Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Keping Mustika

Angkasa terbentang luas tak berbatas. Hamparan bintang dan galaksi tersebar. Nebula beraneka bentuk. Kedua Noah menjejak pada permukaan yang tak tampak. Mereka melayang, tapi berpijak. "Ini agak berbeda dari tempatku dulu bertemu."

Noah yang asli mengernyit, "Katanya kau adalah aku, tapi seolah kau masih Moses yang sebelumnya."

"Aku adalah kau. Tapi ingatan Moses memang masih terpatri."

"Membingungkan."

"Semua yang berkaitan dengan retakan realita memang membingungkan."

"Jadi, kita menunggu Baureksa Luhur muncul?"

Noah Moses memberi isyarat diam, "Dia sudah di sini."

Noah yang asli mencari ke sekeliling hamparan luas angkasa. Dia tak melihat apa-apa selain serbuk bintang dan galaksi.

"Dia adalah angkasa ini. Dia tak berwujud. Tapi solid dan nyata. Ada tapi tak terlihat. Dia adalah sumber energi alam ini. Dia adalah sang energi."

Noah Moses melakukan gerakan menyapu di udara lalu tangannya menyentuh bintang di dada. Ia menyarankan Noah yang asli juga mengikutinya. "Cara untuk dapat melihatnya adalah dengan melebur bersama energi Astacakra. Kita lakukan lagi yang namanya Asta Pancar. Memancarkan energi cahaya ke delapan penjuru mata angin."

Mereka melakukannya lagi, menyorotkan energi cahaya ke delapan arah.

Di hamparan angkasa nebula-nebula kehijauan bergerak membentuk wujud seperti naga. Noah yang asli takjub dan gentar menyaksikannya. Dia sampai menjatuhkan diri pada lutut.

Lalu dari mulut naga energi cahaya yang menganga, muncul sosok terbuat dari cahaya. Terang menyilaukan.

Baureksa Luhur akan bicara mereka melalui perantara, yaitu Prewangan Cakra Satria.

"Kita berjumpa kembali, Astacakra." Kata sosok bercahaya, sang Prewangan Cakra Satria. Astacakra merujuk pada dua Noah.

Noah ingin bilang kalau dia sama sekali belum pernah ketemu, tapi Noah Moses menghentikannya.

"Kami datang untuk minta petunjuk dan penjelasan serta kebenaran yang hakiki."

"Baik, aku mengerti maksudmu. Beruntunglah kau datang kemari, sebab kalau dibiarkan saja, banyak hal akan berubah dan berbahaya."

"Apa penyebab retakan realita ini?"

"Sedikit banyak kau sudah dapat menduganya." Prewangan Cakra Satria menyebut 'kau' seolah Noah asli dan Noah Moses satu kesatuan. "Ada pihak yang menginginkan terjadinya hal ini. Kami di langit, memantau pergerakan-pergerakan dari rencana-rencana jahat Duruwiksa, antek-anteknya semakin banyak dan berusaha selalu membuat alam Watukayu bergejolak. Tak terkecuali dimensi-dimensi cakram. Memang benar, seharusnya hanya boleh ada satu Astacakra. Di dunia versi mana pun. Tapi ada pihak tak terdeteksi yang mengacak-acak realita. Sehingga kalian terjadi. Kalian tak terelakkan, kalian adalah Astacakra. Realita sudah terbelah. Meski terbelah kalian adalah satu kesatuan. Saat ini, Moses menjadi Noah, karena berada di dunia Ganda Cakra. Bilasaja Noah yang datang ke dunia Asta Lawang, Noah akan berubah jadi Moses. Tapi lain hal kalau kalian berada di bumi manusia masing-masing. Akibat retakan realita ini, bumi manusia terbelah juga jadi dua. Buminya tetap satu, tapi realitanya berganda."

"Ada cara untuk menjadikannya tunggal lagi kan?" tanya Noah.

"Tentu bukan dengan melenyapkan satu sama lain kan?" sahut Noah Moses. Seakan menyindir.

"Sebelum kalian saling melenyapkan, ada baiknya aku ungkap tentang sebuah batu mustika yang menjadi penyebab dari semua ini. Dahulu, di alam Watukayu terjadi huru hara yang melibatkan siluman, Wayah Kelana dan padepokan pendekar. Alkisah Wayah Kelana menitipkan jiwanya ke tubuh seorang manusia demi menghindari seorang yang jalannya sudah sesat, bersekutu dengan Pendekar Hitam antek Duruwiksa. Sang Wayah Kelana itu adalah si pembawa mustika dimensi. Mustika yang menjaga dimensi-dimensi percabangan Watukayu tetap pada tempatnya. Pendekar Hitam mengincar pusaka itu demi mewujudkan kembali wujud primanya dan membuka Lawang Ombo untuk membebaskan Duruwiksa dari penjara langit. Penjara bumi sudah mengurung Raja Siluman, dia sudah tak berkutik, tak dapat bangkit lagi karena sudah terlampau dalam terpenjara. Kini yang ada di penjara langit yang ingin beraksi.

"Sang Wayah Kelana ingin menuntaskan pertarungan itu dengan cara setuntas-tuntasnya. Ia memutuskan untuk moksa paksa bersama Pendekar Hitam. Mustika Dimensinya tidak ikut serta moksa, bisa berbahaya bagi kelangsungan semesta Watukayu sendiri. Olehnya mustika itu dipecah menjadi kepingan-kepingan yang ia sebar ke manusia-manusia pilihan. Entah terpilih atau secara acak semata. Kepingan-kepingan mustika itu memiliki khasiat dan kekuatannya masing-masing. Salah satunya adalah membelah realita."

"Yang harus kita lakukan adalah menemukan orang yang memiliki kepingan mustika itu." Noah Moses kepikiran nama seseorang.

"Tepat. Kalian berdua yang harus menemukan orang itu dan mengambil kepingan mustika itu untuk dikembalikan kemari. Biar kami Prewangan Cakra Satria yang menyimpannya. Pasti jauh lebih aman."

"Lalu, tentang wangsit yang diterima Noah?" Noah Moses bertanya.

"Kebenaran akan terungkap dan kau akan tahu dari mana datangnya wangsit itu. Yang pasti bukan dari Baureksa Luhur."

Noah Moses menyentil tangan Noah asli. "Apa kubilang."

"Diam kau."

"Jika kau ingin mengungkap kebenaran ini, kita harus bekerja sama."

"Apa aku bicara dengan diri sendiri?"

"Ini Astacakra yang saling bicara."

"Oke oke. Dari mana kita mulai?"

"Aku sarankan kalian mulai dari petunjuk yang sudah pernah didapat." Kata Prewangan Cakra Satria. "Dan kusarankan agar kalian berhati-hati sebab siapa pun yang menguasai satu kepingan mustika dimensi, berbahaya. Dalam kasus ini, kepingan pembelah realita, bisa jadi orang itu tidak sadar memiliki kepingan mustika itu. Bisa jadi sudah tahu fungsinya dan memanfaatkannya untuk sesuatu yang tidak baik dan berbahaya."

"Kutebak kau sudah punya petunjuk." Kata Noah.

"Tentu saja, kalau saja kau tak menggerecoki aku waktu itu mungkin sekarang aku sudah tahu dalangnya." Kilah Noah Moses.

"Tak perlu saling menyalahkan. Semua terjadi sudah sesuai jalannya. Barangkali di ujung nanti, kalian akan menemukan solusi jitu yang tidak berakhir dengan saling melenyapkan. Aku andalkan kalian dapat mengambil keputusan yang tepat."

"Baik, terima kasih Prewangan Cakra Satria atas pencerahannya."

"Waktunya kalian beraksi. Akan kubantu kalian masuk ke dunia manusia, versi realitanya Moses."

"Kenapa realita Moses?" Noah protes.

"Karena awal dari semua ini, pelakunya ada di dunianya Moses. Kami dapat merasakannya."

Prewangan Cakra Satria meledakkan sosok cahayanya, naga besar angkasa Baureksa Luhur perlahan menghilang dari pandangan. Ledakan cahaya Prewangan Cakra Satria kini membentuk lingkaran. Lawang Ombo. Kedua Noah terangkat dan melewati Lawang Ombo yang terbuat dari cahaya itu.

Keduanya kembali ke wujud anak remaja SMP. Muncul di tengah-tengah lapangan dekat stasiun Sudimara. Mereka muncul sekejap setelah mereka tadi menghilang. Waktu bekerja misterius di alam Watukayu. Sekejap seperti selamanya. Selamanya hanya sekejap.

"Aku ada teori dan dugaan siapa pemilik kepingan mustika itu." kata Moses, bersemangat. Ia sudah bangkit duluan, lalu menawarkan bantuan kepada Noah. Yang ditolak mentah-mentah, karena dia bisa bangun sendiri.

Baru mereka berdiri mantab, tiba-tiba merekaterpental, tanah yang mereka pijak berguncang keras. Di hadapan mereka, munculsosok yang begitu besar menjulang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro