Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asyifa - 15

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Entah mengapa aku ragu, ragu akan takdir yang Allah berikan untukku. Tapi aku berusaha yakin, bahwa Allah pasti punya sesuatu yang lebih baik dari setiap rencana indahku"

Author Pov

Syifa terus menatap kedua  sahabatnya itu, jujur ada sedikit perasaan gelisah di dada Syifa. Ila, sahabatnya itu bersikap profesional seperti biasanya, meski gadis itu menyangkal bahwa Ila sedikit bercahaya di setiap senyuman yang ditujukan pada nasabahnya-- Hafidz.

Interaksi mereka sebenarnya biasa saja, seperti customer service dan nasabah. Syifa mulai menepis hal-hal yang ada di pikirannya yang menghantui setiap seluk kepala tanpa bisa ia cegah.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dan mulai mengerjakan data nasabah hari ini. Setidaknya ia memiliki pekerjaan yang menyita waktu untuk tidak melihat sahabatnya yang bercahaya karena bertemu dengan lelaki pasar malamnya.

Sementara di sisi lain..

"Assalamualaikum, selamat pagi bapak. Silakan duduk" sapa Ila ramah sambil menangkup tangannya di dada.  Jika sesama jenis biasanya menyalaminya santun.

"Walaikumussalam, terima kasih" ucap nasabah Ila yaitu Hafidz. Lelaki itu duduk dan menghadap Ila.

"Nama saya Filla. Dengan bapak siapa?" Ila memperkenalkan diri, name tag-nya di meja bernama Filla, hanya Syifa yang memanggilnya dengan nama Ila.

"Nama saya Hafidz" jawabnya.

"Baik Bapak Hafidz, ada yang bisa kami bantu?" Tanya Ila formal.

"Iya Mbak, saya mau membuat rekening tabungan baru" jawab Hafidz.

"Baik bapak, Sebelumnya maaf, pekerjaan bapak apa ya?" Tanya Ila. Bukan kepo! tapi ini adalah salahsatu hal yang harus dipastikan kepada setiap nasabah.

"Saya Dosen mbak" jawab Hafidz. Ila mengangguk formal. Jika didepan nasabah, ia nampak kalem dan profesional.

"Baik pak, disini ada beberapa produk yang mungkin cocok dengan bapak. Produk kami bernama ---" Ila menjelaskan beberapa produk di Bank Syariah Amanah.

"Terima kasih penjelasannya mbak, saya memutuskan mau membuka tabungan simpati" ucap Hafidz. Ila mengangguk lalu menjelaskan.

"Di tabungan simpati ini menggunakan akad wadi'ah bapak. Bapak bisa memilih memakai akad wadiah yadh-dhamanah atau yadh al amanah? Tanya Ila halus.

"Akad wadiah itu seperti apa mbak?" Tanya Hafidz yang nampak kebingungan. Ila tersenyum maklum dalam hati.

"Begini bapak, akad wadiah itu sama seperti tabungan biasa. Bapak bisa menitipkan atau menyimpan sejumlah uang ke bank dan uang tersebut bisa diambil sewaktu-waktu" Tutur Ila. Hafidz mengangguk paham.

"Di dalam akad wadiah ada beberapa jenis, yang pertama wadiah yadh dhamanah yaitu pihak Bank boleh mengelola dan memanfaatkan uang nasabah dan nasabah bisa mengambil uang sewaktu-waktu" Tutur Ila.

"Dan yang kedua wadiah yad al-amanah yaitu pihak Bank diberi amanah untuk menjaga uang tersebut dan tidak diperbolehkan untuk menggunakan uang itu" Pungkas Ila. Hafidz nampak berpikir sejenak.

"Saya memilih wadiah yad al-amanah saja mbak" Ucap Hafidz.

"Baik bapak, untuk biaya administrasi pembukaan tabungan Rp. 30.000 itu sudah beserta kartu ATM dan setoran awal Rp. 10.000. Bagaimana bapak?" Tanya Ila.

"Iya mbak" jawab Hafidz. Ila mengeluarkan formulir dari laci mejanya.

"Silakan baca draftnya kemudian bapak isi formulirnya, jika ada yang tidak dimengerti bapak bisa bertanya" Ucap Ila.

Hafidz mengisi satu persatu kolom formulir itu sesekali bertanya. Dan dengan senang hati Ila menjawab pertanyaan.

"Ini mbak sudah" ucap Hafidz sambil menyodorkan formulir yang sudah diisi. Ila mengambil formulir tersebut.

"Sebelumnya, boleh saya pinjam kartu identitas beserta kartu keluarga?" Tanya Ila.

"Oh, ini mbak" sodor Hafidz dengan KTP dan fotocopy KK yang sudah ia persiapkan.

"Terima kasih bapak, maaf saya tinggal sebentar, mau mencetak tabungan sekaligus memfoto copy KTP bapak ke belakang" pamit Ila yang dipersilahkan Hafidz.

Di belakang lebih tepatnya CS counter, yang mencetak tabungan. Ila senyam-senyum sendiri sambil menunggu tabungan Hafidz dicetak. Bella-- petugas pencetak tabungan pun bertanya-tanya.

"Mbak lagi seneng ya? dari tadi mesam-mesem sendiri" ucap Bella sambil menggoda.

"Eh, ketara (kelihatan) ya?" Tanya Ila balik.

"Iyalah mbak, kenapa sih? Nasabahnya pacar mbak ya?" Tebak Bella.

"Bukan kok Bel. Dia aja gak kenal aku" jawab Ila sambil merapikan dokumen.

"Yaudah, kenalan atuh mbak. Mumpung statusnya di KTP belum kawin, gebet gih" suruh Bella dengan canda tawa.

"Kamu ini ya" Ila mendengus.

"Nih mbak tabungan dan KTP-nya, mau sekalian FC.KTP nya gak? Kali aja mau dipelet" jawaban nyeleneh Bella membuat Ila menonyor kepala gadis berusia 22 tahun, seusia Syifa.

"Aneh-aneh aja, emang tampangku ini mirip dukun" Ucapan Ila membuat Bella terbahak. Setelah selesai, Ila berjalan menemui nasabahnya di frontliner.

"Maaf menunggu lama, ini tabungan dan ATM nya pak, bapak baru bisa melakukan transaksi besok" Ucap Ila sambil menyerahkan kartu ATM dan tabungan ke Hafidz.

"Terima kasih mbak" jawab Hafidz menerima tabungan tersebut.

"Bapak bisa menghubungi call center kami jika ada masalah. Nomornya sudah tertera di kartu ATM bapak" jelas Ila.

"Ada lagi yang bisa kami bantu pak?" Tanya Ila untuk memastikan bahwa nasabahnya ingin bertanya lagi atau tidak.

"Tidak ada mbak, terima kasih" jawab Hafidz sambil berdiri. Ila juga berdiri. Ia menerapkan SOP pelayanan yang baik.

"Terimakasih bapak atas kepercayaannya, Selamat siang. Assalamualaikum" Akhir Ila.

"Walaikumussalam" dengan wajah puas Hafidz pergi meninggalkan customer service.

Asyifa, gadis itu melihat punggung tegap Hafidz yang mulai melangkah pergi. Entah mengapa hatinya merasa kosong, bukankah Hafidz tau jika Syifa kerja disini, tapi mengapa lelaki itu tampak tak peduli dan berjalan begitu saja tanpa menoleh Syifa yang duduk didekat meja Ila.

Syifa berusaha positif thinking mungkin ia lupa ataupun tak tahu jika ia bekerja disini. Lalu Syifa melanjutkan pekerjaan yang tertunda tanpa nemikirkan lagi apa yang terjadi.

Akhirnya jam yang mereka tunggu-tunggu selesai, apalagi kalau bukan jam kerja?

"Eh Sif, tadi kamu tau gak? Nasabahku tadi adalah lelaki pasar malam itu" ucap Ila antusias, mumpung saja para pegawai sudah sebagian pulang.

"Yang mana sih? Yang om-om tadi atau yang sudah beruban?" Canda Syifa yang akhirnya kena cubitan maut Ila.

"Awsh, sakit tau" Syifa melotot sambil menggosokkan tangannya ke lengan yang dicubit Ila tadi.

"Bercanda mulu sih, cubit lagi nih?" tantang Ila.

"Ampun buu" Syifa mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan. Peace.

"Ok-ok, back to topic yaww" Ucap Ila.

"Kamu bener gak tau nasabah tampan tadi? Kamu ini kalau ngerjain data nasabah sambil tengok samping dong" rajuk Ila.

"Yee, dibilangin gak tau" bohong Syifa. Jika ia mengatakan bahwa ia tau, maka panjanglah urusannya. Meyakinkan perasaannya ke Hafidz saja belum kelar apa kabar jika sahabatnya juga ikut bersaing?

"Yah, gak seru dong kalau kamu gak tau" Ila manyun.

"Tapi tenang saja, aku mempunyai nomor hpnya tadi. Muahahaa" Ila tertawa setan.

"Dasar, emang kamu suka menyalahgunakan profesi ya" sindir Syifa.

"Siapa bilang? Ini tuh penting untuk masa depanku" Jawab Ila tak kalah.

"Yaudahlah, aku mau pulang. Mau jaga warung, ibu mau pergi soalnya" ucap Syifa lalu mengambil tasnya.

"Ibu mu mau pergi?" Tanya Ila lagi.

"Iya" jawab singkat Syifa.

Rencananya, Ila mau berkunjung ke rumah Syifa mumpung ibunya pergi. Namun gadis itu tak memberi taunya karena mau memberi surprise kedatangannya langsung.

"Il, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum" pamit Syifa lalu pergi.

"Walaikumsalam" jawab Ila. Senyuman tercetak dari bibirnya. Gadis itu bersiap pulang dan rencananya nanti sore ia akan ke tempat Syifa.

***

Asyifa, gadis itu tengah menjaga warung setelah ibunya pergi ziarah bersama ibu-ibu kumpulan RT nya. Syifa cuma memakai kaos polos lengan panjang dipadukan hijab warna maroon. Meski cuma menjaga warung, ia tetap memakai hijab karena warungnya berada di sisi jalan dari rumahnya. Selain itu ia tau ada sebuah hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menutup aurat.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Syifa tengah menghitung bahan di warungnya. Nampak seseorang memakai motor scoopy dan helm warna pink yang familiar.

"Eh, itu kan-" Orang itu membuka helmnya dan.

"Dorr" kejut Ila setelah membuka helmnya. Syifa nampak mendengus.

"Mau ngapain mbak? Bayar hutang?" Tanya Syifa.

"Iya mbak, mau bayar yang kemarin ngebon" Ila menyahut perkataan Syifa.

"Mau ngapain neng?" Tanya Syifa lagi.

"Main lah mbak, masa gak boleh sih?" Ila duduk di kursi panjang.

"Kalau mau rumpi, maaf dosa saya sudah banyak mbak" ucap Syifa.

"Bukan rumpi mbak, cuman gosip dikit" jawab Ila. Percakapan receh terlontar dari mereka, perdebatan tak penting pun terjadi.

Sekitar 30 menit mereka membahas obrolan yang ngalor-ngidul. Tiba-tiba ada seseorang yang mengendarai motor gede berhenti didepan warung tepat. Syifa terkejut melihat sahabatnya--- Hafidz disini. Lelaki itu mendekati Syifa dan Ila.

"Aku cari di rumahmu ternyata kamu disini Kai" tanya Hafidz, dengan tatapan tak percaya Syifa mengangguk lalu melihat Ila yang matanya berbinar seperti mendapat uang 50 juta.

"Ada apa ya kak? Tumben kesini tanpa calling dulu" Tanya Syifa.

"Yah, mau kasih kejutan aja. Tadinya aku mau mengajakmu ke tempat nostalgia kita yang pernah aku batalin. Tapi kamu lagi jaga warung dan ada temanmu juga" Ujar Hafidz. Ia tau bahwa wanita didepannya ini adalah CS yang melayaninya tadi pagi.

"Emm, kalau kalian mau pergi kalian pergi saja. Aku juga mau pulang" dengan sedikit rasa tak rela di hati Ila, ia memutuskan untuk pulang saja.

"Il" panggil Syifa tak enak. Ila menoleh dengan tatapan sayu.

"Kamu ikut bersama kami ya?" Ujar Syifa begitu saja.

Bersambung..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro