Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ganda Pura

Kilasan ingatan itu terjadi secepat kilat. Secepat kilat pula mereka sudah sampai ke tempat tujuan. Sebuah desa yang tersisa. Yang berhasil terselamatkan dari banjir bandang. Seharusnya ada sebuah kerajaan, namun yang tersisa hanya puranya saja. Kepala Moses masih terus saja dipompa oleh kilasan-kilasan ingatan Noah. Mereka sudah tiba di pintu masuk desa Ganda Pura.

Pintu masuknya adalah sepasang miniatur pura. Jalanan berbentuk bata segi enam terbentang berkelok-kelok, di sampingnya hamparan rerumputan hijau. Absurd. Tempat ini seperti melayang di udara. Di sinilah pangkal air terjun itu. Moses yang agak terhuyun, menengok ke belakang. Tidak jelas dari mana air terjun berasal. Seolah keluar dari pinggir daratan yang terbang ini.

Langit di daratan terbang ini dilintasi busur-busur pelangi yang tak pudar-pudar. Luar biasa. Moses tak bisa membendung rasa kagumnya. Tubuhnya masih dililiti sabuk selendang Astacakra Noah. "Bisakah kau melepaskanku saja? Aku berjanji tak akan menyerangmu. Tak apa kau jadikan aku sebagai tawanan. Tak enak kalau diseret terus begini." kata Moses.

"Baiklah." Kata Noah. Ia mengendurkan ikatan sabuknya. Moses merasa lega. "Tapi tak semudah itu." tangan Moses terbelit lagi. Hanya tangan saja. Ia seperti napi baru masuk yang digiring ke dalam selnya.

Di depan sana, di ujung jalan menjulang megah dua pura yang saling berhadapan. Warnanya jingga batu bata. Di sekelilingnya berdiri rumah-rumah kecil beratapkan sabut kelapa. Samar-samar terdengar suara aba-aba dan teriakan murid-murid pendekar.

Moses tak merasakan sama sekali energi Astacakra dalam dirinya. Oh tidak. Tidak mungkin. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Moses punya teori. Alamnya sudah berbeda, jadi energi Astacakranya sudah pasti tak sama. Astacakra dunia Asta Lawang tidak bekerja di dunia Ganda Cakra.

Angin di dunia ini begitu sejuk. Moses menikmatinya walau sesekali ikatan tangannya dientak oleh Noah. Membuatnya hampir oleng. Kilasan ingatan! Moses bisa memanfaatkan itu untuk mengenali lebih dalam. Biar dia bisa mengantisipasi apa pun yang akan terjadi di depan nanti. Melalui pengamatannya sekarang ini, Noah tampak tidak sadar kalau Moses mengalami kilasan ingatan tentang dirinya. Seperti masuk ke diari orang tanpa ijin.

Moses berpikir beruntunglah tempat ini tak ada kerajaannya. Terlalu repot, banyak intrik dan konflik. Perebutan kekuasaan dan lain-lain. Ah, tapi tak menutup kemungkinan juga, di desa Ganda Pura tetap ada intrik dan konflik. Siapa pun dengan agenda kekuasaan, akan memuluskan tujuan dengan cara apa pun. Yang jadi penghalang akan dimusnahkan. Mereka pun suka memasang muka domba, padahal hati serigala.

"Kau tak keberatan jika aku tanya-tanya?" kata Moses.

"Silakan saja."

"Saat kau menjadi Astacakra, kau sudah bertemu Prewangan Cakra Satria lalu Baureksa Luhur?" kalau memang sudah, pasti mereka tak akan menyarankan Noah untuk melenyapkan Moses. Mereka entitas tinggi yang pasti lebih bijak dan tak menyarankan tindakan jahat.

Noah tidak menjawabnya.

"Karena kupikir, mereka tak mungkin menyuruh seorang Astacakra untuk melenyapkan seseorang."

Noah mendengus, "Sok tahu."

Rasanya Moses ingin menabok Noah karena menyebalkan. "Aku penasaran, siapa yang menyuruhmu. Jangan-jangan yang dulu melubangi langit duniamu sehingga terjadi banjir bandang." Moses asal bikin teori. Tapi... bisa jadi itu benar.

Noah sempat berhenti melangkah. "Aku berubah pikiran, lebih baik kau diam saja." Selendang sabuk yang mengikat tangan Moses, kini memanjang dan menyumpal mulut. Mereka berjalan dalam hening. Kilasan-kilasan ingatan Noah masih berseliweran masuk ke kepala Moses. Di setiap beberapa langkah, kaki Moses terasa lemas dan membuatnya hampir jatuh.

"Lemah sekali, kau." Cemooh Noah. Moses hanya melemparkan tatapan protes. Tapi tak mau memperlihatkan kalau dirinya sedang mengintip diari Noah. Ini kondisi menguntungkan. "Siap siap saja. Karena orang Ganda Pura senang melihat Astacakra bertarung. Pengadilanmu ada di tangan orang-orang Ganda Pura."

Moses membayangkan eksekusinya nanti bilamana kalah bertarung di babak tanding ulang. Dan benar saja, ketika mereka sudah dekat dengan pemukiman, orang-orang Ganda Pura sudah ramai menanti di alun-alun terbuka. Seperti sudah dijanjikan suguhan pertarungan ciamik.

Tepuk tangan menyambut kedatangan Noah. Moses menduga isu keberadaan Astacakra kedua sudah beredar di kalangan masyarakat Ganda Pura. Wangsit yang disebut-sebut Noah tentang realita jiplakan dan keharusan dia melenyapkan Moses, sudah tersebar.

Kemudian meluncur turun dengan gerakan yang mulus, tiga orang dengan pakaian pendekar. Berdasarkan kilasan ingatan, mereka adalah Wira Merbabu, Wira Semeru, dan Wira Lawu. Kalau di dunia Asta Lawang para Warok belajar bela diri dari hewan di bumi manusia, Wira di Ganda Cakra berguru silat pada alam terutama gunung. Dahulu Wira yang lengkap ada berdelapan. Namun sisanya tak selamat dari banjir bandang dan proses Ganda Pura naik ke atas air terjun.

"Jadi ini Astacakra jiplakan yang kau sebut?" kata Wira Semeru, yang berdiri di tengah.

"Benar. Ini sabuknya." Noah menyerahkan sabuk Astacakra milik Moses kepada Wira Semeru.

"Tunggu apa lagi, lakukan apa yang diperintahkan melalui wangsitmu." Kata Wira Merbabu yang berdiri di kiri Wira Semeru. Tepuk tangan menyambut keras, khalayak tak sabar ingin melihat pertarungan.

Moses baru kedapatan kesimpulan. Entah kenapa bagian bertemu Prewangan Cakra Satria dan Baureksa Luhur dari tadi tidak muncul di kilasan ingatan. Karena, Astacakra Noah memang belum bertemu mereka. Melalui wangsit, Noah mengira mereka bicaranya.

"Tunggu dulu, sepertinya dia mau mengatakan sesuatu." Kata Wira Lawu, yang berdiri di kanan Wira Semeru.

Noah melepas sumpal dari mulut Moses. "Kalian harus minta petunjuk dari Baureksa Luhur! Bukan mengandalkan wangsit semata. Aku beritahu, wangsit bisa saja datang dari pihak musuh. Musuh yang tak terlihat." Moses mengatakannya dengan cepat.

Ketiga Wira saling tukar pandang. Raut mereka tidak menampakkan semacam, ohiya benar juga, melainkan tersinggung. "Berani-beraninya kau meragukan wangsit yang diterima Astacakra!" sembur Wira Merbabu.

"Bukan begitu maksudku. Aku hanya memberi sudut pandang lain. Siapa tahu benar." Bela Moses.

"Tidak. Kau sudah berbuat kurang ajar dengan meragukan wangsit itu." kata Wira Semeru. "Noah, beri dia pelajaran."

Moses melihat raut muka Noah berubah misterius. Ada yang disembunyikan. Semacam keraguan. Mungkin perkataan Moses masuk di akalnya. Noah melepaskan belitan selendang sabuknya dari tangan Moses. Wira Semeru melempar sabuk Astacakra kepada Moses.

Noah langsung berubah menjadi wujud Astacakra bintang biru. Moses memasang sabuknya. Agak kesulitan karena tangannya terus saja bergetar dan kakinya agak lemas. Ketika ia berhasil memasang sabuk dan memutar bintang dan terasa di dadanya muncul tato, ia mengaktifkan pakaian tempur astacakranya dari dada. Sekejap ia berubah jadi wujud dewasa lengkap dengan pakaian tempur.

Hanya saja, bintang yang ada di lempengpelindung dadanya warnanya biru. Sama seperti milik Noah. Semburan energi birudari bintang itu membuat Moses kewalahan. Ia tidak terbiasa. Ini bukan energiyang selama ini mengaliri tubuhnya. Moses berteriak kesakitan, lalu jatuhpingsan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro