

"Aku kembali Kai, tempat tinggalku disini. aku kan pergi menamatkan pendidikan S2 ku dulu" Ucap Hafidz.

"Selepas ini kakak mau cari kerja dimana?" Tanya Syifa.

"Mau melamar di STAIN dulu Kai" ucap Hafidz.

"Semoga dapat ketrima ya kak"
Ucap Syifa.

"Amin" ucap Hafidz. Keadaan menjadi hening kembali.

"Kakak masih hafalan Al-Qur'an kan?" Tanya Syifa lagi.

"Masih, tapi lebih memfokuskan ke qiro' nya" Ucap Hafidz membuat Syifa mangut-mangut.

"Pacar kakak pasti bangga" ucap Syifa sambil tersenyum.

"Pacar? Tak ada namanya pacaran didalam kamusku" Ucap Hafidz bernada dingin.

"Kamu pasti tau kan Kai? Pacaran tuh dilarang dalam islam. Karna pacaran mendekati zina" Ceramah Hafidz membuat Syifa tersadar.

"Jangan bilang kalau kamu punya pacar!" Ucap Hafidz tegas.

"Engggak kak, bener gak ada" ucap Syifa.

"Syifa tau pacaran tuh mendekati zina" ucap Syifa lagi.

"Baguslah, di zaman sekarang ini pacaran dianggap hal yang wajar. Entah itu alasannya menambah semangat, ada yang bantu mengerjakan tugas, ada yang cuman senang-senang, bahkan lebih dari itu!!" Ucap Hafidz dengan sorot mata yang masih fokus ke jalanan.

"Makanya islam tidak memperbolehkan dengan pacaran. Gak ada hal baik dari namanya pacaran. Karna yang baik tak akan mau pacaran, tapi menghalalkan dengan cara yang diridhoi Allah yaitu dengan pernikahan" terang Hafidz. Syifa hanya bisa diam saat Hafidz menjelaskan.

"Ya Allah, siapapun nanti pasangan Kak Hafidz adalah wanita yang paling beruntung. Lelaki yang mengerti seluk beluk agama dan juga menghormati wanita. Ya Allah bolehkah aku mengharap? Aku ingin menjadi wanita beruntung itu. Wanita yang akan berdiri dibelakang sujudnya dan berdoa bersama setelah bersujud padamu" Doa Syifa dalam hatinya.

Mengharap masa yang dinantinya akan benar-benar datang.

Muhammad Hafidz Alfaridzi, lelaki yang telah menjungkir balikkan kondisi hati Asyifa.

Lelaki dewasa berusia 26 tahun yang cerdas dan juga terlahir dari keluarga yang baik dan beragama tinggi. Siapapun pasti mengharap akan menjadi pasangannya. Dan itu benar, Asyifa juga mengharapkan menjadi pasangannya.

Hanya takdir yang dapat menentukan, siapa jodoh Asyifa maupun Hafidz.

Dan menerima kenyataan bahwa jodoh tidak bisa dipaksakan, dan harapan selalu menyakitkan.

Bersambung.
...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro