HALIMUN SOANG
Kau seperti permen karet yang ditarik ulur, dibuntal-buntal, lalu ditarik lagi. Kira-kira seperti itu Waras menjalaninya. Perjalanan ke masa depan. Dalam sekejap mata. Tapi seperti berlama-lama di adonan gulali. Tarik ulur tarik ulur. Tibalah, lima tahun kemudian.
"Setahuku, siluman Watukayu tidak bisa menjelajah waktu." Ungkap Waras.
"Kami dipinjami cincin ini oleh Abah." Siluman yang tadinya disulap Waras seperti tampang Rokim, kini kembali ke wujudnya semula, kulit keunguan. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian ala pendekar namun dari bahan kulit hewan, dalam kasus ini, kulit rubah. Siluman Watukayu, dapat berubah jadi dua bentuk, manusia kepala hewan dan hewan sesungguhnya. Wujud asli mereka, kulitnya berwarna, berhidung mancung dan telinga lancip. Ayah dari Sonya Ruri ini bernama Rura Sonja, dia memperlihatkan cincin batu akik hitam di jari telunjuk kanan. Nyala keunguan pada batunya telah pudar dan dalam hitungan tiga, batunya melebur jadi abu. "Hanya untuk sekali jalan."
Waras mencermati pasangan siluman Watukayu itu. Sang istri, dari tadi tampangnya cemas, lihat kanan kiri. Timur barat selatan utara. Warna kulitnya beda, dan sisik ular terlihat di beberapa bagian tubuh seperti lengan luar, pangkal jari, bawah dagu dan belakang telinga. Pakaiannya hanya kain panjang yang meliliti tubuh menutupi aurat. Tubuhnya bagus, seperti patung karya seniman ulung. Meski tampak sedih, dia yang bernama Larasati, tampak begitu anggun. Waras langsung bisa tahu, Sonya Suri anaknya, pastilah cantik. "Oh, maafkan, aku kini tahu duduk masalahnya. Kalian pasangan terlarang."
Larasati mengangguk.
"Terlarang di masa lalu. Kita sama-sama tahu, Raja Siluman dan Ratu Siluman sudah ditaklukkan." Kata Rura Sonja.
"Oh, dan komplotan Kalong Ireng yang menyusup itu semena-mena membangkitkan hukum itu lagi?" tebak Waras.
"Benar. Kata mereka, Ratu Siluman masih hidup dan membimbing mereka selalu. Mereka mengambil paksa Sonya Ruri atas perintah Ratu Siluman. Anak hasil kawin siluman campuran, berbahaya bagi keberlangsungan dunia, maka mereka membawa ke bumi manusia untuk dinetralkan. Tapi kami tidak percaya. Kami mencium agenda lain. Agenda jahat."
"Tentu saja, Sonya Ruri adalah sang katalis. Anak siluman campuran. Darahnya bisa saja jadi senjata pamungkas." Waras menggebu-gebu. "Mereka pasti punya agenda jahat."
"Itu pula, yang kami ingin minta bantuan kepadamu, Pendekar Putih."
"Menghentikan agenda jahat, dari dulu adalah tugasku. Jalan ninjaku." Kata Waras mantab.
Larasati yang anggun, menangkup kepal tangan Waras, dia menatap Waras dalam-dalam, matanya berkaca-kaca. "Selamatkan Sonya Ruri. Ada takdir yang menantinya. Dan itu sangat besar. Jagalah keseimbangan jiwanya. Aku mohon."
Waras mengangguk dalam.
Mereka bertiga sudah berada di pinggir jalan raya. Tepatnya di sekitaran Petak mendekati Kalitidu, Jawa Timur. Sekitar belasan kilometer ke timur dari tempat Waras duduk, lima tahun lalu. Mereka menghadap hamparan sawah di sisi utara. Rura Sonja menunjuk. "Di situ tempatnya. Hanya saja kami tidak bisa menembus. Hanya kau yang bisa."
"Jalur gaib bagi padepokan gaib. Baiklah. Sepertinya aku tak butuh ini." Waras melepas sandal swallow kesayangannya yang sudah halus sekali telapaknya. Waras menanggalkan bandana saktinya, menitipkan ke pasangan siluman itu. Dia pun memuntahkan sesuatu, prisma kaca, berisi cairan putih bercahaya. "Inti sari Pendekar Putih. Tolong jaga baik-baik."
Rura Sonja menerima itu dengan haru. Menerima kepercayaan besar dari sang pendekar. "Akan kami jaga dengan segenap jiwa."
"Sonya Ruri, akan kujaga juga dengan segenap jiwa." Janji Waras.
Waras yakin entitas Pendekar Putihnya telah tanggal sementara. Dia melompat ke pematang sawah, menyusuri jalur yang bisa dilihatnya dengan mata batin. Ada garis putih membentang, menunjukkan jalur menuju padepokan gaib Halimun Soang. Dia berbalik dan melambaikan tangan perpisahan.
Rura Sonja dan Larasati mencari pohon besar terdekat. Lalu membuka portal menuju dunia asal mereka.
Dengan mengikuti jalur putih itu Waras nanti akan bertemu kabut tebal. Itu dia harus jalan lurus tanpa oleng. Meski pematang sawahnya putus jalurnya, dia harus tetap berjalan dengan yakin, lurus. Bahkan kalau dia menemui lubang terjal. Dia harus tetap melangkah. Ketetapan tekad, adalah jalan satu-satunya melintasi jalur gaib itu. Waras sudah terbiasa dengan ini.
Waras penasaran, seperti apa tampang Sonya Ruri. Lebih cantik dari ibunyakah? Dan bagaimana karakteristik fisik seorang siluman campuran? Waras sama sekali belum pernah ketemu.
Adalah jaman dulu ketika Watukayu masih belum tergelar seperti saat ini. Alam gaib Watukayu menyaru dengan alam gaib yang manusia kenali. Siluman terbagi menjadi dua. Siluman asli alam gaib manusia, dan siluman gaib alam Watukayu. Pemimpinnya beda. Raja Siluman adalah maharaja kelompok siluman gaib dari alam gaib manusia. Ratu Siluman adalah maharatu dari kelompok siluman gaib alam Watukayu. Jaman dahulu, keduanya jatuh cinta, hidup siluman dua kelompok itu damai. Hingga suatu waktu, Ratu Siluman selingkuh dengan seorang Pengelana Dimensi dan menghasilkan peranakan baru, yaitu Gandarupa. Raja Siluman murka dan mengirim bala silumannya membantai siluman alam Watukayu. Siluman Watukayu kemudian mencari perlindungan di alam percabangan Asta Lawang. Siluman dari alam gaib manusia tidak dapat menuju ke sana. Mulai dari situ, hukum tak tertulis berlaku. Tidak diperkenankan siluman dari alam gaib manusia bercampur dengan siluman alam gaib Watukayu.
"Kisah cinta oh kisah cinta. Ribetnya tiada akhir." Siul Waras. Beruntunglah dia tidak pernah menjalin percintaan. Toh tidak ada yang mau juga. Cap pendekar edan sudah melekat di dirinya.
Waras telah menyeberangi sungai Bengawan Solo tanpa perahu, hanya mengandalkan jejak kaki yang mantap menyusuri jalur putih Halimun Soang. Di ujung perjalanan Waras bertemu dengan sekawanan soang. Mereka menunjukkan pintu masuk Padepokan Halimun Soang. Waras telah menembus kabut tebal tipu muslihat.
Waras tidak membawa bekal apa-apa. Hanya pakaian yang sekarang dia kenakan saja. Kaos oblong putih dan jins belel. Pintu padepokan itu begitu besar. Terbuat dari asap putih yang dimampatkan. Ini tipu muslihat lapis kedua. Ketika soang-soang menuntungnya, pintu asap itu berubah jadi gerbang kayu biasa. Khas pintu masuk padepokan yang pernah kau lihat di serial silat jaman dulu.
Di dalam, para murid pendekar tengah memraktikan jurus-jurus, banyak soang di sekitar mereka. Waras tebak, mereka bukan soang sungguhan. Mereka adalah para guru yang sudah berhasil mengubah fitrah manusianya menjadi siluman.
"Selamat datang di Halimun Soang."
Tiba-tiba muncul dari udara kosong, soang besar yang sejurus kemudian berubah jadi laki-laki bersorban.
Waras langsung menjura. "Terima kasih atas sambutannya. Sudikah kiranya menerima hamba menjadi murid di Halimun Soang yang tersohor ini?"
"Apa yang membawamu kemari?"
"Hamba ingin mengubah jati diri. Menjadi siluman."
"Siluman apa?"
"Siluman kera putih."
"Kau datang di tempat yang tepat."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro