Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

FINAL ROUND

Di baris kode penyetelan ulang tadi, Manda tidak menyertakan Wong Heksa. Dia dibiarkan tahu kalau Manda sudah menyetel ulang realita di Heksaworld. Wong Heksa tidak menyekap Karin lagi. Manda sudah mengantongi rencana pembalasan. Wong Heksa akan kapok sekapok-kapoknya.

Ketika Manda masuk lagi ke Heksaworld, atau Mandaworld saat ini, dia tertawa membayangkan rencananya menimpa Wong Heksa.

"Selamat da..." Wong Heksa tercengang. Serbuan ingatan yang telah dijalani Manda sebelumnya menghantam Wong Heksa. Manda langsung mencekik sosok hologram Wong Heksa.

Dia jalankan rencananya. Mandaworld telah utuh di bawah kendali Manda. Kini sumpah Manda terlaksana. Dia melakukan pembalasan. Wong Heksa tak lagi tuan dalam dunia ini. Manda memaksanya menjalankan semua permainan yang telah dilalui sebelumnya. Wong Heksa tampak cemas dan ketakutan, tapi dia tak punya pilihan lain.

"Aku tahu kau punya sesuatu untukku. Aku juga punya sesuatu untukmu dan tak bisa kau mengelaknya. Hidupmu ada di tanganku saat ini. Kau hanyalah parasit dalam Mandaworld."

Manda duduk santai di ruangan penuh monitor. Dia menyaksikan Wong Heksa menjalani setiap permainan. Dia ubah sedikit peraturannya. Dia bikin Wong Heksa terserang penat. Wong Heksa adalah makhluk tak kenal lelah, tapi kalau terlalu panjang yang dilaluinya ya suntuk juga. Dia buat Wong Heksa menembak bola basket tanpa henti sampai ratusan tahun. Wong Heksa harus menembak bola sebanyak dua puluh empat quadrallion kali. Baru dia lolos babak permainan basket.

Manda bisa bebas berlama-lama di Mandaworld. Mau sampai kiamat pun bisa saja. Dia tak terpengaruh oleh umur di sini. Dia jadi dewa di dunia ini. Nanti dia bisa kembali ke saat pertama dia masuk ke dunia. Di dunia nyata, Manda seolah tak beranjak sedetik pun.

Manda terhibur melihat Wong Heksa yang mati kebosanan. Gerakannya semakin melambat melempar bola. Apalagi keranjangnya sekarang bergerak meliuk-liuk. Membuatnya jutaan kali gagal.

Setelah itu Wong Heksa dijebak dalam labirin seluas hamparan bumi. Pintu masuknya di Sabang, pintu keluarnya di Merauke, tapi Manda buat lika-likunya sampai mengelilingi dunia. Wong Heksa butuh waktu lima puluh tahun sampai ketemu.

Yang dijalani Wong Heksa sesuai dengan spektrum waktu dunia manusia. Namun, di ruangan monitor Manda, dia menyaksikan semua itu hanya dalam hitungan jam. Dia buat Wong Heksa kalau mengumpat, maka dia kembali ke pintu awal.

Manda sesekali muncul sebagai hologram dan meledek Wong Heksa.

"Tolong hentikan! Aku bosan!" protes Wong Heksa. "Aku akan beritahu cara bagaimana menemukan orang yang tengah kau cari."

"Ya, aku tahu kau bisa memberitahuku. Tapi, seperti kesepakatan kita di awal. Aku akan membalasmu, kini kau harus menjalani semuanya dulu. Kau tak punya pilihan."

Wong Heksa tahu itu betul adanya. Dia tak lagi punya kuasa. Dia terjebak dalam dunia ini selama awal penciptaan dunia.

"Kumohon, lepaskan aku sekarang saja. Aku akan menceritakanmu yang sebenarnya. Aku tahu kekuatanmu sebagai Astacakra belum sepenuhnya lengkap. Ada keping yang mesti kau tahu dan itu mesti datang dari ceritaku langsung."

"Ya aku tahu itu. Tapi, jalani dulu segala permainan ini." Manda membawa Wong Heksa ke arena balap luar angkasa. Dia memberi Wong Heksa pesawat bobrok. Setiap dia ditembak musuh dan hancur, akan kembali ke titik semula. Setiap dia mengumpat, akan kembali ke titik semula.

Manda menyaksikan Wong Heksa akhirnya berhasil merampok pesawat bagus milik lawan. Dia menyelesaikan balapan itu setelah ratusan ribu kali kembali ke titik semula. Dia ratusan kali ditelan cacing lubang hitam. Setiap kembalinya dia ke titik semula, rasa sakit luar biasa menyerangnya. Meski terbuat dari hologram, Wong Heksa tetap merasakan sakit.

Kemudian masuk ke permainan tarung agung. Manda bakal ketawa menyaksikannya. Wong Heksa diberi ribuan musuh yang semuanya terbuat dari lendir lengket. Setiap sabetan pedangnya, melekat sulit dilepas. Tantangannya adalah Wong Heksa harus mengambil piala dari dalam perut makhluk lendir paling besar. Manda membatasi Wong Heksa dari memunculkan peralatan. Dia hanya bisa memiliki peralatan yang dikumpulkannya di medan tempur. Semua alat-alat itu hampir tak ada gunanya. Manda menyediakan peralatan dapur dan bersih-bersih rumah. Wong Heksa bingung tiap kali berhasil mendapatkan bonus peralatan itu. Tidak ada sinar laser yang bisa ditembakkan. Di sini Wong Heksa sekuat tenaga menahan gejolak ingin mengumpat.

Manda sempat tertidur menunggu Wong Heksa menuntaskan permainan itu. Karena agak kasihan melihat Wong Hekas yang terjebak dalam lendir, Manda mengusaikan permainan itu. Dia tarik Wong Heksa menuju tempatnya.

Wong Heksa jatuh berlutut minta ampun. "Aku akui, engkau imajinasinya menakjubkan. Aku tak pernah terpikirkan untuk menjahili orang sedemikian rupa. Ampun."

"Sekarang kau tahu siapa aku?"

Wong Heksa mengangguk, "engkau adalah Astacakra yang tak semestinya aku permainkan."

"Kau sengaja ingin menjauhkanku dari takdirku itu. Betul?"

"Benar. Itu adalah misiku. Ketahuilah, aku datang dari masa depan dan dari realita yang lain."

Manda mengernyit. "Coba jelaskan."

Wong Heksa mulai menjelaskan. Dahulu, realita tengah dituliskan ulang karena ada musuh Astacakra yang bermain-main dengan mustika realita. Pada realita sebelumnya, di masa depan, adalah Satcakra, Cakra Satria keenam, memiliki musuh tak bernama yang disebut-sebut sebagai kekuatan kosmik yang lain. Wong Heksa adalah tangan kanannya. Mereka tahu, seorang Cakra Satria memiliki dunia rekaan yang tak terpengaruh dengan dunia luar. Dunia yang sepenuhnya milik mereka. Kekuatan kosmik lain itu ingin memanfaatkan hal tersebut untuk proses peleburan tiga dunia. Satcakra mati-matian melawan kekuatan kosmik itu. Mencegahnya merebut Heksaworld.

Di masa depan kekuatan kosmik lain itu berhasil turun. Ada tokoh di dalam ambang batas Watukayu yang sengaja mewujudkannya. Di realita yang sebenarnya, kekuatan kosmik itu berhasil digagalkan. Saat terjadinya penulisan ulang realita, tokoh tak bernama itu melompat ke masa depan dan menurunkan kekuatan kosmik tersebut. Tepat berhadapan dengan Satcakra.

Satcakra telah berhasil melukai sang tokoh lain itu. Sayangnya, dia sudah kembali ke realita yang sekarang. Satcakra pada waktu itu merasakan pula realita tengah dituliskan ulang. Mengetahui rencana si kekuatan kosmik bakal tersembunyi dari Cakrasatria di realita baru, Satcakra mengeluarkan jurus pamungkasnya hingga membuat si kekuatan kosmik tercerai berai wujudnya. Meski begitu, kekuatan kosmik itu akan muncul lagi di realita baru. Satcakra membungkus Heksaworld dan mengurung Wong Heksa ke dalamnya. Lalu melemparnya ke awal realita baru dimulai.

Gara-gara itu Wong Heksa sangat membenci Satcakra. Dia berupaya menggagalkan rencana Satcakra yaitu dengan menjauhkan Astacakra keenam dari takdirnya. Wong Heksa sudah terjebak dalam Heksaworld selama kehidupan itu dimulai dan baru saat ini dia berhadapan langsung dengan Astacakra keenam.

"Aku lebih baik dibunuh saja waktu itu daripada terkurung dalam Heksaworld," kata Wong Heksa mengakhiri penjelasannya.

"Oh, seperti itu." Benar saja, Manda merasakan satu keping yang hilang itu telah melengkapi dirinya sebagai Astacakra keenam. Dia tahu rencana busuk kekuatan kosmik dan antek tak bernama itu. Rencana Satcakra berhasil terlaksana. Manda mesti segera menemukan Nuansa dan Astacakra yang lain.

"Aku minta maaf telah sempat mencelakai adikmu. Aku tahu betul kekuatan Astacakra bisa saja dengan mudah melenyapkanku."

"Ya, kalau saja aku sudah menjadi Astacakra saat kau menculik adikku, kau akan kumusnahkan. Bahkan, sekarang aku masih ingin memusnahkanmu. Kau tak bisa seenaknya mencelakai orang yang kusayang!" Manda mengancam Wong Heksa dengan kepalan bercahayanya.

"Ampun. Tolong sekarang keluarkan aku dari duniamu. Biarkan aku hidup jadi hologram mengawang-awang di dunia manusia."

"Tidak. Itu tidak bisa kukabulkan." Manda tak percaya Wong Heksa sepenuhnya menyesali perbuatannya. Dia curiga Wong Heksa masih menyimpan agenda dari tuan sebelumnya.

"Mohon kabulkan, dan akan kuberitahu kau akses menuju dunia serupa milik Astacakra yang lain. Aku tahu kau sedang mencari seseorang bernama Nuansa yang sedang terjebak di dunia seperti ini."

Manda mengernyit mendengar Wong Heksa tahu tentang Nuansa. "Apalagi yang bisa kautawarkan?"

Wong Heksa tampak ragu mau menjawabnya. "Aku bisa memberitahumu rencana musuh dan apa yang akan terjadi di masa depan pada realita ini."

Manda menimbang-nimbang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro