Asyifa - 1
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Jika cinta tak harus memiliki, lantas untuk apa mereka saling memperebutkan cinta yang tak pasti?"
Author pov
Wanita cantik itu sedang duduk di bangku kebesarannya. Di bangku CS (customer services) ia sedang berkutat dengan data data para nasabah yang datang hari ini.
Wanita berjilbab dengan make up tipis membuat wajahnya terlihat segar. Matanya yang teduh serta hidung mancung membuat porsi pas pada wajahnya.
Dia Asyifa Kafia Maharani, salah satu costumer service di Bank Syariah yang terkenal dengan kecantikan dan kebaikan hatinya. Dia baik pada siapapun, dia masih single dan menjadi primadona di bank. Wanita periang dengan senyuman yang selalu ia tujukan pada semua orang.
Sayang, hatinya sulit untuk didekati. Didalam senyum manisnya terdapat kerapuhan, tapi ia berusaha menyembunyikannya. Dia tipe orang yang pandai menyembunyikan perasaan, termasuk perasaannya ke sahabatnya sendiri.
-,-
Wanita cantik yang disapa Syifa, berusia 22 tahun itu sedang tersenyum manis sambil sesekali menanggapi pembicaraan nasabah. Sudah sekitar 1 tahun ia bekerja di dunia Bank. Menjadi customer service adalah cita-cita Syifa sejak masuk SMK lalu melanjutkan pendidikan jurusan ekonomi.
Siang ini tidak begitu banyak nasabah yang datang. Karena tugas Asyifa sebagai customer service itu melayani nasabah dan memberi kepuasan atas permasalahan yang mereka bawa. Jadi lebih banyak yang bertransaksi langsung ke Teller. Syifa bekerja dari jam 08.00 sd 15.00 dan itu ditambah nulis laporan dll.
Pukul 15.00 suasana kantor Syifa mulai lenggang. Hanya ada beberapa nasabah yang sedang bercengkrama dengan temannya.
Seperti biasa sahabatnya yang rempong itu pasti merecokinya. Siapa lagi kalau bukan Novila atau yang disebut Ila itu mengajak keluar.
"Sif, keluar yuk jajan" ucap Ila teman sesama CS.
"Iya bentar" Ucap Syifa.
"Mau jajan kemana?" Tanya Syifa.
"Ke pasar yuk" Ajak Ila.
"Hah, di warung depan aja lah" Ucap Syifa malas.
"Ayo dong Sif, aku ingin beli jepit rambut dan pembersih muka" Rengek Ila.
"Yaudah deh, tapi sebentar aja ya!!" Peringat Syifa.
Dia sebenarnya malas jika harus ke pasar apalagi masih memakai jas kerja. Jarak pasar dan Bank Syariah sangat dekat hanya dipisahkan jalan raya.
Setelah Ila masuk ke toko penuh pernak-pernik. Asyifa menunggu didepan toko sambil melihat orang-orang hilir mudik mengangkut barang belanjanya, matanya menangkap seorang pemuda sedang bercakap-cakap kepada ibu-ibu yang kesulitan membawa barang belanjanya. Lalu pemuda itu membawakan barang yang ibu bawa tadi.
"Ya Allah, ternyata masih ada orang baik di dunia ini" Batin Syifa.
Pemuda itu menghilang dari pandangannya.
"Ayo Sif balik" ucap Ila sambil menepuk bahu Syifa.
"Eh iya ayo" ucap Syifa.
Asyifa kembali kekantor lalu pamit pulang pada rekan kerjanya yang masih bertugas.
"Aku pulang dulu ya mbak Nawang" pamit Syifa.
"Iya Sif, pulang sendiri?" Tanya Nawang. Nawang ini tugasnya sebagai Teller. Sedangka Ila sebagai Customer Service seperti Syifa.
"Enggak mbak, ada Allah yang menjagaku" ucap Syifa halus.
"Iya tau Sif, enggak ada yang jemput gitu?" Goda Nawang.
"Dijemput siapa mbak?" Tanya Syifa.
"Pacar atau calon suamimu gitu. Eh btw Hafidz udah pulang belom?" goda Nawang. Nawang tau Hafidz adalah orang yang disukai Syifa, karena Hafidz adalah teman sekelasnya saat SMA. Sedangkan Syifa sekolah di SMK.
Hafidz dan Syifa dulunya bertetangga dekat. Tapi, berbeda sekolah dan usia yang terpaut 4 tahun. Mereka hanya dapat bermain saat sore hari ataupun saat hari libur, karena sejak kecil Hafidz sudah disibukkan oleh hafalan-hafalan al-quran yang diajarkan oleh abinya. Wajar, abinya ini kyai yang disegani dan juga terkenal. Makanya Hafidz dilatih sedari kecil menanamkan hal-hal baik.
Ia bercerita dengan Nawang karena Nawang lebih asik diajak curhat, ia tipe orang yang pandai menjaga rahasia. Tidak, seperti Ila yang cenderung blak-blakan.
"Gak tau mbak, kalo dijemput malaikat maut mau?" Canda Asyifa.
"Ya Allah. Bicaramu Sif" ucap Nawang sambil mengelus dada.
"Habisnya mbak bicara aneh" ucap Asyifa.
"Hehehe, yaudah sana pulang. Atau mau dianterin sama Joni?" Tanya Nawang.
"Enggak mbak, pulang sendiri aja" ucap Syifa.
Lalu Nawang tertawa terbahak-bahak disana. Joni itu orang gila yang sering keliweran di area kantor.
Sebelum Asyifa pulang ke rumah, ia mampir ke supermarket membeli cemilan dan beberapa pembersih muka. Customer service dituntut untuk menjaga kebersihan diri terutama wajah dan sifat.
Asyifa masih berkeliling dengan melihat bagian atas rak cemilan hingga tak sadar ia menabrak seseorang, hingga belanjaan lelaki tersebut terjatuh.
"Eh maaf mas" ucap Asyifa dengan wajah panik. Sementara lelaki itu sibuk memunguti belanjaannya.
"Iya gapapa" ucapnya singkat.
"Lho, Kafia?" ucap lelaki itu sedikit terkejut melihat gadis didepannya.
"Kafia? Jangan bilang-" batin Syifa. Otomatis Syifa langsung mendongak.
"Loh, kak Hafidz!?" ucap Asyifa terkejut. Dan Syifa langsung menunduk.
"Kamu kebiasaan yah kalau ada orang sedang menatapmu langsung menunduk" Ucap pemuda tampan itu sedikit terkekeh pelan, menampilkan 2 lesung pipitnya (dekik).
"Itu karena aku tak sanggup menatap wajahmu lebih lama kak" batin Syifa.
"Bukan mahrom kak" elak Syifa. Ia tak menuruti batinnya tadi.
"Iya deh, tapi ya gak usah sampai nunduk gitu, biasa aja" ucap Hafidz.
"Kakak kapan sampai?" Tanya Syifa mencoba biasa saja padahal jantungnya berdetak kencang.
"Aku baru pulang kemarin. Aku memutuskan untuk menetap di di kota ini" ucap pemuda itu.
"Studi mu sudah selesai kak?" Tanya syifa.
"Alhamdulillah sudah selesai Kai" ucap pemuda itu. Sejak kecil, mereka sudah berteman karena mereka bertetangga dekat. Kai adalah panggilan sayangnya
Pemuda itu Hafidz, lelaki dengan qiro' yang merdu sekaligus hafal beberapa juz al-qur'an dan lulusan S2 dari Universitas ternama yang ada diluar provinsi. Lelaki ramah dan tampan menjadi primadona bagi wanita single. Wanita mana yang tidak mengejar-ngejar sosok Hafidz. Dia merupakan lelaki langka 1:1000. Dan Syifa beruntung dapat menjadi sahabatnya. Hanya sahabatnya.
"Yaudah kak, aku ke kasir dulu" pamit Syifa terburu-buru.
"Mau sekalian pulang bareng?" Tawar Hafidz.
"Gak usah kak, aku bawa motor kok" Tolak Syifa.
"Yaudah. Kapan-kapan kita ketemuan okey" ucap Hafidz sambil tersenyum.
Syifa mengangguk dan pamit pulang. Di perjalanan pulang ia terngiang ngiang dengan wajah Hafidz, cinta pertamanya yang baru disadari sejak kelas 2 SMP.
"Ya Allah jika dia memang jodohku maka permudahkanlah jalanku ke depannya. Jika ternyata dia tidak jodohku maka berikanlah kelapangan dada menerima ini semua" doa Syifa dalam hati.
Syifa berharap akan ada hal-hal indah yang akan terjadi setelah sahabat kecilnya kembali. Dapatkah hari-hari Syifa yang awalnya datar menjadi lebih berwarna setelah kedatangan sahabat kecilnya? Tapi entah mengapa firasatnya mengatakan sebaliknya.
"Semoga hal baik datang menyertaiku ya Allah"
Bersambung
...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro