Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asyifa - 24

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Sungguh wanita mampu menyembunyikan CINTA selama 40 tahun, namun tak sanggup menyembunyikan CEMBURU walau sesaat"

-Ali Bin Abi Thalib-

Author Pov.

Sore hari yang nampak menggembirakan bagi seluruh karyawan Bank Syariah Amanah. Mereka sekarang sedang berkumpul di salahsatu kedai modern bernama The Bill. Kedai yang ada di alam terbuka tersebut telah disewa Pihak Bank untuk syukuran kecil atas kerja keras para pegawai yang membuat Bank Syariah menjadi maju.

Suasana kedai sangat ramai diiringi canda tawa dari pegawai lainnya membuat suasananya santai. Hanya perayaan kecil yakni makan-makan bersama para karyawan pusat dan karyawan kantor cabang.

Bukan hanya Kantor Pusat saja yang mendapat peringkat terbaik, Kantor Cabang Amanah yang terletak di Kecamatan Wates juga peringkatnya naik, maka dari itu syukuran dibarengkan dengan Bank Pusat.

Syifa duduk sendiri di kursi karena teman-temannya sedang hilir mudik mengambil makanan dan berbincang dengan teman. Ia tak ambil pusing dan melihat keluar jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan kebun teh yang terhampar. Syifa heran, kenapa kedai ini mengambil dekorasi modern sedangkan letaknya saja berada di perbukitan.

Rombongan pegawai yang berasal dari Kantor Cabang masuk berbondong-bondong, Syifa lalu mengalihkan pandangannya dan menatap satu persatu karyawan dari Cabang BSA itu sambil mengunyah apel di piring yang sudah disediakan.

"SYIFAA" Teriakan keras dari salahsatu pegawai yang berasal dari Kantor Cabang membuat Syifa kaget. Sontak para pegawai menoleh ke arah Syifa dengan tatapan tanda tanya. Pasalnya, ia jarang bertemu langsung dengan para pegawai sana.

Syifa memandang wanita seusianya dengan tatapan tanda tanya serta alis berkerut, wajahnya nampak familiar.

"Pasti lupa nih sama teman lama!" Cibir wanita itu sambil berjalan mendekat ke arah Syifa.

"Siapa ya? Saya lupa, faktor U kali ya" ucap Syifa meringis disertai candaannya. Wanita itu nampak mendengus.

"Imel Sif, kamu suka bercanda ya ternyata!" Wanita yang mengaku bernama Imel duduk disamping Syifa.

"Imel?" Gumam Syifa sambil berfikir.

"Oo, Imelda Royani? Anaknya Bapak Mansyur?" Jawaban Syifa membuat Imel menyentil jidatnya. Wanita berusia 22 tahun yang sama seusia Syifa itu nampak cemberut.

"Kalo nama bapaknya ingat, kalo aku lupa. Im fine kok Sif" Ucap Imel dengan tatapan tegar yang dibuat-buat. Syifa tergelak.

"Ternyata kamu masih di Cabang BSA Mel?" Tanya Syifa sambil terkejut. Dia dulu pernah bekerja di kantor cabang BSA setelah lulus SMK. Dia bertemu dengan Imelda, siswi dari sekolah lain yang akhirnya menjadi partnernya dan bekerja satu atap dengannya. Teman seperjuangan.

"Masih kok, sudah berapa tahun ya kita gak ketemu?" Tanya Imel yang sekarang nampak cantik.

"1..2..3..4. 4 tahun kayaknya. Kamu gak pernah main ke rumah sih" Ucap Syifa cemberut. Dia bekerja di kantor cabang BSA hanya sampai 3 bulan lalu akhirnya memutuskan resign, padahal saat itu ia akan di mutasi di kantor cabang kedua yang lebih besar dan jauh tempatnya.

Syifa memutuskan resign karena saat itu ia mendapat informasi bahwa ia diterima di Universitas impiannya. Dia tidak mengambil kuliah sabtu-minggu karena ia ingin membantu ibunya jualan.

"Mau main lupa rumahmu Sif, nomormu juga gak aktif, gimana coba?" Ujar Imelda.

"Iya maaf deh. Eh, ikan siyem masih kerja disana?" Tanya Syifa antusias. Ikan siyem adalah julukan Syifa kepada temannya yang suka sekali bercermin.

"Udah resign 1 tahun yang lalu, setelah menikah dia ikut suaminya" Jawab Imel sambil menyesap kopinya.

"Suaminya? Dia jadinya nikah sama siapa? Dulu kan suka tuh dijodoh-jodohin sama Si Dodi" ucap Syifa. Ikan siyem yang dia maksud adalah Nala Alfinda, teman dekatnya sekaligus teman sesama Account Officer yang suka bercermin setiap saat. Sedangkan Dodi adalah anak bagian marketing yang gencar mendekati Nala.

"Bukan. Dia nikah sama abdi negara, dia kini kayaknya ikut suaminya tugas" Jawab Imel membuat Syifa mangut-mangut. Temannya rata-rata memang sudah menikah.

"Kamu kerja di bagian apa Sif?" Tanya Imelda sambil memakan anggur.

"Jadi CSO" Jawab Syifa sekenanya.

"Wah~ hebat kamu Sif, jadi CS di BSA, di bagian pusatnya pula" puji Imelda.

"Alhamdulillah Mel, selalu bersyukur" Ujar Syifa sambil tersenyum.

"Imell" Panggil seorang wanita paruh baya dari jauh. Gadis yang dipanggil namanya menoleh dan berdiri.

"Iya buu. Syif nanti dulu ya! Aku temuin Bu Macannya dulu ntar ngamuk" Ucap Imel berbisik lalu berlalu. Syifa tertawa geli mengingat masa kerjanya dulu di cabang BSA, Bu Macan adalah istilah anak-anak AO untuk Bu Handa --- kepala AO yang galaknya minta ampun, kerjanya harus memenuhi target, disiplin, telat dikit gaji melayang.

Indah untuk dikenang, pahit untuk dilakukan kembali. Syifa heran, kenapa si Memel betah sekali disana.

Gadis itu meminum segelas greentea nya sambil memakan donat lezat. Suara deheman seseorang membuat Syifa menoleh.

"Eh Mbak Nawang, sini duduk" ucap Syifa pada Nawang.

"Iya Sif" jawab Nawang sambil duduk.

"Makan mbak" Syifa menggeser sepiring donatnya.

"Mbak sedang diet Sif" Syifa tergelak lalu dia menatap tubuh Nawang. Wanita itu punya tubuh ramping yang pas, kenapa dia harus diet?

"Canda Sif elah, mbak udah kurus gini kalo diet kayak lidi dong" Ucap Nawang lalu memakan donat sambil tertawa-tawa. Syifa mendengus, ia kena prank dari wanita cantik ini.

"Eh Sif, kemarin kamu pergi ke Hill Vaganza sama Novila?" Tanya Nawang sambil menggeser layar handphonenya. Nawang sedang membuka aplikasi IG dan terkejut melihat postingan Ila.

"Ini Si Hafidz?" Nawang menunjukan benda pipih itu dan terpampanglah foto mereka bertiga, Hafidz, Ila dan Syifa yang berfoto dengan backround bunga-bunga. Syifa kikuk mengiyakan.

"Kok bisa pergi bareng?" Tanya Nawang meminta penjelasan.

"Panjang ceritanya mbak" Syifa mengaduk greentea nya yang tinggal setengah.

"Cerita sama mbak" Syifa mengangguk pasrah, tak ada tempat bagi Syifa untuk berkeluh kesah selain Nawang, wanita berumur 25 tahun itu sudah dianggap Syifa sebagai kakak perempuannya.

Bergulirlah cerita Syifa tentang awal mula pertemuan Hafidz dan Ila, sekali-kali dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pendek karena rasanya menyesakkan.

"Posisiku rumit mbak, aku gak tahu akan sejauh ini" Syifa nampak pusing dan meletakkan kepalanya di meja.

"Coba ngomong baik-baik dulu sama Ila, dia pasti akan mengerti" Saran Nawang yang dibalas gelengan Syifa.

"Enggak semudah itu mbak, aku gak tega sama Ila" Jawab Syifa lemah.

"Gini ya Sif, kamu milih perasaan sahabatmu ataukah hatimu sendiri? Memilih melepaskan ataukah maju ke depan?" Pertanyaan Nawang membuatnya kelu, ia tak ingin melihat Ila terluka. Sedangkan dalam hatinya ia ingin bersama Hafidz.

"A-aku tak tau mbak. Jika memang dia jodoh Ila aku bisa apa?" ujar Syifa berusaha tegar.

Nawang menarik nafas panjang dan berusaha memberi saran yang baik.

"Mbak gak bisa nyalahin siapa-siapa ya! Pertemuan mereka mungkin sudah diatur Allah, tapi jodoh kan gak ada yang tau Syif, berdoa yang terbaik saja ya!" Saran Nawang. Ia tak tau harus apa selain mensupport Syifa.

"Iya mbak terima kasih" Jawab Syifa lesu.

**Sementara di sisi lain..


Seorang wanita tengah membawa 2 gelas Coffie Latte dan berjalan santai ke arah Syifa sebelum gadis itu mendengar topik obrolan yang menyangkut dirinya. Gadis itu berhenti tepat di belakang dua temannya yang sedang curhat, dua wanita itu tidak mengetahui Ila di belakangnya.

"Mbak Nawang tau kan kalau sampai saat ini aku masih menunggu dia?" Ucap Syifa pada Nawang. Pergerakan Ila berhenti seakan ada hal yang harus ia dengar.

"Mbak tau Syif, kamu menunggu dia sampai bertahun-tahun. Tapi apa kaitannya dengan foto yang dipost Novila?" Tanya Nawang. Jantung Ila berdetak cepat saat namanya disebut. Ada apa ini?

"Apa menurut mbak, aku harus menyerah?" Tanya Syifa.

"Tunggu, ini gak ada kaitannya Syifaa" Nawang nampak kesal. Syifa mengambil nafas bersiap menceritakan kejadiannya.

"Kak Hafidz mbak, dia bertemu Ila saat dia baru pulang ke kota ini. Ila bertemu dengannya dan langsung menyukainya, saat itu aku gak ngeh siapa yang dimaksud, tapi kondisi mempertemukan mereka denganku" tutur Syifa memelankan kalimat terakhirnya. Ila di posisi itu sungguh terkejut, ia tak menyangka Syifa juga menyukai Hafidz.

"Lalu apa Syifa?" Desak Nawang.

"Mereka berkenalan dan mbak tahu lah, mereka semakin akrab. Seharusnya aku berhenti menyukainya mbak" Cukup. Ila tak ingin mendengarnya lagi. Hatinya pedih bahkan gelas yang ia bawa ikut bergetar mendengar kenyataan ini. Dia berjalan mundur dengan sangat pelan, air matanya nyaris jatuh jika ia tidak ingat tempat.

Kenapa harus terulang lagi? Kenapa kisah klisenya harus terjadi lagi dan lagi? Gadis itu menaruh 2 coffie lattenya di meja, seharusnya ia beri ke sahabatnya namun ia urungkan.

Gadis itu pergi ke toilet dan membasuh wajahnya yang sudah memerah di wastafel.

Kenapa harus aku yang mengalami?
Kenapa harus dia yang terpilih?
Dari seluruh dunia ini, kenapa harus sahabatku lagi?

"Apa aku harus mengalah lagi?" Lirihnya sendu.

***

Takdir seolah mempermainkan mereka, 2 wanita tersakiti karena mempunyai rasa cinta yang tak halal. Rasa cinta yang seharusnya ia berikan ke pencipta, namun di salahgunakan untuk mencintai makhluknya hingga melebihi rasa cinta kepadaNYA.

Jika salahsatu dari mereka tak mendapat yang diharapkan, itu tandanya Allah mempunyai rencana lain yang InsyaAllah lebih indah.
Wallāhua'lam Bishawab.

Bersambung..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro