Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ASUPAN 2


hae Riku moga kamu suka ya...

WARNING: TYPO BETERBANGAN DI MANA MANA

HAPPY READING


"Riku," Riku yang mendengar seseorang memanggil dengan didahului suara bel, segera menghentikan aktivitasnya.

"Ya," ucap Riku sembari berjalan menuju pintu depan untuk membukakan pintu pada seorang itu. "Tunggu sebentar."

"Apa aku mengganggu?" tanya seorang yang ternyata adalah Masato.

"Tidak juga," jawab Riku yang kemudian memberikan akses masuk ke apartmennya untuk Masato. "Ada apa pagi pagi begini?"

"Hanya berkunjung," jawab Masato. "Tidak boleh?"

"Mana mungkin." elak Riku dengan tawa renyahnya. Masato yang mendengarnya tersenyum kemudian mulai berjalan, meninggalkan Riku yang masih mematung di tempatnya.

Kenapa sudah lama aku tak mendengar kata itu? batin Riku.

"Riku, kau lebih suka selai coklat atau kacang?" suara Masato yang memanggil namanya hingga menarik kembali kesadaranya.

"Coklat, aku lebih suka coklat." jawab Riku kemudian segera menuju ruang makan dan duduk di salah satu kursi, tepat di depan Masato.

"Ini," kata Masato sembari memberikan roti isi selai coklat. Riku menatap roti isi didepanya, kemudian beralih menatap Masato dalam dalam. "Ada apa?" tanya Masato yang sadar tengah di pandangi.

"Tak ada." Kemudian melahap roti isi buatan Masato dengan banyak pikiran yang sedari tadi terus berputar di kepalanya. "Masato," panggil Riku setelah menelan roti lapisnya. "Apa kau melupakan suatu yang penting?"

Masato menatap Riku dalam diam. "Apa?" jawabnya dengan raut wajah penuh tanda tanya. "Apa aku melupakan sesuatu?"

Riku tersenyum, "Tentu saja tidak, bukan?" dan berdiri dari tempatnya.

"Kau kenapa?" tanya Masato yang semakin bingung. "Apa aku melakukan kesalahan?"

"Tidak, bukan kau." jawab Riku. "Tapi salahku yang menanyakan hal itu." lanjut Riku dengan berbisik.

Masatopun berdiri dan menahan tangan Riku, membuat langkah sang gadis terhenti. "Apa yang salah denganku?" Riku menggeleng tanpa menatap Masato. "Apa yang salah denganku?" tanya Masato lagi kemudian dengan perlahan ia rengkuh tubuh sang gadis dari belakang. "Kalau begitu ada apa denganmu? Apa kau tak lagi mencintaiku?"

"Harusnya aku yang mengatakan itu!" dan menyentak lengan Masato hingga melepaskan rengkuhannya. "Masihkah kau mencintaiku?!" air mata manumpuk tepat dipelupuk mata dan membuat tatapannya memburam.

Entah sejak kapan kau berhenti mengatakan itu, pikir Riku. Selama itu juga setiap harinya selalu ku tunggu kapan kau akan kembali mengatakannya.

"Riku," panggil Masato dengan tangannya yang berusaha menggapai wajah sang gadis. Namun sebelum niat itu terpenuhi, Riku sudah terlebih dahulu menepis tangan Masato dan meninggalkannya.

"Setelah selesai, lebih baik kau pulang," kata Riku di sela langkahnya. "Aku ingin sendiri." Lalu menutup pintu kamarnya rapat rapat.

Rikupun menyandarkan punggungnya pada pintu dan menahan isakan yang keluar bersama dengan derasnya air mata yang terus mengalir.

"Riku," panggil Masato dari luar. "Riku, kumohon buka pintunya."

Riku yang mendengar segera membekap mulutnya sendiri, berusaha untuk tak menjawab dan juga menyembunyikan isak tangisnya.

Tak lama, Riku mendengar suara langkah kaki yang menjauh dan ia tak lagi mendengar suara Masato yang memanggil namanya.

Entah ia harus bersyukur atau sedih, ia tak tahu. Yang ia tahu saat ini ia tengah bersedih dan air mata yang menyampaikan pada dunia akan apa yang tengah ia rasakan.

"Betapa bodohnya diriku," kata Riku bermonolog dengan senyum sarkastiknya. "Aku sendiri yang bertanya dan akhirnya aku sendiri yang menangis."

Selepas kejadian itu, Riku tak keluar dari kamarnya sama sekali. Pintunya ia tutup rapat rapat. Ia terus memikirkan hal yang tak dapat ia jawab.

Kesokan harinya di waktu yang sama, Masato tak datang ke apartmennya, siangpun begitu. Hingga malam tiba, yang hanya ia habiskan dengan memeluk lutut bersama air mata yang tak ada habisnya.

Keesokan harinyapun begitu, tak ada tanda tanda Masato akan datang ke apartmen Riku. Bahkan tak ada satupun chat dari Masato sejak kejadian itu. Ada rasa menyesal karna berbuat hal itu pada Masato. Namun ia juga tak bisa menyampingkan perasaannya.

Apakah ini akhirnya?

Hari ini, genap sudah satu minggu dirinya tak bertemu Masato atau bahkan mendapat chat dari sang kekasih. Ia memang mengatakan ingin menyendiri, ia memang bodoh telah mengatakan itu. Tapi ia hanya ingin Masato sadar jika dirinya ingin mendengar satu kalimat yang ia rindukan keluar dari mulut Masato. Tapi mengapa semuanya menjadi seperti ini?

Riku yang mulai merasa jenuh, kali ini keluar mencari angin. Entah kemana tujuannya, yang ia tahu dirinya membutuhkan ketenangan dari alam.

***

Setelah beberapa jam menjarnihkan pikiran, Riku kembali ke Apartmenya dengan beban yang sedikit berkurang.

Riku mengambil kunci dari dalam saku celana. Namun gerakan itu terhenti saat ia sadar pintunya telah terbuka hingga membuat sedikit celah.

Riku menatap celah pintu Apatrmennya dalam dalam dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke Apatrmen.

Tak ada yang mencurigakan dibeberapa langkah pertama. Namun semakin dekat ia dengan ruang tengah, ia mendengar nada indah dari tuts tuts piano. Riku terdiam.

Siapa? Batin Riku.

Iapun melanjutkan langkah, hingga matanya menemukan wajah yang selama ini ia rindukan. Ia menemukan Masato dibalik piano miliknya ditengah ruangan. Segera ia bungkam mulutnya dengan telapak tangan.

Masato yang sadar akan keberadaan Rikupun tersenyum penuh penyesalan. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Riku, Masato menekan tuts tuts piano hingga menciptakan nada indah yang, membuat Riku tak dapat mengalihkan pandangannya dari sang kekasih.

Ikutsu mono omoide o
Subete futaridake de wakeau you ni kanjite
Itsumademo kawarazu ni
Kimi ga kureta mono wa boku no kokoro ni aru kara

Riku yang mendengar setiap nada dan lirik, membuatnya mengingat semua yang telah terjadi diantara mereka berdua, semua perasaan yang telah ia rasakan saat bersama Masato.

Ada sesuatu yang seakan menggelitik hatinya namun disaat yang bersamaan juga menyesakkan.

I promise you
Kono sekai de kimi hitori o aishi tsudzukeru kara
Boku ni wa kimi ga ite hoshikute
I promise you
Kono omoi wa ooki sugite tsutae kirenai kedo
Nandomo ii tsudzukeru yo "Aishiteru"

Satu kata terakhir menyentak hatinya, akhirnya ia mendengar kata yang begitu ia rindukan. Tanpa sadar air mata luruh dan membasahi pipinya.

Yukkurito nagareteru
Boku to kimi ga sugoshita daiji na jikan o kasanete
Bokutachi no michinori de
Nani ga okoru ka nante wakaranaikedo
Kanarazu...

I promise you
Kono sekai de kimi hitori o mamori tsudzukeru kara
Nani ni mo hoka ni wa iranakute
I promise you
Kono omoi ga tomaranakute osae kirenai kedo
Nandomo ii tsudzukeru yo "Aishiteru"

Air mata terus mengalir dengan tangan yang menahan isakan. Ia kembali teringat waktu yang mengalir bersama dengan kebahagia dan kesedihan yang ia jalani bersama dengan Masato di waktu lalu.

Boku no subete o sasagete kimi ga shiawase ni nareru nara
Nandodemo kenka o shite
Nakiwarai te wo tsunaide
Ima sugu dakishimeru kara

"Masato." Bisik Riku dengan suaranya yang parau. Iapun teringat betapa hangatnya pelukan yang waktu itu ia tolak. Ia benar benar bodoh telah melepas pelukan Masato saat itu.

Masato menghetikan permainan pianonya dan mendekati Riku yang masih menangis. Iapun kembali bernyanyi tanpa iringan piano.

I promise you
Kono sekai de kimi hitori o aishi tsudzukeru kara

Kali ini masato berlutut dengan kaki kanan yang menjadi tumpuan, layaknya seorang pangeran.

Boku ni wa kimi ga ite hoshikute

Kemudian Masato meraih tangan Riku dan menatap matanya degan penuh penyesalan bercampur rindu.

I promise you
Kono omoi wa ooki sugite tsutae kirenai kedo
Nandomo ii tsudzukeru yo "Aishiteru"
Kono sekai de boku hitorija nani mo dekinai kara
"Aishiteru"

Tangan Masato yang kosongpun mulai merogoh saku celana dan kemudian megeluarkan kotak kecil yang dilapisi beludru merah.

Kono kotoba ni uso wanaito kami ni chikaeru kara
Nandomo ii tsudzukeru yo "Aishiteru"

Tepat di kata terakhir, Masato membuka kotak tersebut dan menampakkan sebuah cincin manis bertengger didalamnya.

"Maukah kau menerima cincin ini," kemudian menyiapkan cincin tersebut untuk nantinya dipakaikan pada sang kekasih. "Dan bersamaku disisa hidup ini?"

Air mata semakin mengalir deras saat mendengar Masato yang mengatakan hal sesakral itu hingga akhirnya sebuah isak tangis yang telah ia tutupi rapat rapat dengan jemari mungilnya lolos begitu saja.

Alih alih menjawab, Riku hanya mengangguk.

Masatopun tersenyu sebelum akhirnya menyematkan cincin itu di jari manis Riku.

"Maaf," kata Masato sebelum akhirnya merengkuh Riku yang masih menagis tersedu sedu. "Dan juga..." sejenak Masato melepas rengkuhannya.

Masato menatap Riku dalam, salah satu tangannya menggapai tengkuk sang gadis dan yang satu lagi melingkar dipinggang sang gadis. "...Selamat ulang tahun." kemudian diakhiri kecupan lembut.

AoyamaRiku   


oke map kalo gak memuaskan...









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro