Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asyifa - 11

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Dari sekian banyak lelaki yang membuatmu jatuh cinta, kenapa harus dia?"

Asyifa POV

Selepas membeli beberapa snack, ice krim, dan coklat. Aku berencana pulang melewati taman yang baru dibangun. Jaraknya dekat dari sini, lumayanlah untuk cuci mata ngeliat cowok yang bening-bening itu berolahraga.

"Eh astaghfirullah, aku bergaul sama Ila pikiranku jadi ikut kebawa mikir cogan" batinku.

Aku menyalakan motorku lalu menuju taman Bumi Indah-- nama taman baru itu. Baru saja aku melihat wara-wiri orang-orang berjalan, netraku sudah menangkap seseorang yang tak asing di pikiranku.

"Dia kak Hafidz bukan? Tapi kenapa kak Hafidz disini? Mengapa ia membatalkan pertemuannya denganku? Siapa wanita itu? Dan kenapa wanita itu terlihat familiar?" Batinku bertanya-tanya.

Ku usir pikiran-pikiran negatif di pikiranku. Mungkin saja ia ada pekerjaan penting. Lagian dia siapa? Dia hanya sahabatku dan aku tak punya hak untuk marah atas pertemuan yang dibatalkan.

Kulihat dengan seksama wanita tak berhijab itu. Baju lengan pendek dan celana training warna hitam. Tangannya memegang cone es krim yang krimnya tumpah sedikit di baju Kak Hafidz. Pantas saja wajahnya mendung.

"Dia, Devi?" gumamku.

Aku mengamatinya lebih lanjut, dia memang Devi, teman nongkrong Ila. Wajar saja wajahnya familiar, dia ini sebelas dua belas dengan Ila yang sukanya gratisan. Aku berkenalan dan berbincang dengan Devi hanya sekali saja, itupun saat aku dipaksa ikut nongkrong di cafe.

Aku melihat interaksi antara Kak Hafidz dan Devi, nampak Devi ketakutan dengan sorot tajam Hafidz namun tak berlangsung lama ada lelaki berkostum hitam polos datang dan meminta maaf atas kesalahan Devi. Sudah kuduga, Devi pasti mengajak pacarnya.

Aku tak mengikuti Kak Hafidz, biarlah ia pergi dengan urusannya. Dan seketika aku teringat dengan kedua keponakanku di rumah.

Aku cepat-cepat pulang ke rumah dan melupakan kejadian yang dialami Kak Hafidz tadi.

***

"Assalamualaikum" ucapku sesampainya berada di rumah.

"Walaikumsalam" jawab Mas Rian yang sedang duduk di ruang tamu.

Aku langsung masuk rumah dan membuka kulkas, kuambil es krim yang hampir leleh itu dan kumasukkan ke dalam kulkas.

"Bu lek" panggilan Zain membuatku menoleh.

"Eh, udah bangun kak. Dedek mana?" Tanyaku.

"Dedek mandi" jawab Zain singkat.

"Kak Zain mau coklat? Bu lek beli coklat nih" ucapku. Dengan ponakan gak boleh pelit!

"Mau bu lek" Zain antusias. Lalu kuberikan 1 batang coklat pada Zain.

"Makasih ya bu lek" ucap Zain lalu melengang pergi.

Aku berjalan ke ruang tamu dan berbincang dengan kakakku satu-satunya.

"Mas, jadi pulang kapan?" Tanyaku.

"Nanti siang kayaknya Fa" jawab Rian. Aku hanya mengangguk

"Si Hafidz sudah pulang Fa?" Tanya Rian tiba-tiba.

"Sudah mas, baru kemarin" jawabku.

"Kerja dimana dia sekarang?" Tanya Rian.

"Jadi dosen mas" jawabku.

"Wih keren, dulu sukanya main masak-masakan sama kamu sekarang jadi dosen" godaan masku membuatku manyun. Itukan dulu.

"Memangnya kenapa? Daripada main sama mas" balasku. 

"Mas kan sudah besar, masa mas harus nemenin kamu main. Lagian ada Hafidz yang selalu siap diajak main" ucapan Mas Rian membuatku nostalgia.

Dulu waktu kecil, aku memang sering main dengan Kak Hafidz, tak peduli dia laki-laki. Yang pasti dia baik dan selalu menuruti perkataan dan juga rengekanku. Ah, membayangkannya lagi membuatku rindu masa itu. Banyak sekali kenangan yang tersimpan di tempat nostalgia kami.

"Hayo, ngelamun" tepukan Mas Rian mengagetkanku.

"Ini gara-gara mas, jadi kepikiran kan" ucapku sebal.

"Kepikiran apa sih? Kepikiran main di sawah nyari ikan siyem sampai kulit kamu gosong? Belum kapok sebelum jatuh tergelincir di pinggiran sawah?" Rian cengengesan sendiri mengingat adik perempuannya yang bandel itu.

"Mass" desisku. Ya Allah, aku malu sendiri mengingat masa dimana aku terjatuh di pinggiran sawah, hingga sekarang masih berbekas di jidat. Rian terbahak.

"Dasar kakak durhaka" ucapku lalu aku ke kamar meninggalkan Rian yang terpingkal-pingkal.

Kuakui waktu itu, aku sedang mencari ikan siyem bersama Mas Rian, Kak Hafidz, Deno, dan Lolo. Semua teman dan tetanggaku rata-rata lelaki karena perempuan yang usianya sebaya ku jarang keluar rumah.

Aku dulu pengoleksi ikan siyem. Kalian tau ikan siyem? Itu loh, yang ekornya warna-warni dan cantik. Di daerahku bernama ikan siyem. Biasanya ikan itu ada dipersawahan, aku pun awalnya tak tau dan tak percaya. Mana ada ikan hias itu disini. Tapi itu semua ternyata ada, meski hanya sedikit.

Saat itu usiaku 6 tahun, Kak Hafidz 10 tahun, dan mas Rian 16 tahun. Aku adalah perempuan paling kecil diantara mereka. Kejadian yang paling membekas di ingatanku adalah saat aku tergelincir di pinggiran sawah.

Mas Rian yang melihatku jatuh tak segera menolongku tapi menertawakanku lebih dulu, tak seperti Kak Hafidz yang langsung sigap menolongku dengan penuh perhatian. Tak sampai itu saja, sampai rumah Rian mengadu pada ibu dan alhasil aku kena semprot. Ibu memberiku ultimatum tak boleh lagi main ke sawah, namun aku tetaplah aku, tetap saja main ke sawah itupun mencuri waktu, menghabiskan waktu sambil melihat mentari terbenam di pematong sawah.

"Masa kecil yang indah" gumamku.

Drrt --Hpku bergetar. Mengacaukan lamunanku.

Ila : Sif.

Anda: Paan.

Ila : Curhat boleh nggak?

Aku mendengus, biasanya ia curhat panjang lebar tanpa minta izin dulu.

Anda : Tumben izin?

Ila : Ini ada fakta yang mencengangkan.

Anda : Fakta apa? Lambe turah lagi?

Ila : Ngiwir, anti gosip sekarang aku tuh.

Anda : Percaya.

Ila : Tadi pagi kan aku cfd di taman Bumi Indah.

Nampak dia yang lagi mengetik, pasti akan panjang nih. Tapi ini momen langka, Ila kan sulit bangun pagi di hari minggu

Anda : Tumben bangun pagi? Biasanya masih ngorok neng.

Ila : Jangan dipotong ah!

Anda : Selow neng.

Ila : Tadi pagi aku diajak Devi cfd, dan entah dorongan darimana, aku bersedia ikut. Aneh bukan? Sampai disana ternyata si Devi ngajak pacarnya. Kesel gak? Cuma dijadiin obat nyamuk disana.

Anda : Terus?

Ila : Terus nabrak. Responnya singkat amat neng _-

Anda : Cuma itu? Devi emang punya pacar, dan aku tau fakta itu.

Ila : Jangan dipotong!

Nih bocah labil banget kaya ibu hamil. Tadi disuruh ngerespon, terus bilang jangan dipotong. Tau ah.

Anda : Sesi curhat akan habis dalam 5 menit.

Ila : Kamp*et, belum sampai setengahnya neng.

Anda : Buruan.

Ila : Ke topik langsung ya! Jadi tadi ceritanya si Devi beli es krim cone untukku. Itu upah sudah menjadikanku obat nyamuk.

"Jadi, Devi dan Ila ada di taman juga? Tapi kok tadi aku gak liat  Ila ya?" Batinku.

Anda : Oke lanjut.

Ila : Devi membeli es krim. Dan aku ke kamar mandi.

"Pantes gak liat Ila" gumamku.

Ila : Aku menagih es krimku tapi Devi malah terlihat murung. Kutanyakan pada pacarnya si Hendra, ternyata Devi tersandung dan tak sengaja menumpahkan es krim ke baju seseorang.

Ila : Aku mengangguk paham. Lalu aku tanya siapa orang yang terkena es krim itu. Dan Hendra menunjuk seorang lelaki berbaju hitam rapi yang sedang fokus pada laptopnya.

"Ya Allah, itu memang Kak Hafidz bukan. Entah mengapa aku sedih kali ini"

Ila : Dan apa kau tau Siff? Dia ternyata lelaki pasar malam itu. Lelaki yang telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Aku tersenyum getir mengetahui fakta ini, ternyata lelaki pasar malam yang sering diceritakan Ila itu Kak Hafidz? Dan entah mengapa aku merasa patah hati mendengar fakta ini.

Ila : Ada banyak kejutan hari ini yang belum aku ceritakan, besok waktu kerja akan aku ceritakan fakta yang lebih mencengangkan. Okey!

Anda : Okey.

"Dari sekian banyak lelaki yang membuatmu jatuh cinta, kenapa harus dia?"

Bersambung..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro